Opini

Ibadah Haji: Penantian yang Berfaedah

biem.co — Selain bulan Ramadan, ada satu bulan yang menurut saya juga istimewa. Ya, tentunya selain bulan kelahiran Rasul yaitu bulan Mulud, alias Rabiul awal. Saat itu, jalanan dari Pandeglang-Baros sampai Palima pasti macet total. Saking masyarakat antusias membuat arak-arakan di jalan pada momen kelahiran Rasul akhir zaman ini. Tapi bukan itu yang akan saya bahas.

Menurut saya, Dzulhijjah juga tak kalah istimewanya. Banyak sejarah Islam bermuara di waktu ini. Dari mulai kisah Ismail yang rela disembelih oleh ayahnya Ibrahim hingga muncul sejarah kurban, sampai kewajiban haji yang pelaksanaannya ada di Dzulhijjah.

Belum lagi kalau di Indonesia ada ‘musim nikah’. Sepertinya, semua tanggal weekend saya sudah terisi jadwal menghadiri hari bahagia kawan-kawan saya yang telah menemukan cinta sejatinya, amin insha Allah. Kenapa insha Allah? Mungkin efek baca berita tingkat perceraian yang tinggi di Banten, akhir-akhir ini. Momen haru pernikahan pasti bikin jomlo-jomlo auto baper.

Tapi ada lagi momen yang menurut saya lebih mengharu pilu membiru di Dzulhijjah. Apalagi kalau bukan melihat umat Muslim di seluruh dunia, yang telah dipanggil Allah untuk menyempurnakan rukun Islam.

Kalau di Pandeglang, pasti keluarga yang mengantarkan paling tidak ada 10 mobil. Menemani tes CPNS, wisuda, apalagi berangkat haji, sudah adatnya membawa keluarga yang tersayang sampai satu RT. Bukan kampungan juga. Mereka memang memiliki rasa antusias yang tinggi, datang dari segala pelosok Pandeglang layaknya sumur, cibaliung, dll, mengantarkan handai taulannya, sebelum berjuang menunaikan haji dan berdoa sepenuh hati agar kelak menjadi haji yang mabrur. Haters mungkin akan bilang ini pembelaan, karena saya juga orang Pandeglang, he.

Dalam Al-Quran, Allah banyak membahas tentang haji diantaranya menurunkan Surat Al-Hajj yang mana mengemukakan tentang ibadah haji, lalu dalam surat Al- Baqarah ayat 189, 198, 128, 197, 200, 203, dan 196 juga surat Ali Imran ayat 97, menjelaskan bahwa Ibadah haji memang hukumnya wajib.

Tapi tidak mutlak karena hanya ditujukan bagi yang mampu. Misalnya dari sisi ekonomi, pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari tak mengganggu saat harus menabung untuk ke tanah suci. Jika belum mampu secara ekonomi, maka ini hanya berupa keinginan saja.

Adapun kasus seperti tukang becak, tukang bubur bahkan pemulung bisa pergi haji, maka karena mereka memang telah berupaya lebih, asalkan kewajiban sandang, pangan serta kewajiban menafkahi anak harus terpenuhi. Atau orang kaya yang berkali-kali haji atau umroh, namun tetangga nya masih ada yang kelaparan. Ini yang harus disikapi dengan baik. Utamakan yang lebih bersifat darurat.

Mengapa Harus Jauh-jauh Berangkat Haji?

Pernah terbesit di benak saya, kan Allah dekat, kenapa harus jauh-jauh ke Arab Saudi? Saya pernah tanya guru saya di pondok  begini jawabannya. Seperti salat dan ibadah yang lainnya, kita memiliki konsekuensi memilih melakukannya dengan sukarela atau terpaksa. Karena kedudukan kita sebagai hamba, kita diminta patuh terhadap apa yang Allah perintahkan. Semua tentang arah gerak kita.

Mungkin sama dengan hidayah, enggak tiba-tiba ada, harus dijemput dahulu. Ibadah haji mengajarkan kita untuk berusaha hingga bisa mencapai baitullah. Sebenarnya perjalanan haji adalah perjalanan dekat, bukan perjalanan jauh. Perjalanan dekat menuju Allah. Saat iman sudah bertumpu di logika dan hati, Maka insha Allah dengan ridha-Nya bisa terpenuhi. Jika dirasa telah dekat, maka hati dan fisik akan terarahkan pada apa yang diperintah Allah, batin akan tenang, optimis dan siap melaksanakan ibadah haji dengan suka cita.

Sudah menjadi pengetahuan umum jika berangkat haji itu bukan perkara yang mudah bukan? Khususnya tahun ini, saya baca di Instagram resmi Kemenag, waktu penantian untuk Banten sesuai data yang dari mulai daftar adalah 19 tahun.

Kalau dihitung-hitung, itu saat saya berusia 44 tahun. Mungkin saya sudah punya anak 4 atau 5. Atau malah cucu, kalau anak pertama saya nikah muda. Itu juga kalau saya langsung daftar tahun ini, ya. Tapi saya masih bersyukur. Saudara kita yang ada di Sulawesi Selatan malah harus menunggu 39 tahun. Mau membayangkannya saja sudah tak sanggup. Belum tentu saya hidup selama itu.

Tapi manusia bisa berdoa dan usaha, iya kan? Hasil balik lagi bagaimana Allah saja. Maka dari itu, Kemenag sering melakukan sosialisasi pada generasi muda agar mempersiapkan keberangkatan haji sedini mungkin. Karena melaksanakan haji perlu mental dan fisik yang kuat.

Penantian yang Berfaedah

Kita dihadapkan dengan banyak kegiatan menunggu. Menunggu tak mesti diam pasif tak berarah. Menunggu saatnya untuk berangkat haji tentunya telah diperhitungkan dengan matang. Namun tetap tak mengindahkan kewajiban lain layaknya belajar dengan baik, patuh terhadap orang tua, belum lagi yang sudah mengayuh biduk rumah tangga kewajiban menafkahi anak istri tetap diperhatikan.

Banyak cerita yang selalu saya dengar dari mereka yang telah melaksanakan ibadah haji. Orang-orang yang memang saya kenal adalah orang yang baik, suka menolong dan luar biasa ibadahnya. Saat beribadah haji, mereka selalu dimudahkan. Tiba-tiba saat haus, ada yang memberi minum. Terbesit lapar, tiba-tiba ada seseorang yang tak dikenal melempar roti, saat mencari-cari sendal yang hilang, ada yang membantu menemukan.

Namun, tak sedikit dari mereka yang pergi haji yang saat di Tanah Air mungkin perilakunya kurang baik, maka diperlihatkan disana. Layaknya di akhirat saat dihadapkan dengan surga dan neraka, maka orang tersebut di balas pula atas apa yang mereka kerjakan. Saat seseorang yang kurang baik perilakunya, dia merasakan panas yang memang sedang menyerang Mekkah saat itu. Namun sebaliknya, yang saya kenal biasa berbuat baik ini tak merasakan panas sedikitpun.

Saya terperanjat dengan kisah-kisah tersebut. Alangkah baiknya kita menata diri sambil terus berusaha dan berdoa sebelum dipanggil ke rumah Allah. Dengan terus menjaga perilaku kita. Ini hal sederhana yang menurut saya sebagai penantian yang berfaedah. (rai)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button