KabarTerkini

Kuliah Umum “Kemerdekaan Bukan Hadiah Jepang” Membuka Tabir Sejarah Gelap di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

SERANG, biem.co – Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) merangkul pentingnya pembelajaran sejarah yang kaya dengan menggagas program kuliah umum yang menarik dan menginspirasi. Dengan menghadirkan dua narasumber yang sangat berpengalaman, Kuliah Umum Reboan bertajuk “Kemerdekaan Bukan Hadiah Jepang” memperoleh sambutan hangat dari mahasiswa dan masyarakat umum di Serang. Kegiatan Kuliah Umum diadakan di Ruang Serbaguna Gedung FISIP Untirta Sindangsari, Rabu, 28 Februari 2024.

Dekan Fisip UNTIRTA, Leo Agustino, dalam kata pembukaannya, menyoroti pentingnya memahami tiga kebenaran yang hadir dalam sejarah: kebenaran absolut, akademis, dan penguasa. Keberadaan ketiga kebenaran tersebut seringkali menjadi poin konflik, dan Fisip UNTIRTA berkomitmen untuk menelusuri dan menggali lebih dalam kajian pengetahuan dan interaksi sosial di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Dengan hadirnya dua narasumber berpengalaman, Aiko Kurasawa, seorang sejarawan Jepang, dan JJ Rizal, sejarawan Indonesia, diharapkan kuliah umum Reboan akan memberikan wawasan baru tentang hubungan sejarah kedua negara.

Kuliah umum ini dipandu oleh Fuad Fauji, seorang mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi yang memiliki minat dalam humaniora. Fuad memperkenalkan Aiko Kurasawa, yang membawa pengetahuannya tentang propaganda, kolaborasi, dan perlawanan antara Jepang dan Indonesia selama periode pendudukan. Aiko Kurasawa menyoroti betapa pentingnya untuk memahami bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah “hadiah” dari Jepang, tetapi hasil dari perjuangan dan dinamika yang kompleks. Melalui catatan penelitiannya, Aiko membuka mata kita untuk melihat bahwa realitas sejarah tidak selalu sesuai dengan narasi yang dipresentasikan.

Sementara itu, salah satu pemateri pada kegiatan tersebut, JJ.Rizal menyoroti fase awal kedatangan Jepang di Indonesia dan harapan yang mengiringinya, yang sayangnya berubah menjadi kekecewaan dan penderitaan bagi rakyat. Menurutnya, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya dipenuhi dengan pujian, tetapi juga dengan krisis pangan dan eksploitasi manusia yang parah.

Dalam presentasinya, Aiko Kurasawa membawa kita melalui analisisnya tentang bagaimana Soekarno dan Hatta memanfaatkan kekuasaan Jepang untuk menggerakkan nasionalisme Indonesia. Dengan menyelidiki arsip-arsip rahasia Jepang, Aiko Kurasawa membuktikan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil dari perjuangan dan kerja keras bangsa Indonesia, bukan hadiah dari Jepang. Jepang sendiri tidak ada sedikitpun keinginan untuk melepas Indonesia sampai kapan pun.

Sementara itu, JJ.Rizal menyoroti pentingnya memahami bahwa sejarah tidaklah hitam-putih. Meskipun Jepang membawa harapan akan pembebasan dari penjajahan Belanda, realitanya jauh dari itu. Kerja paksa dan penderitaan rakyat menjadi kenyataan yang tidak dapat dihindari.

Dengan pertanyaan yang tajam dan beragam dari audien, termasuk dari Lena, seorang mahasiswa asal Bayah, diskusi semakin memperdalam pemahaman tentang peran Banten dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Sebagai sebuah provinsi dengan catatan sejarah yang kaya, Banten memainkan peran yang penting dalam panggung nasional Indonesia.

Kuliah umum ini bukan hanya sekedar acara akademis, tetapi juga merupakan langkah penting dalam memahami identitas dan arah masa depan Banten dan Indonesia secara keseluruhan. Dengan terus menggali dan menghargai sejarahnya, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Menurut ketua prodi magister Ilmu Komunikasi Fisip, Ail Muldi menyampaikan; “selanjutnya akan ada seri lanjutan kuliah umum dengan tema yang jauh lebih menarik dan penting dari narasumber Nasional dan Internasional di setiap bulannya.”, ujarnya menambahkan di tempat terpisah.

Kuliah Umum “Kemerdekaan Bukan Hadiah Jepang” di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menjadi sebuah wadah yang berharga untuk menyelami dan menghargai sejarah yang kompleks dan beragam, serta memperkuat semangat perjuangan dan kemerdekaan bagi Banten dan Indonesia. (Red)

Editor: admin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button