InspirasiKetahanan PanganOpini

Ilmu Pangan dan Stunting: Diversifikasi Pangan dengan Fortifikasi Udang Mantis (Harpiosquilla raphidea) sebagai Sereal Solusi Masalah Stunting di Indonesia

Oleh : Nur Ihza Baharudin, Mahasiswa Ilmu Pangan, IPB University

BOGOR, biem.co – Pangan menjadi suatu kebutuhan dasar atau primer bagi manusia yang apabila tidak tersedia akan mengancam kehidupan manusia. Berdasarkan Global Food Security Index (2020), Indonesia mengalami penurunan peringkat dari peringkat ke-62 menjadi ke-65 dari total 113 negara yang menandakan ketahanan pangan menjadi salah satu fokus yang perlu diperhatikan kedepannya. Malnutrisi masih menjadi salah satu permasalahan di Indonesia. Permasalahan malnutisi di Indonesia diantaranya bertubuh pendek (stunting) yang merupakan potensi pertumbuhan seseorang yang mengalami kegagalan dan dapat membatasi kapasitas fisik serta kognitif, bertubuh kurus (wasting) yang merupakan penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan menambah berat badan dan memiliki resiko kematian yang tinggi, serta kegemukan (obesitas) yang meningkatkan potensi penyakit diabetes dan kardiovaskular.

Menurut Global Nutrition Report (2020), stunting masih menjadi permasalahan karena 30,8% anak dibawah 5 tahun masih terkena dampak stunting dan jika dibandingkan dengan rerata kawasan Asia (21,8%), Indonesia masih lebih tinggi angka permasalahan stunting. Stunting pada anak-anak dapat meningkatkan risiko kematian anak, mempengaruhi perkembangan dan kemampuan belajar anak, meningkatkan risiko infeksi dan penyakit tidak menular, serta menurunkan produktivitas anak di masa dewasa. Oleh karena itu, upaya global berkomitmen untuk merumuskan kebijakan dan rencana yang bertujuan untuk mengurangi stunting. Mengurangi stunting pada masa anak-anak adalah yang pertama dari enam tujuan dalam Tujuan Gizi Global 2025 dan indikator utama kedua untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) tanpa kelaparan (Stewart 2013).

Berdasarkan permasalahan tersebut menjadi motivasi saya, Nur Ihza Baharudin, mahasiswa Ilmu Pangan IPB University untuk memberikan solusi alternatif bagi masyarakat terutama anak-anak dalam pencegahan dan penanganan stunting melalui diversifikasi olahan perairan yang dapat dimanfaatkan dalam bahan baku pangan fungsional flakes atau sereal. Sereal merupakan makanan sarapan yang banyak digemari anak-anak karena mudah untuk dikonsumsi. Sereal umumnya dibuat dari bahan baku yang berasal dari golongan serealia dan umbi-umbian.

Saya ingin mencoba untuk memanfaatkan kekayaan daerah setempat masyarakat yang berupa bahan baku perairan yaitu udang mantis sebagai pangan fungsional sereal. Udang mantis (Harpiosquilla raphidea) merupakan salah satu jenis crustacea yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 43,91% protein, 12,35% lemak, dan 16,01% serat kasar. Udang mantis menjadi salah satu komoditas hewan laut yang memiliki  nilai ekonomi yang tinggi serta dapat menjadi solusi dalam pencegahan dan penanganan stunting apabila dioptimalkan perannya menjadi pangan fungsional. Selain itu, saya juga ingin memberikan pemahaman serta pelatihan kepada masyarakat terutama anak-anak melalui program SCS (Siap Cegah Stunting) sehingga nantinya ka berdampak positif yang berkelanjutan untuk kedepannya.

Pelaksanaan program SCS (Siap Cegah Stunting) melaui diversifikasi pangan tentu memerlukan kerjasama dan sinergi dari berbagai pihak yang terlibat. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu kesuksesan program ini adalah sebagai berikut:

  1. Pemerintah

Pihak pemerintah yang dimaksud dalam hal ini adalah Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, Puskesmas, hingga pemerintah setingkat desa. Pemerintah dalam hal ini berperan sebagai: (1) penanggung jawab dan pelindung pelaksanaan program, (2) pembuat kebijakan yang dapat mendukung tercapainya tujuan program, (3) pengawas terhadap pelaksanaan program, (4) perencana, memantau, dan evaluasi terhadap program, dan (5) lembaga yang memberikan informasi program ke masyarakat luas.

