InspirasiOpini

Bintang Sampul Banten Muda, Stella Belani: Logo itu Identitas

“Mas, kita ketemuannya di DapoerKite aja, ya. Biar lebih santai….”

Begitu bunyi pesan voice note Blackberry Messenger dari Stella Belani yang saya terima siang itu, Rabu, 4 April 2013. Saya mengeklik icon reply dan mendekatkan ponsel ke mulut saya. “Oke, habis kamu kuliah saja, ya.”

Stella Afianti Belani. Pilihan saya akhirnya jatuh kepada gadis Serang ini setelah jungkir-balik memilih yang terbaik dari yang terbaik. Beberapa waktu sebelum memilih Stella yang akan tampil di sampul Tabloid Banten Muda edisi ini, e-mail saya diserbu puluhan gadis-gadis cantik yang mendaftarkan diri untuk menjadi model sampul Tabloid Banten Muda. Tapi saya dan kru lainnya harus memutuskan yang benar-benar klop mewakili tema yang diangkat bulan ini. Cantik saja tentu bukan jawaban dari semua persyaratan yang harus dipenuhi. Tapi Tabloid Banten Muda harus mengedepankan sisi kebantenan dari sang model, prestasi, dan yang terpenting kecocokan profil untuk tema Tabloid Banten Muda edisi April ini.

Saya datang agak telat, mungkin sekitar lima menit, dan dara cantik itu sudah menunggu saya bersama temannya di sebuah pojokan kafe di kawasan Pakupatan, Serang. Stella menyalami saya diikuti oleh temannya yang menggunakan hijab warna krem, senada dengan atasannya yang lembut. “Aku Gina, Mas,” ujarnya memperkenalkan diri.

Setelan dres dengan corak kembang setaman, dipadu aksesoris unik dan rambut yang dibiarkan tergerai, cukup menyita perhatian saya saat menjabat tangan Stella. “Maaf, agak telat.” Saya menarik kursi dan duduk berhadapan dengan kedua gadis cantik itu.

Stella dan Gina tersenyum. “Gak apa-apa, Mas. Kita juga baru nyampe, kok.”

Tiga menit kami habiskan untuk memilih-milah menu yang cukup membingungkan. Saya memang tidak begitu familier dengan menu kafe. Berkat saran Stella, akhirnya pilihan saya jatuh pada menu pasta dan blue sky, minuman bersoda dengan hiasan float di atasnya.

Kami mengobrol santai sembari menikmati spaghetti dan coffe blend, Stella menceritakan bahwa saat ini dirinya tengah menjalani semester empat di jurusan Agribisnis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).

Ketika saya bertanya alasan Stella memilih jurusan yang notabene penuh dengan praktikum itu, gadis kelahiran Serang, 7 Juni 1993, ini menjawab dengan anggun. “Hmmm, apa, ya, Mas. Sebenernya gak ada motivasi apa-apa, sih. Sejauh ini aku enjoy aja ngejalanin aktivitas kuliah. Karena dari kuliah aku juga dapat ilmu yang bisa aku aplikasiin ke kegiatan sehari-hari.”

“Kok bisa?” tanya saya penasaran.

“Agribisnis gak memulu berkutat dengan kegaitan cocok tanam, kok. Mas pasti mikirnya Agribisnis itu kerjaannya nyangkul, ya? Hehehe…. Di jurusan itu aku diajarin bagaimana cara jualan. Makanya cocok sama kegiatan aku,” terangnya dengan mata berbinar-binar.

Stella yang merupakan alumnus SMAN 2 Kota Serang ini memang boleh disebut multitalenta. Dari usia sekolah dasar, Stella kecil sudah pede melenggok di atas catwalk, sehingga beberapa lomba fashion show dan foto anak pernah dijuarainnya saat itu. Maka tidak heran jika sekarang wajahnya sering menghiasi halaman remaja di surat kabar di Banten sebagai model artikel. Selain sibuk kuliah, Stella yang tetap cemerlang dengan IP (Indeks Prestasi) di atas tiga ini juga sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari bisnis toko online-nya.

