Kabar

Seba Gede Baduy, Tradisi Kasih Sayang kepada Sesama Anak Adam

biem.co — Indonesia memiliki aneka ragam suku, agama, bahasa, budaya, dan adat. Salah satu masyarakat adat di Indonesia yang sampai sekarang masih kokoh menjalankan adat istiadatnya adalah orang Baduy. Banyak cerita lisan yang mengulas tentang asal-usul orang Baduy. Djoewisno Ms dalam bukunya berjudul “Potret Kehidupan Masyarakat Baduy” menyebutkan bahwa orang Baduy berasal dari keturunan Pajajaran, yakni dari para Senapati dan Punggawa setia raja yang meloloskan diri dari kerajaan dan masuk ke dalam hutan Kendeng Banten Tengah. Peristiwa tersebut terjadi pada abad ke-XII, pada masanya Raja Prabu Bramaiya Maisa Tandraman dari Kerajaan Pajajaran. Tempat pertama yang disinggahi menjadi tempat paling disucikan oleh orang Baduy, dikenal dengan nama Panembahan Arca Domas atau Petak 13, di mana lokasinya berada di Hulu Sungai Ciujung.

Saat berbicara tentang orang Baduy, tentunya terlintas dalam benak kita bahwa kehidupannya jauh dari kemewahan dan segala hal tentang modernisasi. Namun demikian, lebih dari itu orang Baduy tetap menaruh perhatian atas segala sesuatu yang terjadi, baik soal sosial, keamanan, lingkungan, bahkan kehidupan bernegara. Misalnya dalam kehidupan bernegara orang Baduy memberikan penghormatan kepada pemerintah sebagai otoritas kekuasaan negara, memperlihatkan rasa kepedulian terhadap banyak hal yang menerpa negara dan bangsa ini, mereka mengharapkan terciptanya sebuah kesejahteraan ekonomi bagi seluruh warga negara Indonesia, keamanan negara dan masyarakat, stabilitas politik, keadaan sosial. Semua kepekaan tersebut, berkat keyakinan mereka dari para leluhurnya, bahwa mereka telah diamanahi untuk mengatur ketertiban hidup bermasyarakat baik secara pribadi, keluarga, alam, maupun lingkungan sekitarnya.

Sebagai eksistensinya, secara periodik orang Baduy selalu mengunjungi pemerintah yang berkuasa, sebagaimana dikenal dengan istilah Seba Baduy, yang berati mengunjungi atau mengunjungi pemerintah yang sah sebagai pemegang otoritas negara. Mereka meyakini bahwa acara Seba Baduy merupakan titipan dari para leluhurnya yang wajib dilakukan. Seba Baduy dilakukan pada waktu yang sudah ditentukan, tepatnya setahun sekali pada bulan Safar dalam perhitungan orang Baduy, yakni setelah warga Baduy melaksanakan upacara Kawalu. Adapun pesta keagamaan Kawalu berlangsung selama sembilan hari, yakni sejak Kawalu Mitembeyan, Kawalu Tengah, sampai Kawalu Tutug.

Tahun ini, warga Baduy kembali menggelar ritual Seba Gede yang akan dilaksanakan selama 4 hari, tepatnya mulai Kamis, 27 sampai Minggu, 30 April 2017. Diawali dari prosesi seba di Kecamatan Leuwidamar, dilanjutkan ke Pendopo Bupati Lebak, Pendopo Bupati Pandeglang, dan diakhiri di Museum Negeri Provinsi Banten (pendopo lama Gubernur Banten).

Eneng Nurcahyati selaku Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten mengatakan bahwa Seba tahun ini sangat spesial, karena bertepatan dengan pelaksanaan Seba Gede.

“Tahun ini, Seba Gede warga Baduy akan diikuti kurang lebih sebanyak 1900 warga Baduy. Kami tentunya sudah mempersiapkan fasilitasi yang layak, agar pelaksanaan Seba Gede berjalan lancar,” ungkapnya.


Seba Baduy 2017 I Dinas Pariwisata Provinsi Banten.

Dalam jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya, rombongan besar orang Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar, terdiri dari Jaro sebagai orang kedua Pu’un, tokoh adat Kajeroan, tokoh adat Panamping, dan juru bahasa tokoh Pemuda akan berjalan kaki tanpa alas. Berdasarkan kebiasaan, orang Baduy berangkat dari kampungnya sebelum matahari terbit menuju Kantor Bupati Kabupaten Lebak di Rangkas Bitung sebelum matahari terbenam. Kemudian, setelah menginap semalam, esok harinya harinya, orang Baduy jalan lagi berkunjung ke Gubernur Banten di Serang.

Dalam perjalanan, orang Baduy membawa berbagai hasil bumi tanah adat Baduy sebagai tanda hormat dan terima kasih kepada pemerintah yang telah melayani dan memerhatikan mereka. Orang Baduy meyakini bahwa hasil bumi tidak boleh dimakan, jika kegiatan Seba belum dilakukan. Dalam perjalanan Seba, orang Baduy hanya diperbolehkan untuk menginap semalam di dua tempat tujuan, kemudian langsung pulang ke kampungnya, tidak dianjurkan untuk mampir ke tempat lain.

“Terlebih, saat ini Seba Baduy sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbud, tentunya Dinas Pariwisata akan berupaya untuk menjadikan Seba Baduy sebagai salah satu agenda destinasi wisata budaya tingkat nasional, ” seru Eneng, penuh semangat.

Dalam acara Seba Baduy, misi yang dibawa oleh orang Baduy adalah menyampaikan amanat Pu’un, memberikan laporan yang terjadi di daerahnya selama setahun, menyampaikan harapan, dan menyerahkan hasil bumi dari tanaman ladang yang digarap. Selain itu, dalam Seba orang Baduy diperbolehkan untuk menyampaikan semua aspirasi politik berupa pendapat, walau mereka tidak diperbolehkan oleh adat untuk tidak memihak ke mana pun dalam hal politik, namun hal itu tidak menjadikan mereka luput untuk mengingat para petinggi rakyat yang terpilih untuk berlaku adil dan amanah, juga usul positif, memberikan pujian terhadap inisisatif pemerintah, dan lain sebagainya.

Selain itu, orang Baduy juga berhak menyampaikan keluhan hati, padangan, dan keprihatinan terhadap situasi kondisi yang terjadi, misalnya pejabat yang tidak amanah, melakukan korupsi atau perusakan hutan oleh oknum tidak beratanggungjawab, yang akan mengakibatkan bencana alam. Semua hal itu memberikan gambaran bahwa orang Baduy cukup kritis dan peka terhadap kenyataan hidup yang sedang terjadi, mereka selalu menawarkan kedamaian dan kesejahteraan bagi negara.

Jika disimpulkan, setiap pesta keagamaan Baduy adalah rangkuman dari perjalanan hidup dari lahir sampai mati, di mana dalam berkelanan di dunia sejatinya tidak lah seorang diri, namun bersama kehidupan-kehidupan yang lain, berdasarkan keyakinan yang diyakini bahwa sebab dalam upacara terkandung makna yang dalam, untuk mengetahui, mengenal, merasakan, dan melaksanakan. Lebih dari itu, dapat mengetahui dirinya sendiri, lingkungan, serta kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya yang dijadikan amanat untuk keturunan, begitulah hidup seterusnya. [Adv]

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button