Fatah SulaimanInspirasiTerkini

Kuliah S1-S3 Hanya 6 Tahun? Fatah Sulaiman: “Generasi Milenial Pekerja Keras Cerdas, Bisa!”

Dalam sebuah seminar World Class Professor (WCP) 2017 di Jakarta (16/11), Menristekdikti, M. Nasir menyampaikan bahwa Kemristekdikti sedang menggodok ketentuan akselerasi kuliah S1-S3. Program yang diwacanakan ini akan memungkinkan masa kuliah S1-S3 yang normalnya diselesaikan dalam waktu delapan tahun memungkinkan untuk ditempuh dalam waktu enam-tujuh tahun saja.

Menurut M. Nasir, program ini disebut Fast Track. Melalui program ini, kebutuhan akan doktor di Indonesia dapat terwujud. Saat ini jumlah dosen bergelar doktor baru 23.345 orang. Kemristekdikti sendiri menargetkan dapat mencetak 41.500 dosen bergelar doktor pada 2019 nanti.

Dalam kondisi normal seperti sekarang, kuliah jenjang S1-S3 dapat ditempuh paling cepat dalam waktu delapan tahun, dengan waktu normal adalah empat tahun untuk S1, dua tahun untuk S2, dan dua tahun untuk S3.
Menurut M. Nasir, “akselerasi yang direncanakan tentu saja untuk mahasiswa yang memiliki bakat dan kemampuan akademik yang baik”.

Dijelaskan pula bahwa detail skenario percepatan ini tentu dengan pola berbeda. Akselerasi ini memungkinkan, ketika mahasiswa S1 sudah masuk semester VII, maka dia sudah bisa mendaftar kuliah jenjang S2. Sehingga ketika lulus S1, statusnya sedang menempuh S2 semester II.

Selanjutnya, ketika sedang menempuh S2 semester III, mahasiswa bisa langsung mendaftar jenjang S3.

Dengan cara ini, ketika lulus S2 (semester IV), mahasiswa tersebut sedang menempuh semester II program S3. Mahasiswa hanya membutuhkan waktu satu tahun lagi untuk menyelesaikan S3.

Dengan sistem percepatan ini, akan semakin banyak SDM doktoral unggulan di usia 24-26 tahun. Dengan demikian, mereka memiliki waktu lebih panjang untuk mengabdi kepada bangsa.

Seperti diketahui, Universitas Indonesia (UI) sudah menjalankan program ini lebih dulu. Di kampus UI juga program ini disebut “Fast Track”. Program ini, di UI diperuntukkan bagi mahasiswa dengan IPK minimal 3,5. dimana dengan program “Fast Track” ini mahasiswa S1 tidak harus menunggu wisuda untuk melannjutkan ke jenjang S2.

Di tempat terpisah, [saat melaksanakan kunjungan di Technische Universität (TU) Dortmund], Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Dr. H. Fatah Sulaiman menuturkan bahwa ide Kemristekdikti ini mirip seperti Program Magister Menuju Doktor bagi Sarjana Unggul (PMMDSU).

“Dalam program PMMDSU, istilahnya sama, ‘fast track’, namun hanya meringkas dari S2-S3. Pada jenjang S2-S3 yang normalnya ditempuh dalam waktu enam tahun, dalam program PMMDSU bisa ditempuh dalam waktu enam tahun”, terang Fatah.

“S2 dua tahun, S3 dua tahun, sehingga total proses perkuliahan empat tahun. Jika S1 bisa ditempuh selama 3 tahun, maka dari S1-S3 bisa ditempuh dalam waktu 7 tahun. Jika lulus SMA di usia 17 tahun, dan langsung melanjutkan ke jenjang S1-S3 tanpa jeda, maka bisa dipastikan mahasiswa tersebut di usia 26 tahun sudah menyelesaikan studi doktoralnya”, lanjutnya.

Fatah yakin, ini merupakan terobosan baru dan generasi milenial pekerja keras dan cerdas pasti bisa menerima tantangan ini.

Menceritakan perjalannya di Technische Universität (TU) Dortmund dan bertemu generasi-generasi hebat Indonesia, Akademisi Banten ini tak henti-henti merasa bangga dan haru pada generasi muda Indonesia yang hebat. Pertemuannya dengan salah satu mahasiswa berprestasi Indonesia diungkapkannya dengan bangga.

“Saya saat ini berkesempatan berkunjung ke TU Dortmund ( ITB nya jerman), dan saya bangga, disini ada pemuda Indonesia dari Bengkulu. Mohandis Sidiq namanya (Alumni S1-UI, S2-S3 Beasiswa Florida State University)”.

“Mohandis meraih doktor dalam usia yang relatif sangat muda, 27 tahun. Mohandis saat ini sedang mengikuti Program Post Doktoral di TU Dortmund, sedang membantu riset professornya tentang ‘formulasi dasar material partikel’ ungkapnya bangga.

Mahasiswa Indonesia di luar negeri, menurutnya “Selain cerdas, generasi muda indonesia juga di luar dikenal memiliki karakter santun dan sangat agamis.

“Saya optimis generasi muda Indonesia ke depan yang dididik dengan basis karakter kebangsaan dan ahlak yang kuat dan dasar pemahaman agama yg kuat sangat mungkin untuk bisa menyelesaikan program doktoral dengan kompetensi keilmuan yang mumpuni di usia muda”, diungkapkannya dengan optimis.

Fatah berharap, ke depan tidak hanya SDM-nya tapi juga infrastrukturnya yang dipersiapkan. Lembaga pendidikan di Indonesia yang akan menempa generasi muda Indonesia, minimal harus berupaya keras untuk memenuhi 8 persyaratan standar yang disiapkan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

“Tidak hanya itu, semua pendidik yang terlibat dalam proses pendidikan harus menjadi teladan yang baik”, mengakhiri wawancara dengan semangat. (Red)

Editor: Jalaludin Ega

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button