Terkini

Kisah Heri, Dari Menjual Koran Hingga Berdagang Kue Keliling

CILEGON, biem.co — Masih tersisa senyum di wajahnya malam itu. Ia pulang dari menjual kue keliling dan beberapa eksemplar koran harian dengan berkeliling di Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Hari ini, ia ke pulang ke rumah pukul 20:00 WIB. Dengan sisa tenaga yang ada, ia menempuh jalan pulang dengan menaiki angkutan kota (angkot) dari Merak ke Kecamatan Serdang, Kabupaten Serang. 

Dia adalah Heri, penjual koran yang kini harus menjadi tukang kue keliling demi menghidupi keluarganya. Saat ini, hasil dari berjualan koran sudah tak bisa diandalkan lagi. Sebab penjualan menurun drastis, ditambah lagi dengan wabah Covid-19 yang melanda membuat hidup semakin sulit, sementara kehidupan harus terus berlanjut. 

“Dulu saya bisa menjual koran sampai 200 eksemplar, tapi sekarang hanya puluhan saja. Itu pun kadang tidak habis, makanya saya putuskan untuk jualan kue keliling saja,” tuturnya kepada biem.co. Rabu (25/11/2020). 

Sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi penjual kue keliling, pria 50 tahun ini berjualan koran dan sekali waktu menjadi tukang urut sebagai tambahan penghasilan.

“Sambil jualan koran, saya juga kadang menjadi tukar urut kalau ada yang memanggil untuk diurut, lumayan buat tambah-tambah penghasilan,” ucapnya. 

Desakan ekonomi yang semakin sulit, ditambah lagi kemajuan teknologi informasi yang berakibat pada berkurangnya pembaca koran (Surat kabar) membuat Heri harus menjadi penjual kue keliling.

“Lama saya berpikir, saya tidak mungkin berjualan koran terus, sampai satu hari saya ketemu dengan seorang anak pembuat kue di angkot, lalu dia menawarkan kepada saya untuk berjualan kue saja,” ujarnya. 

Dari situlah Heri kemudian memutar haluan dari menjual koran keliling menjadi penjual kue keliling. Namun, Heri tidak begitu saja meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai penjual koran. Sembari menjajakan kue, ia juga tetap membawa beberapa koran untuk dijual di Terminal Bus Merak dan Pelabuhan di Pelabuhan ASDP Merak. 

“Saya bawa sekitar 12 koran saja,” tandas Heri.

Heri mengaku kesulitannya dalam berjalan koran itu muncul ketika ponsel pintar sudah banyak digunakan.

“Itu sekitar tahun 2014 sudah mulai banyak smartphone digunakan, lambat laun pembeli koran semakin menurun,” timpalnya. 

Pada tahun 1998, Heri mengaku pernah berada di posisi paling susah. Saat itu, katanya, ketika krisis moneter, ekonomi sangat sulit. 

“Tapi, alhamdulillah saya bisa lalui itu dengan berjualan koran,” imbuh Heri. 

Kini, Heri pun menggantungkan hidupnya dan keluarganya dengan berjualan kue keliling. “Kalau mengandalkan hasil koran tidak bisa lagi, karena yang dulu berlangganan sama saya, sekarang sudah tidak lagi,” katanya. 

Untuk saat ini, Heri menjajakan kuenya dengan berjalan kaki dari perbatasan kecamatan Grogol hingga ke Terminal Bus Merak dan Pelabuhan. Ia berjualan dari pukul 9 pagi hingga malam hari.

“Pagi saya ambil kue di Cilegon, terus saya naik angkot untuk menjualnya di Merak,” ujar Heri.

Ada semangat yang luar biasa dari seorang Heri dalam menghadapi pahitnya kehidupan.

“Hidup saya ini sulit, tapi saya berusaha supaya anak dan istri saya tidak merasa sulit,” pungkasnya. (arif)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button