InspirasiPuisi

Sajak-sajak Jamil Abul Aziz

AKU INGIN PULANG

Aku ingin pulang ke kampung halaman, belajar mengeja alifbata dengan mesra. Bersama anak-anak, menulis sajak cinta sambil bermain-main dengan hujan dan menerbangkan layang-layang

saat senja tiba

aku ingin pulang melihat isyarat perdamaian yang tersimpan di sebaris mata anak-anak yang bening dan hening. Seperti gerimis tipis yang jatuh dari langit desa, mendekapku dengan kehangatan kata-kata.

2016

 

 

JENDELA

Tiba-tiba, aku membayangkan matamu semisal jendela bagi kamar hatiku yang sesak. Di sana aku bisa melihat pohon-pohon basah karena gerimis dan seekor burung pipit menangis

Entah sejak kapan, angka-angka di kalender Desember selalu mengingatkanku pada masa silam. Cermin memantulkan ingatan dan sepotong benda senantiasa menyisir rindu

Kadang-kadang, kenangan berhembus bagai udara yang diam-diam keluar masuk melalui pintu kecil hatiku.

Kekasih, dekaplah aku sebelum semuanya musnah. Seperti seorang utusan yang tak pernah berpaling dari umatnya. Peluklah aku, bagai filsuf yang tak pernah melepaskan pikirannya.

Menarilah bersamaku, seperti tarian para darwis yang dimabuk cinta dan rindu

2017

 

 

CAFE DI UDARA

Aku ingin minum kopi dari langit, yang diseduh para malaikat dan diantarkan senja ke dalam kerongkonganku yang kering. Diiringi lagu dan musik yang dinyanyikan hujan kepada bumi yang pasrah dan basah.

Ingin kuciptakan cafe di udara. Tempat di mana para darwis mengasuh kata-kata dalam segelas ingatan. Tentang kalender-kalender yang telah ditinggalkan dan tanggal-tanggal yang akan segera dimasuki.

Lalu kubiarkan sepasang matamu menjadi bintang-bintang dan lampu yang menggantung di atas kenangan. Mengakrabi setiap tanda dan cahaya di setiap meja perpisahan.

2016

 

 

ESENSIONALISME

Pada akhirnya, hidup nyatanya pengulangan peristiwa. Berputar dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Kelahiran dan kematian, kedatangan dan kepergian, kemenangan dan kekalahan, perjuangan dan pengkhianatan, keramaian dan kesunyian, sama saja. Langit terang langit gelap. Matahari terbit matahari tenggelam. Tak ada beda.

Orang-orang menikah dan bercerai saban waktu—kasmaran dan patah hati tak mengenal hari- kebahagiaan dan kesedihan menjadi beririsan. Begitulah, mungkin kekasihku.

Betapa hidup hanyalah sebuah pengulangan peristiwa—suatu fenomena yang tak pernah ada unsur petualangannya– sebagaimana yang kau mimpikan—

Tak pernah ada cerita yang berbeda sebagaimana yang selalu ingin kau ciptakan. Setiap tantangan di hadapan kita ternyata memiliki alur yang begitu-begitu saja.

Kemarin kita terlahir, besok kematian memanggil. Kemarin kita datang membawa cinta, berjanji setia. Besok, mungkin ada pengkhianatan dan kehilangan.

Begitulah kekasihku. Betapa hidup adalah bayang-bayang. Setiap kematian mengandung kelahiran, setiap kepergian mengandung kedatangan, setiap kekalahan mengandung kemenangan

Setiap pengkhianatan mengandung perjuangan, setiap kesunyian mengandung keramaian, setiap kesedihan mengandung kebahagiaan, setiap keburukan mengandung kebaikan. Dan setiap kegelapan mengandung cahaya.

2016


Jamil Abdul Aziz adalah penulis, aktivis, dan akademisi kelahiran Bandung 21 Oktober 1992. Mendapat Grant dari Pemerintah Daerah (PEMDA)  DKI Jakarta untuk menyelesaikan program Master of Arts (S2) di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2017. Tahun 2018 mendapat Scholarship dari Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) untuk melanjutkan Program Doctoral (S3) di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Buku Puisi dan Novel yang telah ditulisnya antara lain:  Menjemput Cahaya (Yogyakarta: Javakarsa Media, 2013),  Luka (Yogyakarta: Javakarsa Media, 2014). Selain menulis puisi, aktif juga menulis artikel di beberapa Jurnal, antara lain: Pengaruh Menghafal Quran terhadap Pembentukan Karakter (Jurnal Golden Age : 2017), Bekerja dalam Perspektif Alquran (Jurnal Alquds: 2018),Genealogi Pesantren; Dinamika Pendidikan & Keutuhan NKRI (Jurnal IQ Pendidikan: 2018), Self Regulated Learningdalam Alquran (Jurnal PAI, 2018), dll. Karya-karya tulisnya beberapa kali mendapat anugerah dan menjuarai berbagai perlombaan mulai dari tingkat Kota/Kabupaten sampai tingkat Nasional.


Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button