Film & MusikHiburan

Berkarya dengan Film Dokumenter

Oleh Sigit Surahman

 

biem.co – Film dokumenter tak ayal seperti halnya melakukan rutinitas sehari-hari. Sebagai contoh yang paling sederhana dan melekat pada hampir semua manusia adalah foto selfie, video selfie, atau bisa juga foto dan video kegiatan sendiri. Begitu mudah dan sederhananya membuat film dokumenter. Tentunya bukan hanya itu saja, film dokumenter harus disertakan estetika (keindahan) baik gambar atau pun ceritanya. Contoh membuat film dokumenter yang lebih sederhana lagi misalnya, kumpulkan foto atau video kita sedari masih kecil hingga usia dewasa, kemudian rangkai itu semua dalam satu urutan dokumentasi utuh. Dokumentasi seperti itu sudah bisa dibilang merupakan sebuah dokumenter.

 

Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada 8 Februari 1926. Kata ini kemudian selalu muncul dalam tulisan John Grierson ketika mengkritik film-film karya Robert Flaherty, salah satunya adalah yang berjudul Nanook of the North.  Film yang berdurasi kurang lebih 1,5 jam itu tidak lagi sekadar ‘mendongeng’ ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada the creative treatment of actuality. (Arimba, disampaikan pada workshop film dokumenter 17 September 2016 di Universitas Serang Raya).

 

Dokumenter dibuat berdasarkan tema tertentu, sehingga dokumenter itu pada dasarnya dibuat untuk menjawab masalah tertentu yang ada dalam pikiran pembuatnya. Selain itu dokumenter juga menggambarkan sudut pandang atau perspektif pembuatnya terhadap suatu realitas. Sebagian fakta dalam program dokumenter cukup diketahui dalam garis besar, yang penting adalah inti cerita atau pesan bisa tersampaikan, namun ada pula fakta yang memerlukan perhatian lebih cermat dan mendetail.

 

Program dokumenter dapat dipandang sebagai suatu bentuk laporan hasil investigasi atas suatu kejadian atau peristiwa, baik berkaitan dengan bidang sejarah maupun kebudayaan. Perkembangan film dokumenter dalam hal bentuk dan pendekatan tentu berkaitan dengan perkembangan media audio-visual dan industri film saat ini. Kemajuan teknologi elektronik dan informasi memudahkan peneliti, sineas, atau siapa saja orang yang berminat, untuk mendokumentasikan berbagai hal yang dilihat, dialami, dan ingin diketahui lebih jauh dalam bentuk audio-visual. Hal inilah yang membuat karya dokumenter bisa masuk mulai dari layar televisi hingga layar lebar atau pun bioskop. Sebuah program dokumenter  telah menjadi salah satu unsur penting dalam performa penyiaran televisi. Dalam hal ini yang berkenaan dengan peran kritis informasi publiknya, sebagai sumber pengetahuan, kesenangan, pendidikan, dan kebutuhan penonton televisi akan bentuk hiburan baru.

 

Pada prinsipnya setiap film adalah film dokumenter. Bahkan yang paling aneh dari fiksi memberikan bukti dari budaya yang diproduksi dan mereproduksi kemiripan dari orang yang melakukan di dalamnya. Setiap jenis dokumenter menceritakan sebuah cerita, tapi cerita-cerita, atau narasi dari jenis yang berbeda. Dokumenter-pemenuhan keinginan adalah apa yang biasanya kita sebut untuk memberikan ekspresi nyata keinginan dan impian kita. Sineas film dokumenter membuat karya-karya berangkat dari imajinasi atau pun pengalamaan pribadi yang memberikan rasa apa yang diinginkannya. Film dokumenter adalah film yang mengungkapkan kebenaran, wawasan, dan perspektif pembuatnya. Dokumenter menawarkan dunia bagi para sineas untuk mengapresiasi, menggali, merenungkan, atau mungkin hanya bersenang-senang bergerak dari dunia di sekitar  untuk lain dunia yang tak terbatas.