Sejenak saya menyeruput blue sky. Gerah yang menyelimuti Kota Serang sedikit kontras ketika minuman itu mengalir di kerongkongan saya dan tembus ke perut. Mata saya singgah sejenak ke jari-jari Stella yang andal menari di atas keypad ponselnya yang penuh dengan manik-manik di sekeliling casing-nya itu.

“Ponsel kamu unik, ya. Bling-bling…,” saya berkomentar, dan disambut tawa Stella dan Gina.

“Hehehe…. Ini hasil kreasi dan bisnis aku, Mas. Aku BBM-an dari tadi bukan lagi chat sama cowok, lho. Kebetulan aku kan hobi koleksi aksesoris. Nah, suatu hari kepikiran juga buat ngejual ke temen-temen. Awalnya sih iseng aja, tapi lama-lama banyak yang pesan. Jadi keterusan deh sampe sekarang.”

“Emangnya kamu jualan apa?”

“Macam-macam, Mas. Aku jualan aksesoris dari Korea. Kayak cincin, kalung, softcase, dan pernak-pernik unik lainnya,” jawabnya sembari memamerkan beberapa koleksi foto di ponselnya.

Dari bisnis toko online-nya itu, Stella bisa mengantongi sekitar satu juta rupiah dalam satu kali pengiriman per minggunya. “Alhamdulillah, Mas. Bangga aja bisa menghasilkan uang sendiri. Tapi uang dari Papa sih masih ada, kan status aku masih mahasiswa. Hehehe…,” ujarnya sembari tertawa.

Stella pun cukup cerdas memilih bisnis. Gadis ini jeli dengan bisnis yang kecil risiko kerugiannya. Bisnis aksesoris dengan sistem pre-order memang lebih aman dibanding menerapkan cara make to stock, karena Stella hanya mengambil barang ke produsen setelah terjadi kesepakan dengan calon pembeli atas barang yang akan dipesan.

“Untuk strategi penjualan dan traget pasarnya gimana?” saya makin antusias mengorek informasi seputar bisnisnya yang baru setahun ia digeluti.

“Jadi, toko online-ku itu aku namain Stella Stuff, Mas. Dulunya Papa aku gak setuju kalau aku jualan. Katanya, kayak gak dikasih duit aja. Tapi aku ngejalaninnya sebagai hobi aja, gak dipaksain juga. Lama-lama Papa ngizinin setelah melihat kuliah aku gak keteteran gara-gara bisnis ini. Saat ini aku jualannya via BBM aja, kadang aku pake aksesoris ke kampus dan banyak temen-temen yang tertarik. Ya, promosinya lewat broadcase message dan dari mulut ke mulut gitu aja.”

“Punya logo khusus untuk toko online-mu ini?”

“Saat ini sih belum, Mas. Tapi ke depannya aku pengin punya galeri gitu. Aku juga lagi coret-coret logonya nanti kayak apa. Logo itu kan identitas, jadi ketika orang liat logo toko online-ku, mereka langsung tahu kalau itu logo tokonya aku. Hehehe….”

Sekitar setengah jam kami mengobrol di pojok kafe. Usai menyelesaikan seruputan terakhir dari gelas minumannya, Stella pamit untuk agenda photoshoot. “Ada pesan buat pembaca Tabloid Banten Muda?”

“Hmmm…, manfaatkan waktu muda untuk berkreasi dan bercita-cita setinggi mungkin. Aku mau pinjem kata-katanya Agnes, deh. Dream, believe, and make it happen. Karena the power of believe itu benar-benar ada. Yang tahu kemampuan kita adalah kita sendiri. Jika kita gak percaya sama kemampuan dan kekuatan kita, bagaimana orang lain bisa percaya,” tutup Stella. [*]


Penulis: Setiawan Chogah

Tulisan ini pernah dimuat di Tablod Banten Muda edisi 15

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button