KabarTerkini

Seminar Tematik, Majelis Silaturahmi Kebangsaan: Ungkap Cara Menangkal Paham Radikal

KABUPATEN SERANG, biem — Saat ini peran media massa dan media sosial sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup dan tatanan masyarakat di lingkungan sekitar. Bagaimana tidak? Dengan teknologi yang super cangguh di era modern ini, semua hal dapat diakses dalam sepersekian detik dengan mudahnya.

Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi mental para pegiat social media. Ada yang menggunakan dan menanggapinya secara positif, namun ada juga yang sebaliknya.Terlebih lagi, akhir-akhir ini sering muncul paham-paham tertentu, salah satunya faham radikalisme.

Radikalisme adalah suatu faham yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

Di Indonesia sendiri sudah sering kita mendengar munculnya paham-paham radikal yang dapat merusak moral bangsa serta mengacaukan kedaulatan negara.

Untuk mencegah hal tersebut, Majelis Silaturahmi Kebangsaan Provinsi Banten menggelar Seminar Tematik, pada Kamis (26/01) di salah satu rumah makan di Kota Serang.

Bertajuk Peran Serta Media Massa dan Media Sosial dalam Menangkal Faham Radikal, seminat tersebut diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai elemen masyarakat Banten.

Hadir sebagai pemateri dalam seminar tersebut, Ketua Mapilu, Agus Sudibyo, Ketua MUI Provinsi Banten, K.H. Zaenal Abidin, dan Perwakilan Radio Mora, Sunardi.

Sunardi memaparkan bahwa fungsi media dalam implementasi kehidupan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dari segi ekonomi, sosial, dan perdagangan.

“Peran media sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan, terlebih lagi dalam dalam hal membangun mental. Media harus digunakan sebaik mungkin oleh para penggunanya,” kata Sunardi. 

Baca juga: Majelis Silaturahim Kebangsaan Gelar Seminar Kebangsaan

Apabila kita mendapatkan berita, lanjut Sunardi, harus ditelaah terlebih dahulu sumber dan kebenarannya. Kemudian, jika sudah akurat, baru dinaikkan menjadi berita.

“Kita harus bisa memfilter diri dengan apa yang kita katakan dan sampaikan. Juga menyebar informasi harus bisa dipertanggungjawabkan,” tambahnya.

Di social media saat ini, imbuh Sunardi, terdapat perbedaan antara mengkritisi dan menghakimi. Kritikan sifatnya membangun, karenanya media tidak boleh mengandung unsur sara, atau adu domba.

Sementara itu, dalam pembahasan selanjutnya, K.H. Zaenal Abidin mengatakan bahwa media adalah sebuah perangkat yang harus dipahami terlebih dahulu kebenaran dan kedustaannya. Karenanya, media harus bersifat objektif.

“Saat ini media digunakan untuk instrumen kampanye, rivalitas, dan kepentingan politik. Untuk itu kita sebagai penerima berita harus me-warning kan diri dan lebih menjaring agar berita-berita yang mengandung konten negatif tidak mudah disebarluaskan,” terang Zaenal.

Lain halnya dengan kedua pemateri sebelumnya, Agus Sudibyo menjelaskan bahwa perlu adanya diet social media dan pendidikan kepada masyarakat untuk menggunakan media secara sehat.

“Sebagai pegiat media, kita perlu melakukan diet media. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak mudah terkecoh dan terpengaruh,” tutur Agus. Seyogyanya, lanjut Agus, media massa harus memberikan info yang lengkap, baik, dan menyejukkan. 

“Pemerintah Indonesia belum menjadikan social media sebagai subjek hukum yang di mana hak dan kewajibannya harus jelas,” imbuh Agus.

Agus menambahkan, pemerintah harus memasukkan kurikulum digital ke dalam kurikulum ajar, agar masyarakat Indonesia lebih bisa membandingkan suatu informasi yang satu dengan yang lain agar tidak mudah percaya,” pungkasnya. (Aldi)

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button