Wisata & Kuliner

Cerita Mistis dan Keunikan Sumur Tujuh di Cilegon, Petilasan Nyai Nurwana

CILEGON, biem.co — Tidak ada yang tahu pasti siapa sosok Nyai Nurwana sebenarnya. Puluhan tahun silam tepatnya sekitar tahun 70-an, seseorang yang mengaku berasal dari Terate Udik datang ke Lingkungan Cidunak, Kelurahan Bendungan, Kota Cilegon menemui sejumlah tokoh atau sesepuh di lingkungan tersebut dan mengaku mendapatkan bisikan akan adanya sebuah sumur di Lingkungan Cidunak.

Setelah menceritakan hal tersebut kepada warga sekitar, akhirnya ditemukanlah sebuah bangunan tua dan sederhana di tengah sawah yang di dalamnya terdapat sebuah kolam dengan tujuh lubang, yang akhirnya hingga sekarang dikenal dengan nama Sumur Tujuh Cidunak.

Begitulah penuturan Suwandi salah satu tokoh di Lingkungan Cidunak saat ditemui biem.co, Jum’at (24/12/2021).

Suwandi menuturkan, saat ditemukan terdapat beberapa benda seperti cambuk, tapal kuda, batok kelapa (gayung) untuk mengambil air, dan peninggalan lainnya di lokasi tersebut.

“Awalnya seseorang datang mengaku mendapat bisikan soal keberadaan sumur ini. Sambil membawa segumpal tanah, ia lalu mencocokkan tekstur tanah yang ia bawa dan tanah yang ada di lokasi ini dan ditemukanlah sumur ini, yang disebut sebagai petilasan Nyai Nurwana,” ungkapnya.

Ia mengaku tidak tahu menau mengenai sosok Nyai Nurwana. Bahkan para pendahulunya pun juga tidak ada satupun yang bisa menuturkan siapa sebenarnya sosok tersebut.

“Orang yang datang kemari cuma bilang kalau Nyai Nurwana merupakan salah satu pejuang yang ada di Banten dan semenjak itu ada beberapa peziarah dari luar kota yang datang ke tempat ini,” jelasnya.

Suwandi menyebutkan, rata-rata peziarah datang dari Karawang, Cikampek, dan Cirebon.

Petilasan Nyai Nurwana
Kondisi Sumur Tujuh Sebelum di Pugar. (Foto: Ist).

Kondisi Memprihatinkan

Pada bulan Agustus yang lalu, atas kepedulian tokoh masyarakat, pemuda, dan warga sekitar, dengan tujuan untuk menjaga dan merawat histori yang terkandung di dalamnya, warga setempat melakukan renovasi tempat petilasan sumur tujuh dengan cara bergotong royong dengan dana swadaya.

Hal tersebut dilakukan, untuk menjaga kelestarian dan sejarah yang diharapkan bisa menjadi bahan pendidikan dan pembelajaran bagi generasi yang akan datang.

“Renovasi dilakukan, warga atas dasar kesadaran bersama untuk merawat kekayaan bernilai sejarah yang bangunannya hampir roboh karena dimakan usia. Alhamdulillah dari niat tersebut tanpa ada uang sepeserpun pemugaran bisa berjalan dengan lancar hingga sekarang ini,” kata Suwandi.

Suwandi menuturkan, Sumur Tujuh merupakan peninggalan leluhur Cidunak yang harus dijaga dan dirawat kelestariannya sebagai warisan benda maupun tak benda.

“Harapannya ada perhatian dari pemerintah dan bisa masuk kedalam situs budaya peninggalan sejarah atau cagar budaya,” tandasnya.

Tokoh Masyarakat dan Pemuda Lingkungan Cidunak Saat Kerja Bakti Melakukan Pemugaran/Renovasi. (Foto: Arief/biem.co).

Cerita Mistis dan Keunikan Sumur Tujuh

Selain menuturkan tentang sejarah sumur tujuh, Suwandi juga mengungkapkan beberapa hal mistis dan keunikan yang terdapat di petilasan Nyai Nurwana itu.

Menurutnya, setiap orang yang datang ke sumur tujuh, punya cerita masing-masing mengenai hal mistis yang dialami.

Seperti yang dialami oleh salah satu Lurah di Cilegon yang mengaku melihat 9 orang berpakaian putih saat berkunjung ke sumur tujuh.

“Waktu itu Lurah Grogol datang kesini dan mengaku melihat sembilan orang berpakaian putih. Enam orang laki-laki mengenakan jubah dan tiga orang perempuan,” ungkapnya.

“Beda lagi dengan peziarah lain yang mengaku melihat banyak orang saat melintas. Saya sendiri juga pernah melihat sesosok perempuan dan beberapa warga ada yang melihat anak kecil. Jadi tiap orang beda-beda tergantung pembawaannya,” tambahnya.

Wartawan biem.co sendiri mengalami hal mistis saat datang berkunjung ke lokasi tersebut.

Dimana saat tiba di lokasi wartawan menghirup aroma wangi bunga saat meminum kopi yang disuguhkan sementara orang lain yang berada di lokasi tidak merasakannya.

Dari cerita yang dipaparkan Suwandi, beberapa kali ada orang yang mengaku sebagai pemilik tanah tersebut dan berusaha untuk menguasainya dan menjualnya, dikabarkan langsung meninggal dunia.

“Sebenarnya kalau soal kepemilikan itu ada. Kebetulan masih dekat (keluarga). Awalnya mau dijual, tapi setelah di musyawarahkan akhirnya kita sepakat untuk rawat bersama dan alhamdulillah bisa dipugar seperti sekarang ini,” ucapnya.

Sementara dari segi keunikannya sendiri, lanjut Suwandi, air yang berasal dari sumur tujuh tidak bisa mendidih meski dimasak dalam waktu yang lama.

“Dulu sih begitu, tidak tahu kalau sekarang. Banyak juga yang memanfaatkan air dari sumur tujuh yang punya sembilan lubang ini untuk berbagai maksud dan tujuan. Ada yang bawa pulang, ada juga yang mandi atau berendam disini,” tandasnya.

Ia juga menuturkan, saat akan dilakukan pembangunan jalan di lingkungan sekitar, alat berat yang digunakan mogok saat hendak melintas di petilasan tersebut.

Alhasil, pembangunan jalan yang harusnya lurus melintasi lokasi sumur tujuh terpaksa di belokkan ke jalur yang lain sehingga petilasan Nyai Nurwana tetap terawat dan terjaga hingga saat ini. (rab)

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button