HiburanWisata & Kuliner

Yogyakarta Selalu Punya Cerita

Oleh Tiara Yu

YOGYAKARTA, biem.co — Kota yang terlalu mainstream untuk diceritakan tapi tak pernah bosan untuk didatangi. Alhasil selalu ada cerita baru dan seru dari para pelancong di Yogyakarta. Tak terkecuali saya tentu saja.  Untuk ukuran berumur lebih dari setengah abad, salah satu catatan kesalahan saya adalah belum pernah menginjakkan kaki di Yogyakarta lebih dari 5 jam, itupun hanya karena tuntutan pekerjaan.

Berbeda kali ini. Saya sudah mempersiapkan diri dan waktu untuk mengunjungi Yogya. Konon katanya kota keraton ini mempunyai “magic” yang membawa setiap orang rindu dan ingin kembali kesana. Dan saya adalah satu orang yang masih penasaran dan bertanya-tanya, “Ada apa di Yogyakarta?”

Minggu, (23/07) mulailah perjalanan saya di Yogyakarta dengan modal mengendarai motor matic yang dipinjamkan teman lalu sebuah GPS sebagai petunjuk jalan. Oh ya, kalau saya pribadi lebih suka menggunakan motor untuk berkeliling suatu daerah baru. Karena ada sensai yang berbeda. Lebih merasakan berbaur dengan alam dan masyarakatnya. Trust me! Kalian akan merasakan travelling yang sebenarnya.


Sunrise di Yogyakarta, sangat sayang untuk dilewatkan. (Foto: Ist).

Baca juga: Yang Legit dari Negeri Matahari Terbit

Terjadwal dua hari terhitung cukup singkat untuk berkeliling Yogyakarta. Saya mencoba memaksimalkan waktu yang ada.

Hari pertama saya mengunjungi tempat yang cukup mainstream yaitu Taman Sari. Tapi walaupun begitu, tempat ini memang harus menjadi agenda wajib untuk semua yang berkunjung. Selain mudah dijangkau, Taman Sari juga merupakan potongan sejarah yang ada di Yogyakarta. Dan yang paling terpenting, tempat ini instagramable. Hehe.

Lupakan dulu Malioboro. Ada satu tempat lain yang membuat saya penasaran, Kampung Jogokariyan yaitu sebuah tempat yang terkenal dengan kegiatan yang berbau islami. Balai kopi Jogokariyan, salah satu tempat yang ingin saya datangi. Mungkin karena coffee shop ini sering di-endorse oleh beberapa ustaz dan public figure. Tempatnya kecil, tapi nyaman. Bau kopinya semerbak tercium ketika kita masuk. Desain dindingnya pun unik dihias petuah-petuah dari Buya Hamka, Ustaz Salim A Fillah dan ustaz Felix Siauw.  Menariknya lagi, kita diperkenankan untuk melihat bahkan mencoba langsung bagaimana cara menyeduh kopi. Mas mas barista yang baik hati selalu menjadi daya tarik yang paling luar biasa di semua coffee shop (menurut saya).


Oseng-oseng Mercon. (Foto: Ist).

Beranjak dari segelas kopi, berlanjut pada makanan super pedas di jalan KH. Ahmad Dahlan, Oseng-oseng Mercon. Jangan lupa persiapkan kondisi perut yang fit dan baca bismillah sebelum makan makanan ini. Karena kemungkinan akan ada reaksi bagi yang belum terbiasa makan makanan pedas.

Setelah kenyang saya masih melanjutkan wisata malam Yogyakarta yang tak lepas dari kuliner tentu saja. Kopi Joss, kopi hitam dengan arang di dalamnya, sudah menjadi daftar incaran pertama saya ketika di Yogya. Rasanya tidak berbeda jauh dengan kopi biasa, tapi arang membuantnya terlihat unik. Minum kopi joss ditemani dengan sepiring sate telur puyuh dan lain lain, makkkk jooss!!

Jam 00.00 WIB saya mengakhiri petualangan kuliner di Jogja. Tinggal esok hari, saatnya mempersiapkan diri untuk menikmati keindahan alam Yogyakarta. Sunrise di Kebun buah Mangunan, sangat sayang untuk dilewatkan.

Baca juga: Kembung Keindahan di Danau Embung Nglanggeran

Senin, 24/07 pukul 04.30 pagi, dengan menggunakan motor saya menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari bantul ke Mangunan. Yogya dini hari memang sangat dingin, apalagi berkendara motor. Jalanannya cukup bagus walaupun ada beberapa memang yang masih agak rusak. Jam 06.00 WIB sudah banyak yang berkumpul untuk melihat keindahan matahari terbit yang berwarna keemasan tersebut. Kabut tipis juga menambah nuansa eksotis pada saat itu. Satu jam perjalanan anda akan terbayar setelah melihat hal ini.


Tiara Yu, saat berkunjung ke Balai Kopi Jogokariyan. (Foto: Ist).

Setelah melihat sunset anda masih bisa berkeliling di sekitaran daerah mangunan karena masih ada lokasi hutan pinus dan rumah hobbit. Di jamin liburan anda akan terasa luar biasa.

Sore menjelang malam, saya sarankan juga untuk mencari sunset di tempat tertinggi di Yogyakarta,  Candi Ijo. Kalau ingin mengunjungi lokasi ini anda harus menyediakan waktu perjalanan yang cukup lama sekitar 1-1.5 jam, itupun kalau ditempuh dari daerah Kaliurang. Karena kemaren saya tidak “Nyandak” artinya tidak cukup waktu ke candi Ijo, maka saya hanya berhasil mencapai spot riyadi. Ini tidak kalah indahnya. Sunset disuguhkan latar gunung merapi yang gagah, dibawahnya lampu mulai berkelip. Sangat sangat indah.

Masih banyak keindahan Yogya yang belum saya datangi. Tentu saja rasa penasaran saya belum terobati. Walaupun pada akhirnya saya membenarkan bahwa Yogyakarta mempunyao magic tersendiri, membuat saya rindu ingin kembali. Yogya, setiap perjalanan dengan cerita yang berbeda. Tunggu saya kembali datang! 

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button