OpiniReview

‘Voice’ Rayhan Hanif Usamah: Awal Mula Terbetuknya Dunia, Ini Pandangan Si ‘Gila’ Stephen Hawking

 

biem.co — Halo, Sobat biem. Apa kabar nih semuanya? Lo semua pasti masih pada inget, kan, film yang berjudul Theory of Everything? Film yang diperankan oleh Eddie Redmaynei ini ternyata bukan sekadar kisah karangan belaka, loh. 

Yuhu, ternyata film Theory of Everything terinspirasi dari kisah hidup seorang fisikawan kondang asal Inggris yang bernama Stephen Hawking. Tapi tenang aja, Sob, pada kesempatan kali ini gue bukan mau membahas tentang film yang dirilis pada tahun 2014 itu, karena gue yakin banget lo semua udah pada nonton film yang sering jadi bahan perbincangan orang-orang tersebut.

Stephen Hawking merupakan seorang fisikawan jenius yang banyak mengemukakan teori-teori gila dan dianggap fenomenal. Namun, malangnya nasib Hawking, ternyata kekuatan otaknya nggak berbanding lurus dengan kekuatan fisiknya. Setelah selesai menghitung persamaan Matematika, dia kelelahan dan tiba-tiba terjatuh sakit. Tidak terduga sebelumnya, fisikawan jenius tersebut didiagnosa mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yakni salah satu jenis penyakit yang tergolong dalam penyakit saraf motor yang dapat menyebabkan penderitanya lumpuh alias tidak dapat menggerakan syarafnya.

 

Lo sering denger ice bucket challenge, kan? Itu loh, Sob, yang lo sering liat di Instagram. Ice bucket challenge itu video berdurasi beberapa detik, menampilkan seorang yang sedang duduk kemudian disiram dengan seember air es.  Katanya sih, kegiatan menyiram seember air es di kepala seseorang ini tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit ALS.

 

Beruntung, Hawking memiliki kekasih dan sahabat yang selalu mendukung dan memotivasi dirinya, sehingga Hawking bisa cepat bangkit dan kembali menemukan teori gila dengan pembuktian konkret fisikanya.

 

Salah satu penemuan atau teori fenomenal yang dibuatnya ialah The Theory of Everything atau Teori Segalanya. Nah sekarang gue mau bahas apa itu Teori Segalanya. Apakah Teori Segalanya dapat mengubah segalanya menjadi lebih indah? Kalo iya, kaya lagunya Adera dong. *Abaikan!

 

Teori segalanya ialah teori yang dapat mengungkap asal-muasal penciptaan mengenai alam semesta yang kompleks. Teori ini bukan merupakan teori yang berdiri sendiri. Maksudnya, Teori Segalanya merupakan gabungan dari bermacam-macam teori yang masing-masing menjabarkan pengamatan tertentu. Walaupun teori yang satu dengan yang lain tidak memiliki isi yang sama, namun masih memiliki dasar yang setipe. Sehingga kumpulan aneka teori-teori tersebu masih dapat dihubungkan, Sob. 

Menurut Stephen Hawking, alam semesta terbentuk bukan karena penciptaan Tuhan, melainkan terbentuk sendiri karena hukum Fisika. Waduh! Oke, itu kan menurut si Stephen.

 

Dalam filsafat, Teori Segalanya memiliki tiga pertanyaan dasar. Pertanyaan awal yang diajukan ialah mengapa kenyataan dapat dipahami? Kedua, mengapa hukum alam berlaku? Dan pertanyaan terakhir yang menjadi fokus para ilmuan ialah mengapa ada segalanya

  
Hawking dan ilmuan lain tentunya terus berusaha mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Seperti yang kita ketahui, jawaban dari seorang cendekiawan harus memiliki landasan ilmu yang jelas, Sob. Maka dari itu, orang tercerdas nomor satu di dunia yaitu Albert Einstein hampir mengisolasi dirinya sendiri selama kurang lebih 30 tahun hanya untuk mencari jawaban dari permasalahan Theory of Everything. Bayangin, Sob, 30 tahun! Ngejomblo 30 tahun serem juga ya?

 

Hingga saat ini, Hawking dan para ilmuan berbakat lainnya masih berusaha menggabungkan konsep dari ratusan teori demi mewujudkan ide dari Theory of Everything. 

Theory of Everything sangat kental kaitannya dengan konsep ruang dan waktu, namun para ilmuan tidak bisa hanya terpaku pada satu teori, maka dari itu setidaknya ada dua teori yang dipercaya dapat membantu penemuan gila mereka.

 

Model Baku (Standard Model)

Model baku adalah konsep pertama yang dipercaya dapat membantu menemukan Theory of Everything. Model Baku ialah pemodelan untuk menyatukan 3 interaksi dari dunia mikro. Ide utama Model Baku adalah menganggap partikel dasar pembentuk materi yaitu quark dan lepton sebagai partikel titik. Partikel titik ini berinteraksi dengan partikel titik lain dan saling menukarkan sebuah partikel khusus yang disebut partikel pengantar interaksi (exchange particle). Duh, bingung kan lo? Sama!

 

Teori Dawai (String Theory)

Teori ini lahir pada akhir tahun 60-an tanpa disengaja, ketika Leonard Susskind (dari Stanford University) menguraikan persamaan Matematika mengenai interaksi kuat. Susskind melihat bahwa persamaan tersebut menjelaskan partikel titik dalam Model Baku. Partikel pembawa interaksi memiliki struktur internal, yaitu dawai energi yang bergetar. Perbedaan frekuensi pada dawai akan memberikan karakter unik pada partikel tersebut, seperti massa (mass) dan muatan (charge). 

 

Sejauh ini, kedua hal di atas masih terus dikembangkan agar ide akan Theory of Everything akan segera ditemukan. Pada intinya, Theory of Everything merupakan teori penciptaan yang melibatkan ruang dan waktu. Dan menurut Hawking, dunia ini dapat terbentuk karena kekuasaan hukum Fisika, bukan karena ada zat (Tuhan) yang menciptakannya. Gimana menurut lo? Percayakah? Tulis pendapat lo di kolom komentar, ya!

 

Baca juga artikel Rayhan yang lainnya: 4 Hal yang Wajib Dilakukan Remaja Agar Masa Muda Tak Sia-sia


Artikel ini ditulis oleh Rayhan Hanif Usamah. Alumni SMAN 1 Kota Serang ini pernah dinobatkan sebagai Kang Persahabatan Kota Serang 2013. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Safety Engineering di PPNS ITS. Untuk berinteraksi dengan Rayhan, follow Twitter-nya @Rayhanif

 

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button