 

Dokumenter merupakan representasi sosial masyarakat yang kita biasanya disebut film nonfiksi. Film dokumenter ini memberikan representasi yang nyata untuk aspek dunia kita, yang sudah kita tinggali sejak lama dan saling tempat di mana kita saling berbagi. Sineas dokumenter membuat karya-karyanya dari realitas sosial yang terlihat dan tedengar dengan cara yang khas, sesuai dengan prespektif, pemilihan, dan bagaimana pengemasan yang dilakukan oleh seorang filmaker.

 

Mereka memberikan rasa pada setiap karya film dokumenter sesuai dengan apa hasil riset tentang masa lalu objek, keadaan objek pada masa sekarang, atau bahkan dari apa kemungkinan-kemungkinan yang akan datang. Film ini juga menyampaikan kebenaran, pernyataan, perspektif, dan argumen pembuatnya dalam kaitannya dengan objek penciptaan.

 

Dokumenter sebagai bentuk penawaran representasi sosial baru. Pandangan yang seperti ini untuk mengeksplorasi dan memahami dokumenter itu sendiri. Sebagai cerita fiksi, film dokumenter merupakan panggilan kita untuk menginterpretasikannya, dan sebagai true story film memanggil kita untuk percaya. Interpretasi adalah masalah menggenggam bagaimana bentuk atau organisasi film menyampaikan makna dan nilai-nilai. Kepercayaan adalah pertanyaan dari tanggapan kita terhadap makna tersebut. Kita percaya pada kebenaran fiksi maupun yang nonfiksi. Realita di film dokumenter bisa diterima karena film-film ini seringkali dimaksudkan untuk menitik beratkan pada sejarah dunia sendiri, nilai sosial, dan untuk melakukannya harus bisa mengarahkan atau meyakinkan kita bahwa satu sudut pandang atau pendekatan yang dilakukan pembuatnya lebih baik daripada orang lain. Film fiksi mungkin memiliki konten yang menangguhkan rasa percaya untuk menerima dunia sebagai hal yang masuk akal, tetapi nonfiksi menanamkan kepercayaan untuk menerima dunia sebagai sebenarnya. Inilah yang sejajar dengan dokumenter retoris tradisi atau budaya, di mana kefasihan melayani sosial maupun estetika tidak hanya menampilkan keindahan dari dokumenter tetapi juga arah cerita dokumenter.

 

Dokumenter memberikan kemampuan untuk melihat masalah dengan tepat melalui sinematik dari pandangan di hadapan kita saat ini isu-isu sosial dan peristiwa yang berulang. Ikatan antara dokumenter dan sejarah dunia sangatlah mendalam. Dokumenter menambahkan dimensi baru ke sejarah populer dan sejarah sosial. Melalui sinematik, cara-cara yang digunakaan dengan media film dokumenter ini bergerak selaras dengan dunia seperti yang kita tahu. Dokumenter mengambil serangkaian pertanyaan yang ditunjukkan oleh elemen masyarakat yang tentunya tipe pertanyaan akal sehat kita mungkin bertanya pada diri sendiri jika kita ingin memahami film dokumenter. Setiap pertanyaan membawa kita sedikit lebih jauh ke dalam domain dokumenter; setiap pertanyaan membantu kita memahami bagaimana sebuah tradisi dokumenter muncul dan berkembang dan apa yang didokumentasikan. Dokumenter melibatkan berbagai unsur dunia dengan mewakili itu, dan dokumenter melakukannya dalam tiga cara. Pertama, dokumenter menawarkan sebuah kemiripan atau gambaran dari dunia yang dikenakan familiarity (familiar). Kedua, dokumenter dikenali sebagai kapasitas film yang menyajikan realitas masyarakat. Ketiga, dokumenter memberikan jawaban atas; apa, mengapa, bagaimana, di mana, kapan, dan siapa hingga suatu objek itu layak dijadikan dalam sebuah dokumenter. [*]


Sigit Surahman, dosen di Universitas Serang Raya (Unsera). 

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button