KOTA SERANG, biem.co – Virus corona mewabah di 93 negara, termasuk Indonesia. Belakangan, korban pun terus bertambah hingga 34 orang dinyatakan positif terdampak COVID-19. Bahkan, satu orang telah meninggal dunia.
Nyatanya, selain menelan korban jiwa, virus corona juga dinilai memberikan dampak signifikan dari sisi ekonomi. Tak hanya secara nasional dan global, dampak ini juga dianggap dapat menekan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten.
Berdasarkan assessment Desember 2019 yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) Banten, Rabu (11/3/2020), proyeksi ekonomi Banten tahun 2020 diperkirakan mencapai 5,4 – 5,8 persen. Namun, angka tersebut masih akan dikaji ulang melihat ketidakpastian global akibat merebaknya wabah virus corona.
“Sekarang ini kita memang sedang menghitung ulang, melakukan kalkulasi dengan melakukan re-assessment lagi kepada output perekonomian Provinsi Banten secara keseluruhan. Mempertimbangkan domestiknya dan mempertimbangkan globalnya,” ungkap Kepala Kantor Perwakilan BI Banten, Erwin Soeriadimadja.
Erwin mengatakan, angka proyeksi dari sisi konsumsi diperkirakan mengalami penurunan sejalan dengan turunnya ekspektasi konsumsi. Dampak corona juga dianggap bakal menyasar investasi.
“Investasi Tiongkok di Banten pada tahun 2020 itu cukup besar, angkanya USD 0,42 miliar. Ini otomatis menjadi faktor untuk menahan berkembangnya investasi di Provinsi Banten dari perusahaan-perusahaan yang sudah ada,” papar Edwin.
Lebih lanjut, Erwin menilai sektor transportasi dan akomodasi akan pula mengalami tekanan ekonomi.
“Sudah ada penutupan 13 rute penerbangan. Karena Bandara Soekarno, kan, menjadi bagian dari Banten. Otomatis nanti itu juga akan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten. Hotel-hotel juga sudah mengalami penurunan,” tukasnya.
Pihaknya juga menyebut akan mengkalkulasi ulang sektor industri pengolahan yang memberikan andil paling besar dari sisi penawaran. Kendati demikian, dari seluruh industri yang diprediksi mengalami penurunan, Erwin menilai industri alas kaki di Banten justru kebanjiran pesanan.
“Kita melihat ada beberapa yang justru mendapatkan manfaat karena mendapat alihan pesanan dari industri sepatu yang ada di Tiongkok, jadi lari ke Indonesia. Ini juga perlu kita lihat dampaknya terhadap perekonomian,” terangnya.
“Jadi, kita masih mengkalkulasi ulang dengan melihat dampaknya ke konsumsi, investasi, transportasi dan akomodasi, dan industri pengolahan,” pungkas Erwin. (hh)