biem.co – Setiap mata saya menyusuri jalan tol Serang—Jakarta, selalu ada pemandangan menarik yang dapat saya nikmati dari balik jendela bus, mulai dari matahari terbit, rumah-rumah provider di tengah sawah, sampai para karyawan pabrik yang mengendap-endap naik dan turun dari kendaraan untuk menghindari sergapan Patroli Jalan Raya. Belum lagi deretan panjang kendaraan yang mengantre di gerbang tol, atau tersendat karena ada kecelakaan atau adanya pengerjaan jalan yang belum selesai.
Imajinasi saya kemudian kembali pada masa duduk di bangku sekolah. Waktu itu saya sering berkhayal akan bekerja keras dengan memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya kepada perusahaan, sehingga karier dan gaji saya tentunya akan terus meningkat—sebagai kompensasi jasa yang saya terima. Namun ternyata, setelah saya memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, tidak seperti apa yang saya bayangkan, ada sebagian yang berbeda dan menimbulkan beberapa pertanyaan dalam benak.
Saya sering mengamati hal-hal kecil di beberapa perusahaan di mana saya pernah bekerja. Ternyata ada indikasi bahwa beberapa teman saya bisa naik jabatan, lalu menempati posisi-posisi strategis tidak semata-mata karena prestasi kerjanya, tetapi juga dikarenakan kemampuan komunikasinya yang baik kepada orang-orang yang menjadi “kunci” di perusahaan tersebut. Menurut saya, hal tersebut juga membutuhkan keterampilan, bagaimana mengenali dan merespons secara layak perasaan, sikap, perilaku, motivasi, dan keinginan orang lain, sehingga kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan rekan kerja, atasan, bawahan, dan orang-orang disekitar lingkungan kerja kita.
Untuk membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain, tentu saja kita harus menguasai kemampuan dan keterampilan dalam mengenal diri sendiri; bagaimana mengekspresikan diri secara jelas, bagaimana merespons, bagaimana menyampaikan pesan dan maksud kita, bagaimana bernegoisasi dan menyelesaikan konflik, bagaimana berperan dalam tim, dan banyak “bagaimana” lainnya yang mesti kita kuasai. Serta yang tidak kalah pentingnya, bagaimana memiliki kemampuan dalam mengenal orang lain. Semua ini dapat dipelajari dari internet, buku-buku, artikel di majalah, koran-koran, dan sebagainya. Jangan malas untuk membaca.
Tidak ada salahnya membiasakan diri untuk mengembangkan sikap-sikap terpuji, seperti menjalin hubungan yang baik antarsesama, tidak membeda-bedakan yang mana atasan dan yang mana bawahan, tentu dengan catatan harus tetap hormat dan sopan khususnya terhadap atasan—karena itu akan menciptakan kesan bahwa kita orang baik dan berpotensi. Perlu dicermati, jangan sampai usaha ini dilakukan dengan cara-cara yang justru tidak terpuji. Masih banyak cara mulia yang dapat kita tempuh untuk menciptakan hubungan yang harmonis di lingkungan pekerjaan tanpa harus mencari muka, menjilat, dan asal “bapak senang”, salah satunya adalah dengan mulai membiasakan diri untuk tersenyum kepada siapa saja.Cheers!
Irvan Hq adalah CEO biem.co dan Ketua Umum Banten Muda Community. Di sela waktu padatnya bekerja di sebuah perusahaan, Irvan menyempatkan diri untuk terus menulis. Kolom Catatan Irvan ini adalah kanal yang merangkum tulisannya yang memotret berbagai persoalan sosial kehidupan.