InspirasiOpini

Ahmad Halim: Indonesia Negara Paling Islami?

biem.co – Guru Besar dan Wakil Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Masdar Hilmy mengatakan bahwa kita sebagai umat muslim dengan segala kekurangan dan ketidaksempurnaanya harus berani mengatakan bahwa Indonesia adalah negara paling Islami di dunia.

Menurutnya, formulasi Islam kebangsaan yang terjiwai dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kepulauan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan nilai-nilai universal yang berlaku di semua agama termasuk Islam. Inilah yang membuktikan bahwa, bangsa Indonesia layak dijuluki negara yang paling islami di dunia.

Namun tidak menurut dua peneliti dari George Washington, yaitu Prof. Dr. Scheherazade S Rehman dan Prof. Dr. Hossein Askari yang mengatakan bahwa negara paling islami dalam penelitian mereka (keadaan 2010) adalah Selandia Baru, diikuti oleh juara dua Luxemburg (negara tetangganya Belanda).

Dua-duanya negara non-Islam. Amerika di posisi ke-15 bersama Belanda, dan Israel berada di urutan ke-17. Arab Saudi nomor ke-91 dan Indonesia sendiri di urutan ke-104, Mesir tambah hancur lagi yaitu di nomor ke-128, Irak dan Suriah (ISIS) masing-masing di urutan ke-148 dan 168.

Dalam penelitiannya ada kategori mengapa sebuah negara disebut negara paling islami. Pertama, ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia. Kedua, sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik dan pemerintahan. Ketiga, hak asasi manusia dan hak politik. Keempat, ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat kehidupan sosial. Kelima, sistem perundang-undangan untuk non muslim. Tentu dalam penelitiannya dua profesor itu menceritakan bagaimana lima ajaran dasar itu dipecah menjadi variabel-variabel konkret yang terukur, yang membuat penelitian mereka sahih.

 

Masalah internal muslim Indonesia

Jika dilihat dari kelima katagori tersebut memang negara kita belum termasuk atau mungkin jauh dari kata negara yang paling islami. Karena memang dalam umat Islam di Indonesia sendiri masih ada beberapa permasalahan internal.

Pertama, dikarenakan Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, jadi tak heran jika kita sering menjumpai pengajian-pengajian di sudut-sudut kampung, bahkan di Jakarta banyak sekali spanduk yang besar-besar mengajak warga Jakarta untuk berzikir dan mendengarkan ceramah dari sang ustad/kiyai/habib. Namun, ibadah yang sering dilakukan umat muslim Indonesia tak berbanding lurus dengan potret saat pemilihan kepala daerah di Jakarta beberapa bulan lalu. Karena politik, sesama muslim bahkan menganggap pendukung kepala daerah yang non muslim tak layak disalatkan. Ini sangatlah ironis.

Kedua, perilaku umat muslim di media sosial saat ini yang tidak mencerminkan Islam itu sendiri. Ujaran penuh kebencian dan berita hoax selalu disuarakan dengan nyaring di medsos, dan umat muslim menikmatinya.

Ketiga, keberagaman yang seharusnya menjadi penguat, ternyata hanyalah simbolik. Belum subtansial. Penelitian The Wahid Institute pada 2015, misalnya, masih menempatkan Aceh, yang menerapkan syariat Islam, sebagai wilayah kedua teratas pelanggar kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Keempat,  mengapa negara kita bukan menjadi negara paling islami adalah, Islam yang keras, intoleransi masih disukai oleh sebagian besar umat muslim di Indonesia. Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat menyampaikan adanya peningkatan kasus intoleransi atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Sepanjang 2016, berdasarkan pengaduan yang diterima Komnas HAM, tercatat ada 97 kasus. Data ini meningkat, karena pada 2014 tercatat ada 76 kasus dan 87 kasus pada 2015.

Kelima, banyaknya umat Islam yang tertangkap tangan melakukan korupsi. Berdasarkan penelitian guru besar politik dan bisnis internasional di Universitas George Washington, AS, Hossein Askari berujar bahwa kebanyakan negara Islam menggunakan agama sebagai instrumen untuk mengendalikan negara. Ia pun menggarisbawahi bahwa negara yang mengakui diri islami tetapi justru kerap berbuat tidak adil, korup, dan terbelakang ini sama sekali tidak Islami.

Masalah internal yang sampai saat ini dihadapi umat muslim Indonesia, tentu bukanlah masalah yang mudah untuk diselesaikan. Alih-alih ingin memburu prediket negara paling islami, malah justru Indonesia menjadi “surga” para kelompok fundamentalisme.

 

Nilai-nilai islam

Oleh karena itu, penulis artikel ini lebih memfokuskan tulisan ini kearah nilai-nilai Islam keindonesiaan yang rahmatan lil alamin dengan berporos kepada kerangka ajaran Ahlussunnah Wal-Jamaah an-Nahdliyah.

Ada empat aspek yang harus menjadi pegangan umat muslim di Indonesia. Pertama, aspek tauhid atau ketuhanan. Di sini umat muslim harus mampu mengaplikasikan nilai-nilai tauhid dalam berbagai kehidupan. Umat muslim harus bisa membedakan atau memisahkan antara hal-hal yang profan dan yang sakral.

Kedua, hubungan manusia dengan tuhan (hablum minallah). Hubungan antara hamba dengan pencipta-Nya, tujuannya yaitu mengharapkan ridho Allah SWT semata dalam setiap pergerakan. Ketiga, aspek kemanusiaan atau hubungan manusia dengan manusia (hablum mimannas). Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia yaitu lebih mengutamakan persaudaraan antar insan manusia, persaudaraan sesama umat Islam (Al-Hujuraat, ayat 9-10), persaudaraan sesama warga negara dan persaudaraan sesama umat manusia.

Dan keempat, hubungan antara manusia dengan kelestarian alam semesta (hablum minal’alam). Perlakuan baik manusia terhadap alam dimaksudkan untuk memakmurkan kehidupan di dunia, dan diarahkan untuk kebaikan akhirat. Di sini berlaku upaya berkelanjutan, untuk mentransendensikan segala aspek kehidupan manusia benar-benar fungsional dan beramal shaleh, (Q.S. Al-Baqarah : 62, Al-A’ashr).

Dengan keempat dasar-dasar tersebut ditujukan agar umat muslim di Indonesia mampu mewujudkan pribadi Muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah, berbudi luhur, berilmu cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya, serta komitmen terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Jadi kita tidak lagi berbicara Indonesia adalah negara paling Islami. Tapi kita bicara tentang sosialisme Indonesia (keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan persatuan) seperti yang dicita-citakan Presiden Pertama kita Bung Karno, karena ini adalah termasuk dalam nilai-nilai islam.


Ahmad Halim, adalah Kader PMII DKI Jakarta.


Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi.

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Ragam Tulisan Lainnya
Close
Back to top button