HiburanSosok

Baru Gagal Sekali Saja Sudah Menyerah? Bacalah Kisah Sukses Soichiro Honda Ini!

 

biem.co – Mungkin tidak ada di antara kita yang tidak tahu dengan Honta Motors. Merek itu begitu akrab di telinga kita, bukan? Ya, mereka ada di mana-mana, dari mobil hingga sepeda motor. Apakah Sahabat biem tahu kisah nyata bagaimana Mr. Soichiro Honda membangun merek raksasa itu? Yuk, kita simak inspirasi berikut ini!

 

Seperti kebanyakan negara-negara lain , Jepang dihantam buruk oleh depresi besar tahun 1930-an . Pada tahun 1938, Soichiro Honda masih sekolah, ketika ia memulai sebuah workshop kecil, mengembangkan konsep ring piston.

Rencananya adalah untuk ia menjual ide itu untuk Toyota. Ia bekerja siang dan malam, bahkan tidur di bengkel. Dia selalu percaya bahwa dirinya bisa menyempurnakan desain dan menghasilkan produk yang layak. Saat itu dia sudah menikah, bahkan sampai menggadaikan perhiasan istrinya untuk modal kerja.

Dan setelah menyelesaikan ring piston itu, lalu dia  membawa contoh kerjanya itu ke Toyota. Namun kabar buruklah yang ia denar waktu itu, bahwa ring itu tidak sesuai dengan standar Toyota. Apakah Soichiro kecewa dan berputus asa? Jawabnya adalah, tidak! Dia kembali ke sekolah, memang, Soichiro sempat merasa menderita ketika seorang insinyur menertawakan desainnya.

 

Namun, ia tidak menyerah. Soichiro tidak mau berfokus pada kegagalan, ia terus bekerja untuk menggapai tujuannya.

 

Benar kata orang bahwa kerja keras tidak akan pernah berkhianat. Terbukti, setelah dua tahun lebih perjuangan dan mengulang desainnya, Soichiro memenangkan kontrak dengan Toyota.

 

Saat itu pemerintah Jepang sedang bersiap-siap untuk perang. Dengan kontrak di tangan, Soichiro Honda dibutuhkan untuk membangun pabrik guna memasok Toyota, tetapi pasokan bahan bangunan kurang.

 

Soichiro tidak berhenti berkarya! Ia menciptakan proses baru pembuatan beton yang memungkinkannya membangun pabrik.

 

Kini, pabrik itu sudah dibangun, dan siap berproduksi. Namun, pabrik itu dibom dua kali dan baja pun tidak tersedia. Apakah ini akhir dari jalan Honda? Tidak!

 

Ia mulai mengumpulkan kaleng bensin yang dibuang oleh prajurit AS.

 

“Hadiah dari Presiden Truman,” sebut Honda setiap kali ditanya. Ini menjadi bahan baku untuk proses membangun kembali pabrik. Namun akhirnya, gempa bumi kembali menghancurkan pabrik itu.

 

Ujian seorang Soichiro rupanya belum selesai. Setelah perang, kekurangan bensin ekstrem memaksa orang untuk berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Soichiro memang seorang yang tidak pernah bisa berhenti berkreasi. Dia membuat sebuah mesin kecil dan melekat pada sepedanya. Hasilnya? Tetangganya memesan satu, dan meskipun ia mencoba, ia tidak mampu lagi untuk memasok permintaan orang lain yang menginginkannya.

 

Menyerahkah dia sekarang? Tidak! Soichiro menulis surat kepada 18.000 pemilik toko sepeda. Dalam suratnya, ia menginspirasi mereka untuk membantunya merevitalisasi Jepang. Hasilnya, 5.000 orang meresponsnya dan memberinya sedikit modal untuk membangun mesin sepeda mungilnya.

 

Namun, sayangnya, model pertama yang dia ciptakan terlalu besar. Dia terus mengembangkan dan beradaptasi, sampai akhirnya, mesin kecil “The Super Cub” menjadi kenyataan dan sukses. Dengan keberhasilannya di Jepang, Honda mulai mengekspor mesin sepeda itu ke Eropa dan Amerika.

 

Inikah akhir cerita? Tidak! Pada 1970-an, karena ada kekurangan bahan bakar, kali ini di Amerika, dan era otomotif pun beralih ke mobil kecil. Honda dengan cepat menangkap tren itu. Kini para ahli mendesain mesin kecil, perusahaan pun mulai membuat mobil kecil, lebih kecil daripada yang dilihat orang sebelumnya. Dan ini pun sukses.

 

Dan hari ini, perusahaan yang diambil dari nama belakang perintisnya, Honda, mempekerjakan lebih dari 100.000 orang di Amerika Serikat dan Jepang, dan merupakan salah satu perusahaan mobil terbesar di dunia. Honda berhasil karena satu orang membuat keputusan yang benar-benar komitmen, bertindak atasnya, dan membuat penyesuaian terus-menerus. Kegagalan itu hanya tidak perhitungkan sebagai sebuah kemungkinan. Lalu bagaimana dengan kita? (red)

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button