InspirasiOpini

Uus Muhammad Husaini: Agar Puasa Tidak Sia-sia

Oleh H. Uus M. Husaini, Lc., M.Pd.I

 

biem.co — Setiap dari kita tentu tidak ingin usaha yang telah kita lakukan dengan penuh perjuangan berakhir dengan kesia-siaan, seperti orang yang ketinggalan pesawat udara satu menit saja. Meskipun ia sudah berupaya sekuat tenaga bahkan harus melewati berbagai hambatan; macet, biaya taksi yang tidak sedikit dan lain sebagainya.

Atau seperti tim futsal dalam sebuah pertandingan yang harus didiskualifikasi hanya karena persyaratan yang kurang, seperti nilai IPK yang kurang, atau hanya karena kostum yang tidak sesuai pada saat akan bertanding dan lain sebagainya. Meskipun tim tersebut telah berlatih sekian lama, siang dan malam, bahkan mengeluarkan energi dan dana yang tidak sedikit.

Sama halnya dengan puasa. Kita tentu tidak ingin puasa yang telah kita lakukan dengan susah payah, menahan lapar dan haus seharian, namun apa yang kita lakukan tersebut tidak bernilai apa-apa dihadapan Allah SWT. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah, amalan apa saja yang dapat menjadikan puasa kita sia-sia?

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairoh RA. Rasulullah sallallahu alaihi wa sallama bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh sesuatupun dari rasa lapar dan haus yang dia tahan (puasanya).[1]

Menurut Ibnu Baththol, makna hadits tersebut di atas bukan menyuruh kita untuk meninggalkan puasa, melainkan peringatan keras untuk meninggalkan perkataan dusta. Bahkan Ibnu Munir dalam “al-Hasyiyah” menjelaskan lebih jauh bahwa maksud hadits di atas adalah sindiran dari tidak diterimanya puasa yang dilakukan, yang menurut Ibnu Araby tidak diberi pahala atas puasanya.

Hadits tersebut di atas menjelaskan kepada kita bahwa salah satu amalan yang menjadikan puasa kita sia-sia adalah perkataan dusta. Dusta berarti berkata tidak benar. Dusta adalah memberitakan sesuatu tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan lisan secara tegas maupun dengan isyarat seperti menggelengkan kepala atau mengangguk. Dan ia adalah perbuatan yang paling mudah dilakukan.

Seringkali ketika seseorang bertanya tentang keberadaan kita, dengan mudah kitapun menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Atau ketika tukang kredit datang ke rumah, tanpa disadari kita menyuruh anak untuk berkata bahwa orang tuanya sedang tidak berada di rumah. Dan banyak lagi yang lainnya.

Hadits ini bukan berarti bahwa meninggalkan perkataan dusta hanya pada saat sedang berpuasa saja. Karena sampai kapanpun dan dimanapun, dusta adalah perbuatan yang dilarang dalam agama dan tidak pernah membawa kita kepada kebaikan, yang ada hanyalah keburukan.

Dalam sebuah riwayat Hadits Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada amoralitas dan amoralitas akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” [2]

Dusta, selain akan membawa kita kepada keburukan yang berakhir pada api neraka ternyata ia juga menjadi ciri-ciri orang yang munafik. Dalam sebuah riwayat hadits yang lain dijelaskan; Dari Abu Hurairoh Radhiyallahu anhu: Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Ciri-Ciri orang munafik ada tiga: apabila berkata, ia berdusta; apabila berjanji, ia mengingkari; dan apabila diberi amanat, ia berkhianat.[3]

Berdasarkan hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa perkataan dusta selain dapat membawa kita kepada api neraka dan melabeli kita sebagai orang munafik, ternyata juga dapat menjadikan puasa yang kita lakukan menjadi sia-sia, meskipun kita sudah menahan lapar dan dahaga seharian.

Semoga kita semua diberikan kekuatan oleh Allah SWT agar terhindar dari berkata dusta, dan segala sesuatu yang menjadikan amal kita sia-sia. Wallahu ‘alam bi al-showab.


[1] Ahmad bin Ali bin Hajar al-‘Asqolany, Fath al-Bary Syarh Shohih al-Bukhory, (Daar el-Royyan li al-Turots, 1986 M/1407 H), h. 1804

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

[2] Muhammad bin Abdul Rohman bin Abdul Rohim al-Mubarkafury,  Tuhfat al-Ahwadzy, (Daar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), h 1971

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعُمَرَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

[3] Ahmad bin Ali bin Hajar al-‘Asqolany, Fath al-Bary Syarh Shohih al-Bukhory, Daar el-Royyan li al-Turots, 1986 M/1407 H), h. 33

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ


Uus Muhammad Husaini, adalah Pengurus Forum Dosen Agama Islam Universitas Serang Raya dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir.


Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button