HiburanSosok

Hasan Aspahani: Membahas Sajak Tanpa ‘Ngomongin’ Chairil Itu Mustahil

JAKARTA, biem.co Hasan Aspahani seorang penyair dan juga peraih Anugerah Hari Puisi Indonesia 2016 yang sangat mengagumi sosok Chairil Anwar, berkesempatan memberikan bincang-bincang santai mengenai Chairil yang bertajuk “Chairil dan Kita Kini” di Beranda Sastra, Bentara Budaya Jakarta pada 18 Februari lalu pukul 15.30 hingga 18.00 WIB.

Hasan menceritakan sosok Chairil semasa hidupnya dengan apik dan hangat, salah satunya mengenai sajak AKU, itulah sajak yang ditawarkan Chairil pada forum diskusi tahun 1942. Sajak tersebut membuat Chairil berhasil dengan membuat sajak tulisan menjadi modern.

Chairil yang semasa hidupnya tidak pernah dihargai oleh para kritikus ini ada masa ketika ia tidak mementingkan dirinya sendiri, kemudian ia menulis sajak yang mewakili perasaan pada zamannya. Hasan juga menjelaskan beberapa surat Chairil yang ditulis untuk H.B Jassin sahabatnya yang lebih tua 5 tahun dari Chairil, Jassin juga sosok berpengaruh di zaman kepenyairan Chairil.

Chairil adalah sosok yang fokus pada sesuatu yang ia inginkan. Saat menulis sajak ia sangat menggali kata sampai ke inti kata yang juga memiliki misi dalam tulisannya, beda dengan anak muda zaman sekarang yang menulis puisi.

“Ngomongin sajak tidak ngomongin Chairil itu mustahil,” ujar Hasan.

Setiap puisi adalah experiment, dan Chairil mengajarkan itu pada kita. Hasan juga menjelaskan mengenai pidato Chairil pada tahun 1943, bahwa seniman itu harus jadi pelopor, “setiap seniman harus seorang perintis jalan, penuh keberanian, tidak segan memasuki hutan rimba penuh binatang buas, mengarungi lautan tak bertepi. Seniman adalah dari hidup yang melepas bebas.”

Baca juga: Hasan Aspahani: Profesi Jurnalis Tidak Akan Pernah Mati

Chairil juga menulis beberapa kalimat yang hingga sekarang masih diingat, seperti “menulis untuk kebenaran dan memajukan kesenian” dan “lebih baik tidak menulis daripada memerkosa kebenaran.”

Saat itu, Chairil adalah sosok penyair yang tidak puas dengan sajaknya, bahkan menganggap sajaknya itu jelek, kemudian ia mencari referensi dari banyak penyair luar, salah satunya seperti Rilke. Chairil berpidato bahwa, kita tidak boleh lagi menjadi alat musik kehidupan, kita pemain dari lagu kehidupan, membikin kita selamanya harus lurus berterang karena keberanian, kepercayaan dan pengetahuan kita punya.

Pada awal Chairil di Jakarta, ia menumpang di rumah Sutan Sjahrir, pamannya. Chairil juga pernah mencuri buku-buku di salah satu toko buku terlengkap di Senen, mengajak kawannya Asrul Sani. Ia seorang yang sangat haus buku dan sangat senang membaca. Chairil juga pernah bekerja di kantor Mohammad Hatta selama 3 bulan, ia tidak betah dengan alasan tidak tahan mengalami kungkungan kantor yang masuk jam 9 keluar jam 5.

Tahun 1942, orang Indonesia yang bisa membaca huruf latin hanya 1%, 99% orang Indonesia buta huruf, hingga tahun 1945 Indonesia merdeka dengan rakyat yang masih buta huruf sekitar 97%. Sajak Chairil saat itu dimuat di majalah Siasat, dan saat itulah Chairil sudah meng-Indonesia.

Sajak Chairil juga pernah dilarang di taman siswa, dengan alasan merusak bahasa Indonesia. Chairil dianggap seniman yang bombastis, liar dan penyair yang merusakkan nilai sastra dengan bahasa yang lugas tanpa dihias-hias. Tetapi setelah ia wafat, semua kritikus memujinya dan mengakuinya sebagai pelopor pembaruan seni sastra di Indonesia.

Ketika Chairil dimakamkan, yang berpidato di pemakamannya saat itu ialah mantan perdana menteri Sutan Sjahrir, beliau adalah pamannya sendiri dan ada menteri agama juga pada saat itu. Sjahrir berpidato bahwa, Chairil tidak bisa kita ukur dengan ukuran-ukuran orang biasa, ia adalah orang Indonesia masa depan.

Bincang-bincang pun semakin seru dengan sesi diskusi oleh pertanyaan-pertanyaan peserta yang hadir, tak hanya itu, peserta yang hadir juga disuguhi coffee break dan beberapa tokoh juga terlihat duduk menyaksikan diskusi dalam Beranda Sastra tersebut, salah satunya Agus Noor salah satu seniman ternama Indonesia. (uti)

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ragam Tulisan Lainnya
Close
Back to top button