InspirasiKetahanan PanganOpiniTerkini

Kontribusiku Untuk Indonesia Setelah Menyelesaikan Studi

Oleh : Dhara Saraswati, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Pangan IPB

BOGOR, biem.coB.J Habibie pernah mengatakan “Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha”. Kata-kata mutiara tersebut telah menggambarkan kehidupan seorang Dhara Saraswati yang sedang melanjutkan pendidikan Program Magister Ilmu Pangan di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Seseorang itu adalah saya yang mengalami perubahan sedikit demi sedikit mulai dari rangking terakhir dibangku SD, naik ke rangking 10 besar dibangku SMP lalu berhasil untuk naik lagi ke rangking 3 besar dibangku SMA. Seseorang yang telah melewati tahap demi tahap jenjang pendidikan mulai dari Diploma di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor, Sarjana di Universitas Lampung dan Magister di Institut Pertanian Bogor.

Seseorang itu adalah saya yang lahir di kabupaten kecil di Bogor. Bukan terlahir dari keluarga berlatar pendidikan tinggi namun terlahir dari keluarga yang berfikiran terbuka pada pendidikan adalah suatu keistimewaan yang dapat mengantarkan saya hingga pendidikan Magister dengan jurusan impian yakni Ilmu Pangan.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Pangan yang akan selalu dibutuhkan manusia dan teknologi yang akan selalu berkembang adalah pemikiran saya sejak di bangku SMA. Indonesia yang kaya akan bahan hasil pertanian dan potensinya untuk dapat diolah menjadi bahan makanan adalah kesempatan yang tidak boleh diabaikan.

Proses pengolahan pangan yang terus diperbarui dengan berkembangnya teknologi adalah strategi untuk menciptakan keragaman pangan lokal yang berkualitas. Bahan pangan lokal yang berlimpah sangat perlu untuk di observasi manfaat dan kegunaannya guna menciptakan produk baru berkualitas atau menggantikan produk lama yang masih terus dikonsumsi namun berdampak buruk untuk kesehatan.

Selain itu, keragaman pangan juga dapat menjadi salah satu solusi isu ketahanan pangan yang masih perlu dibenahi di Indonesia. Adapun kontribusi yang ingin saya berikan untuk Indonesia setelah menyelesaikan studi demi pembangunan ketahanan pangan Indonesia yakni dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

Salah satunya dengan Rekayasa Proses Pangan yang sudah saya pelajari di Program Sarjana dan Magister. Modifikasi proses dan pemanfaatan teknologi dalam Rekayasa Proses Pangan dapat meningkatkan keragaman pangan lokal. Dengan ilmu yang sudah saya dapatkan saat studi, saya juga akan berkontribusi untuk mengembangkan sumberdaya manusia.

Pasca studi saya akan terus mengembangkan ilmu saya dalam bidang Rekayasa Proses dengan bergabung menjadi tenaga pengajar  pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian di Universitas Lampung bersama Bapak Prof. Dr. Ir Udin Hasanudin. Beliau adalah pemberi rekomendasi saya untuk mengambil Program Magister Ilmu Pangan sekaligus motivator saya untuk terus menuntut ilmu dimanapun dan kapanpun.

Pengalaman saya menjalani pendidikan Program Diploma di Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor juga menjadi salah satu perbincangan kami tentang perbedaan metode pembelajaran di antara dua universitas yang pernah saya lalui.

Adapun pengenalan teknologi dan metode terbaru dari perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor yang ingin saya tanamkan pada metode pembelajaran di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian  Universitas Lampung guna meningkatkan kualitas mahasiswa yang unggul untuk menguasai perkembangan teknologi dalam mengolah produk hasil pertanian.

Salah satu cara mewujudkan impian tersebut adalah bergabung dengan tim dosen Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dalam mata kuliah di bidang Pengolahan Hasil Pertanian dan Rekayasa Proses Agroindustri seperti Pengembangan Produk Olahan Hasil Pertanian, Teknologi Minyak dan Lemak, Teknologi Pangan Fungsional, Neraca Massa dan Energi  serta Satuan Operasi.

Metode pembelajaran yang ingin saya berikan juga kepada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung adalah penerapan sertifikasi kompetensi dalam bidang pangan kepada mahasiswa. Pengalaman saya mengikuti sertifikasi kompetensi dalam bidang pangan yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang berkerjasama dengan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor semasa saya menjalani pendidikan adalah kompetensi yang sangat diperlukan oleh mahasiswa pada bidang pangan setelah selesai studi.

Metode pembelajaran untuk siap mengaplikasikan teori diperkuliahan ke dunia nyata perlu didampingi dengan kompetensi yang tidak diajarkan di dunia kampus. Sertifikat kompentesi adalah salah satu bentuk cara untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Namun pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung belum ada bentuk kerjasama dengan lembaga pelatihan dalam bidang pangan.

Oleh karena itu, saya akan berkontribusi dalam membentuk tim pengurus di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung untuk mengurus kerjasama sertifikasi kompetensi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi di Lampung.

Pelatihan yang akan di adakan akan mendukung kompetensi mahasiswa dalam menangani, mengolah dan meneliti bahan pangan dan produk akhirnya. Pelatihan yang akan diajukan seperti Good Handling Practice (GHP), Good Laboratory Practice (GLP), Good Manufacturing Pactice (GMP), dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).

Kontribusi saya nantinya sebagai tenaga pengajar juga akan turut aktif mendukung mahasiswa untuk mengikuti lomba pengembangan produk pangan di kancah nasional ataupun internasional. Pengalaman saya mengikuti National Essay Competition bertema “Kontribusi Generasi Muda Dalam Mengoptimalkan Sumber Daya untuk Mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) 2030” dan mempresentasikan essai saya yang berjudul “Potensi Penambahan Bubuk Daun Sansakng sebagai Penyedap Rasa Alami pada Adonan Mie Instan” saat di Program Sarjana Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung adalah pengalaman yang tidak bisa saya dapatkan di perkuliahan.

