Opini

Mastur Huda: Visi Pariwisata Lebak Terancam Gagal

Catatan "Ngariung Ide" Pokja Wartawan Lebak

biem.co – Pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu sektor yang paling terpengaruh akibat pandemi, yakni sektor pariwisata. Selama satu tahun pandemi Covid-19, jumlah kunjungan wisatawan ke Bumi Multatuli turun drastis. Pada 2020, Pemkab Lebak menargetkan kunjungan wisatawan sebanyak 1,5 juta orang. Namun, pada akhir Desember 2020, jumlah kunjungan wisatawan ke destinasi wisata di 28 kecamatan kurang lebih hanya 250 ribu orang. Kondisi tersebut mengakibatkan pelaku pariwisata dan usaha kecil menengah (UKM) lokal terpuruk. Bahkan, para pengelola tempat wisata dibuat tidak berdaya, karena pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Selama PSBB, tempat wisata harus ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang terus mengalami peningkatan sejak pertengahan tahun lalu. Sekarang, jumlah warga yang terpapar Covid-19 telah mencapai 2.547 orang. Dengan rincian, 1.809 orang dinyatakan sembuh, 689 orang dalam proses perawatan atau isolasi, dan 49 orang meninggal dunia. Peningkatan kasus membuat pemerintah daerah harus memberlakukan PSBB secara ketat. Bahkan, beberapa kali satuan tugas (Satgas) Covid-19 tingkat kecamatan dan kabupaten harus membubarkan kegiatan masyarakat yang menimbulkan kerumunan. Termasuk, menutup tempat hiburan dan pariwisata.

Padahal, Bupati Iti Octavia Jayabaya dan Wakil Bupati Ade Sumardi memiliki visi Menjadikan Lebak Sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional Berbasis Potensi Lokal. Pertanyaannya, bagaimana nasib visi pemerintah daerah di bidang pariwisata itu. Apakah visi tersebut akan tetap dipertahankan sampai akhir masa jabatan pada 15 Januari 2024 atau direvisi. Karena, pandemi Covid-19 belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir.
Untuk itu, Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Lebak dalam program Ngariung Ide mengangkat tema Visi Pariwisata Terancam Gagal? Tema  tersebut diharapkan dielaborasi semua stakeholders, sehingga menghasilkan gagasan yang solutif dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Karena itu dihadirkan beberapa narasumber yang kompeten, yakni Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Imam Rismahayadin, anggota Komisi II DPRD Lebak Abdul Rohman, dan pengelola tempat wisata Pantai Bagedur yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lebak Mumu Mahmudin. Diskusi yang disajikan dengan santai juga diselingi musikalisasi puisi yang dibawakan Ketua Yayasan Guriang 7 Indonesia Dede Majid.

Mumu Mahmudin menceritakan beratnya pelaku pariwisata dalam menghadapi pandemi Covid-19. Selama setahun, pelaku pariwisata harus puasa, karena ketika kunjungan wisatawan tidak ada maka pendapatan pengelola wisata dan pelaku UKM akan nihil. Akibatnya, perekonomian masyarakat menjadi terganggu.
Ditambah lagi, selama PSBB pemerintah daerah menutup destinasi wisata untuk mencegah penyebaran virus corona. Kebijakan tersebut dikeluhkan para pelaku wisata di daerah. Karena, kebijakan sama tidak diterapkan di Pandeglang dan Serang. Di sana, selama pandemi destinasi wisata tetap dibuka dan bahkan setiap peringatan hari besar Islam, kunjungan wisatawan membeludak. Kondisi tersebut tentu membuat iri teman-teman pengelola destinasi wisata yang ada di Lebak.

Sementara itu, pemerintah daerah yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lebak Imam Rismahayadin mengaku tetap optimistis dengan visi pariwisata yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019 – 2024. Apalagi, sejak 2019 Pemkab Lebak telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan visi tersebut, mulai dari penguatan infrastruktur dan suprastruktur pariwisata, hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku wisata di 28 kecamatan.

Selanjutnya, pemerintah juga telah membuat beberapa regulasi, mulai dari Peraturan Daerah Tentang Pariwisata dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Jadi, pada 2021 dan 2022 Pemkab akan gencar melakukan promosi wisata untuk menyukseskan visi besar Bupati dan Wakil Bupati Lebak. pada 2023, diyakini visi pariwisata dengan indikator peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Lebak bakal tercapai. Walaupun diakui, kunjungan wisatawan ke Lebak pada 2020 mengalami penurunan hingga 85 persen dari target 1,5 juta orang. Namun, industri pariwisata mengalami pertumbuhan. Buktinya, kafe-kafe, hotel, dan resto, tumbuh subur di beberapa daerah di Lebak selatan maupun Lebak utara. Untuk itu, Imam mengajak kepada semua elemen masyarakat di Lebak untuk mendukung visi pariwisata yang diusung Bupati Iti Octavia Jayabaya dan Wakil Bupati Ade Sumardi.

Anggota Komisi II DPRD Lebak Abdurohman menegaskan, visi pariwisata Lebak bisa gagal total. Hal itu bukan hanya akibat pandemi Covid-19. Tapi, juga karena kesungguhan dari stakeholders yang ada di daerah. Namun, jika semuanya kompak, maka mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam ini optimis visi pariwisata di daerah masih menjanjikan. Apalagi, Lebak memiliki beberapa destinasi wisata unggulan yang pesonanya tidak akan kalah dengan tempat wisata dari daerah lain di Indonesia. Seperti, pantai Sawarna, pantai Bagedur, kebun teh Cikuya, Museum Multatuli, negeri di atas awan Citorek, wisata adat Baduy, dan curug Munding di Gunungkencana. Obyek wisata andalan tersebut didukung dengan tumbuhnya pelaku UKM di beberapa daerah yang bakal mendukung peningkatan ekonomi masyarakat.

Optimisme menjadikan Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional bakal terealisasi juga didukung dengan beberapa kebijakan pemerintah. Diantaranya, dengan gencar melakukan vaksinasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan terpenting konektivitas wilayah Lebak dengan daerah luar yang mulai terbuka. Apalagi sekarang sudah beroperasi double track kereta api Tanah Abang – Rangkasbitung. Pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang dan reaktivasi jalur kereta api dari Rangkasbitung menuju Saketi hingga ke Bayah.

Jadi, visi pariwisata Lebak optimistis bakal tercapai. Karena, Lebak memiliki potensi  pariwisata yang luar biasa dan dukung dengan konektivitas wilayah yang sangat mudah. Lebak hanya berjarak kurang lebih 90 kilometer dari ibu kota Jakarta dan waktu tempuh dari Betawi ke Lebak hanya dua jam. Ini menjadi modal besar bagi pembangunan pariwisata di Lebak dan masyarakat di daerah siap menyambut kedatangan jutaan wisatawan di Bumi Multatuli.


*Mastur Huda, Ketua Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Lebak

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button