  1. Tim Pelaksana Program

Tim pelaksana program ini merupakan pihak yang bertindak sebagai pengembang dan pelaksana program, yang terdiri atas: (1) tim research and development, yang bertugas mendata penyandang stunting per kecamatan dan mendampingi kegiatan pengembangan diri (2) tim pengadaan sarana dan prasarana, yang bertanggungjawab terhadap penyediaan dan pemeliharaan produk, dan (3) tim marketing, yang bertugas mempromosikan dan mensosialisasikan program ini, baik secara online maupun offline.

  1. Pihak Universitas

Pihak universitas disini berperan sebagai penyedia sumber daya manusia yang dapat melakukan magang di setiap kecamatan. Mahasiswa ini bisa dari jurusan perikanan, pangan, kesehatan  maupun dari jurusan lainnya yang memiliki keinginan untuk magang di program.

  1. Masyarakat Umum

Masyarakat umum sebagai sebuah elemen sosial dapat berperan sebagai pihak yang memberikan rekomendasi untuk melakukan pengembangan diri kepada masyarakat yang direkomendasikan dan belum terdaftar dibawah naungan masyarakat umum juga dapat berperan sebagai relawan yang membantu jalannya program, mengingat semakin meningkatnya kesadaran untuk menjadi relawan.

Langkah-langkah strategis pengimplementasian program dapat dilihat pada bagan berikut:

Bagan langkah-langkah strategis pengimplementasian program SCS (Siap Cegah Stunting)
Bagan langkah-langkah strategis pengimplementasian program SCS (Siap Cegah Stunting)

Diversifikasi pangan dengan fortifikasi udang mantis menjadi sereal melalui program SCS (Siap Cegah Stunting) merupakan sebuah terobosan baru yang fokus dalam mengatasi permasalahan kesehatan stunting yang ada pada masyarakat khususnya anak-anak. Langkah yang ditempuh yakni tahap perencanaan, yang meliputi pembuatan timeline kerja, struktur organisasi dan pembagian kerja, melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, membuat daftar penyandang stunting, mempersiapkan SDM sebagai pengelola. Selanjutnya tahap pelaksanaan yang meliputi sosialisasi kepada masyarakat, pemberian informasi dan pelaksanaan deteksi dini, pemberdayaan para penyandang stunting, dan pelaksanaan masing-masing program usulan). Lama waktu yang diperlukan dalam masa percobaan berkisaran sekitar 3 bulan dan 1 bulan terakhir untuk tahap evaluasi program apakah berjalan secera efektif dan efisien atau belum, sehingga evaluasi ini dapat meningkatkan program di waktu selanjutnya.

Gagasan ini diprediksi mampu memberikan dampak postif seperti dapat manangani dan mencegah terjadinya stunting yang berkelanjutan kepada anak-anak, wujud percontohan bagi daerah yang belum dapat mengatasi stunting di daerahnya, serta dapat meingkatkan pendapatan daerah dengan memanfaatkan kekayaaan udang mantisnya sebagai produk pangan fungsional  solusi stunting di Indonesia. (Red)   

REFERENSI

Global Hunger Index. 2020. Global Hunger Index Indonesia 2020. (Online). https://www.globalhungerindex.org/indonesia.html.

Global Nutrition Report. 2020. Country Nutrition Profiles. (Online). https://globalnutritionreport.org/resources/nutrition-profiles/asia/south-eastern- asia/indonesia/.

Stewart CP, Iannotti L, Dewey KG, Michaelsen KF, Onyango AW. 2013. Contextualising complementary feeding in a broader framework for stunting prevention. Maternal and Child Nutrition. (9): 27–45.

UNICEF. 2014. Gizi : Mengatasi Beban Ganda Malnutrisi di Indonesia. (Online). https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi.

UNICEF. 2019. Status Anak Dunia 2019 : Anak, Pangan, dan Gizi. (Online). https://www.unicef.org/indonesia/id/status-anak-dunia-2019.

 

Editor: admin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button