Bertemu dengan kompetitor dari perguruan tinggi lain, memperoleh gagasan ide baru dalam pengembangan produk serta berani menyampaikan gagasan baru didepan ahlinya adalah ilmu yang dapat diambil dalam mengikuti perlombaan. Dalam mewujudkan hal tersebut saya perlu aktif menyampaikan informasi-informasi terbaru tentang perlombaan ilmiah kepada mahasiswa serta membantu meninjau proposal mereka. Dengan ini akan banyak ide atau gagasan baru dari mahasiswa yang nantinya akan berguna untuk keragaman pangan lokal.

Selain menjadi tenaga pengajar di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung, saya juga akan terus melanjutkan penelitian di bidang Pengembangan Produk Pangan Lokal menggunakan ilmu Rekayasa Proses guna mendukung tujuan kedua pengembangan berkelanjutan.

Salah satu target dari tujuan kedua Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 adalah mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik. Penelitian ini bukan hanya kepentingan untuk akademik namun untuk kepentingan pemerintah, industri dan masyarakat Indonesia.

Khususnya untuk bahan hasil pertanian yang memilki potensi dijadikan sebagai bahan pangan pokok agar masyarakat dapat meningkatkan variasi makanan pokok yang dikonsumsi serta menurunkan ketergantungan Indonesia terhadap import komoditas pertanian khususnya gandum dan jagung. Indonesia merupakan importir utama gandum menyusul tingginya tingkat konsumsi tepung terigu.

Penelitian untuk mencari subsitusi tepung terigu dengan pemanfaatan hasil pertanian nasional hingga saat ini masih terus dilakukan demi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum.

Saya yang nantinya menjadi tenaga pengajar dan peneliti akan mendukung program pemerintah yakni Kampus Merdeka dalam bidang penelitian atau riset. Mahasiswa dapat berperan sebagai asisten peneliti untuk mengerjakan proyek penelitian atau riset dengan lembaga riset dalam bidang pangan atau pengembangan riset dengan dosen.

Dengan mendukung program tersebut mahasiswa akan lebih kompeten dan kritis dalam melakukan riset. Program ini juga mendukung percepatan dari pengembangan berkelanjutan tujuan ke empat yakni pendidikan berkualitas.  Dengan banyaknya melakukan penelitian dan riset dalam bidang pangan, bahan pangan lokal juga dapat terus digali potensinya.

Untuk dapat mewujudkan program tersebut, sosialisasi tentang manfaat bagi mahasiswa  dan manfaat bagi negara dalam program Kampus merdeka ini perlu dilakukan kepada mahasiswa. Isu dan masalah pangan yang sedang terjadi di Indonesia perlu juga untuk disosialisasikan kepada mahasiswa.

Masalah ketahanan pangan juga dapat diatasi dengan mengembangkan teknologi untuk mengolah bahan hasil pertanian. Ide ini saya dapatkan dari salah satu Dosen saya di Program Magister Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor bahwasanya bahan hasil pertanian yang tidak berarti sekalipun dengan proses pengolahan menggunakan teknologi dapat menjadi pangan yang mengandung segudang nilai gizi.

Sehingga kontribusi saya setelah 5 tahun menjadi tenaga pengajar adalah memperdalam ilmu perkembangan teknologi terbaru untuk mengolah bahan hasil pertanian seperti yang dilakukan oleh negara Jepang. Walaupun pada kenyataanya Jepang bukan negara agraris besar seperti halnya Indonesia namun mereka unggul dalam kemajuan teknologi khususnya industri pangan dan pertaniannya.

Oleh karena itu saya akan mengambil Program Doktor pada bidang Environmental, Life, Natural Science and Technology di Okayama University Japan. Seorang Profesor dari Okayama University, Prof. Hiroshi Kanzaki pernah menjadi pembicara seminar tentang “Sharing Session About Okayama University Graduate Schools” di Dapartemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.

Pada seminar tersebut beliau menjelaskan tentang program yang dibuka, beasiswa yang bisa didapatkan, persyaratan yang diperlukan dan periode pendaftaran di Okayama University. Setelah memgemban ilmu di Okayama Univeristy, saya akan kembali ke Indonesia untuk menjadi tenaga pengajar.

Pemerataan pendidikan juga menjadi salah satu fokus saya. Kondisi saat ini dimana banyak universitas dibeberapa daerah di Indonesia membutuhkan tenaga pengajar serta peneliti yang ahli dalam bidangnya.

Dengan fokus ilmu dalam bidang pangan, saya berharap bisa berkontribusi dalam mengembangkan potensi-potensi pertanian di Indonesia yang sampai saat ini belum dioptimalkan. Barang siapa yang berangkat menimba ilmu untuk mengamalkan ilmu, niscaya ilmu yang sedikitpun akan bermanfaat baginya adalah pedoman hidup yang selalu saya pegang sampai saat ini.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda “Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual saja namun kemampuan berempati dan kecerdasan spiritual menjadi salah satu faktor penentunya.

Pencapaian saya sekarang bukan semata-mata karena saya yang hebat tapi karena Allah SWT memudahkan urusan kita serta kontribusi orang-orang disekitar saya. Oleh karena itu saya siap berkontribusi untuk Indonesia dengan menggabungkan Intellectual Intelligence (IQ), Emotional Intelligence (EQ) dan Spiritual Intelligence (SQ) saya agar tercapai pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 demi terlaksananya peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Red)

Editor: Irvan Hq

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button