Kabar

Bedah Buku “Memilih Gubernur, Bukan Bandit”, Kang Miing: “Parpol Gagal Membangun Tradisi Etis”

KABUPATEN LEBAK, biem.co – TBM Kampung Dongeng, Miing Fellowship, dan Yayasan Podiumm bekerjasama mengadakan kegiatan Bedah Buku dan Penguatan Literasi Pilkada “Memilih Gubernur, Bukan Bandit”, Rabu, (29/11).

Kegiatan yang dilaksanakan di Perpustakaan Saija Adinda ini, menghadirkan penulis buku, Agus Sutisna (Akademisi Universitas Muhammadiyah Tangerang), pembahas Tb. Dedi Miing Gumelar (Politisi), Muharam Albana (Akademisi) dengan moderator Iroh Siti Zahroh (Pegiat Literasi) dan dihadiri oleh sekitar 100 orang, baik tokoh masyarakat, Aktivis mahasiswa, Kepala dan Staff Perpustakaan Lebak, serta salah satu Bakal Calon Bupati Lebak, Cecep Sumarno.

Tujuan diadakannya bedah buku ini, menurut Panitia adalah menghidupkan kegiatan literasi di Rangkasbitung, khususnya untuk mahasiswa dan pemuda. “Selain itu untuk meningkatkan dan memperkuat literasi (kemelekan) Pilkada masyarakat, khususnya para pemilih kalangan muda di Lebak yang akan menggelar pilkada 2018 mendatang,” tutur salah satu perwakilan panitia.

Dalam pemaparan, Agus Sutisna menjelaskan, pilkada langsung merupakan sebuah keniscayaan demokrasi. “Pada praktiknya banyak melahirkan sisi gelap (dark side), antara lain praktik mahar politik, praktik money politik, gejala merebaknya roving bandit, shadow state dan gejala kebangkitan politik dinasti di berbagai daerah, termasuk Banten,” paparnya.

“Karena itu penting bagi para pemilih untuk semakin kritis, cerdas dan memiliki integritas dalam menentukan pilihan politiknya. Sebab hanya pemilih cerdas dan berintegritas saja yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik dan berintegritas,” tambah Agus.

Tampak para peserta dengan serius memperhatikan pemaparan dari para pembicara.

Sementara, Tb. Dedi Miing Gumelar (Kang Miing) mengungkapkan, berbagai sisi gelap pilkada muncul karena kegagalan partai politik mengkonsolidasikan demokrasi dengan benar, termasuk membangun tradisi etis dalam politik dan melakukan pengkaderan calon-calon pemimpin dengan baik. “Oleh karenanya para pemuda dan mahasiswa ke depan sebaiknya masuk partai dan mewarnai partai politik dengan spririt idealisme dan warna integritas,” tuturnya.

Senada dengan Miing, Muharam Albana menjelaskan Konsolidasi demokrasi di daerah memang tidak mudah. Hal tersebut dikarenakan berhadapan dengan para local strongman yang perilaku politiknya cenderung egois dan berorientasi pada keuntungan-keuntungan ekonomi politik pribadi dan kelompoknya.

Diskusi berjalan dengan suasana dinamis dan diikuti dengan penuh antusias dari para peserta. Sebagai referensi, buku “Memilih Gubernur, Bukan Bandit” ini penting dibaca sebagai salah satu hasil riset dan kajian empirik yang memotret buruknya praktik-praktik politik dalam proses pilkada untuk menjadi bahan refleksi dan pembelajaran. (EJ)

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button