InspirasiOpini

Fadzar Ilham: Jengkol, Cabe dan Garam; Dulu dan Sekarang

biem.co – Kakek dan nenek saya dulu mengatakan kalau makanan sederhana yang paling enak yaitu hanya menggunakan nasi dengan menu lauk seperti Jengkol, Garam dan Cabe atau disingkat Jegace. Makanan Jegace merupakan makanan yang familiar bagi masyarakat menengah ke bawah, selain enak makanan tersebut sangat murah dan gampang diolah.

Berbeda dulu dan sekarang, kini ketiga makanan murah-meriah tersebut sudah tidak lagi dianggap makanan wong cilik, namun menjadi makanan kelas menengah dan susah terjangkau. Untuk mendapatkannya pun perlu mengeluarkan biaya yang tidak murah.

Jika melihat harga cabai pada awal tahun 2017 naik di berbagai daerah seperti Di Kalimantan sudah Rp 150.000 per kilogram (kg), di Jawa Barat yang sentra cabai saja harganya sudah di atas Rp 100.000 per kg. Kalau di DKI Jakarta memang masih di kisaran Rp 100.000 sampai Rp 110.000 per kg, harga yang cukup mahal bagi keluarga menengah ke bawah, bahan cabai memang sangat di gemari orang Indonesia karena katanya makan tanpa cabai rasanya hambar dan sulit dipisahkan.

Sedangkan makanan pangan jengkol yang dulu hanya 18.000 per kg, sekarang sudah sebanding dengan daging ayam yang berkisar 50.000 per kg. Bahkan di salah satu pasar di Rangkasbitung- Banten menduga kenaikan tersebut akibat terjadi kelangkaan di pasaran. Diduga pasokan jengkol dari petani menghilang. Menghilangnya pasokan jengkol kemungkinan karena belum memasuki musim panen.  Sebenarnya jengkol memiliki aroma bau saat memakannya entah mengapa orang Indonesia tidak peduli dengan aroma bau tersebut, karena rasa jengkol sangat enak dan baunya mempunyai khas tersendiri

Dan kini yang terbaru adalah harga garam, banyak yang mempersoalkan kenapa harga garam naik? Padahal laut Indonesia membentang luas. Itulah pertanyaan dari segelintir masyarakat kita saat ini. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, kelangkaan garam terjadi karena produksi garam lokal yang kurang. Ini terjadi karena panen garam terganggu karena curah hujan tinggi di daerah-daerah penghasil garam, padahal sekarang memasuki musim kemarau.

Buntut dari kelangkaan ini, harga garam melonjak. Contohnya di Jepara bahkan harga garam rakyat mencapai Rp 3.500 per kilogram dari harga sebelumnya yang hanya Rp 500 per kilogram. Dan imbasnya lagi-lagi Sebagai solusi mengatasi kelangkaan garam, pemerintah telah menugasi PT Garam mengimpor 75.000 ton garam bahan baku dari Australia. Garam impor didatangkan sebelum 10 Agustus 2017. Australia dipilih karena lokasinya yang dekat dengan Indonesia, sehingga pengiriman tak makan waktu lama.

Sangat memprihatinkan ketika bahan-bahan komoditas pangan terus naik padahal Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan yang subur dan luas, tetapi masih banyak mengandalkan hasil pertanian dari luar negeri. Uniknya tidak lepas dari masalah yang sama, di mana seringnya pasokan- pasokan yang hilang atau tiba-tiba harganya melonjak, ini yang selalu menjadi pertanyaan masyarakat awan dan ibu-ibu rumah tangga, mengapa kenaikan sangat begitu cepat dan membuat rakyat terus mengelus dada karena naiknya sangat terlalu tinggi. Bagi sebagian rakyat dengan pendapatan di atas rata-rata mungkin hal ini dianggap biasa saja, tapi bagi rakyat dengan penghasilan di bawah 1jta rasanya harus berpikir dua kali.

Menurut penulis, pemerintah harus turun tangan untuk mengurangi beban penderitaan rakyat. Pertama , pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan untuk mengontrol harga sembako. Langkah ini penting untuk melawan aksi spekulasi dan penimbunan. Di sini, ada pengalaman cukup menarik yang dilakukan oleh pemerintahan Venezuela. Di sana pemerintah membuat regulasi mengenai harga barang yang adil, yang mematok harga barang-barang kebutuhan pokok rakyat sesuai harga normalnya (biaya produksi, distribusi, dan keuntungan wajar).

Kedua , pemerintah bisa menciptakan toko-toko atau pasar khusus sembako dengan harga normal. Berbeda dengan operasi pasar yang sifatnya temporer dan jangkauannya terbatas, toko-toko sembako ini di tiap-tiap teritori dengan prioritas warga miskin. Hanya saja, sebelum membangun toko sembako murah ini, pemerintah harus punya stok atau tempat penyimpanan sembako yang memadai. Toko-toko sembako ini menggandeng Bulog dan BUMN di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan

Sepertinya, kita perlu mengingat kata dan pesan-pesan Bung Karno terkait dengan pangan. Bung Karno mengatakan bahwa pangan merupakan persoalan hidup dan mati bangsa. Jika hal itu tidak dipenuhi, berarti matinya bangsa. Sebab itu, pangan merupakan hak bagi warga negara dan menjadi pertahanan terakhir negara. Terkait dengan hal ini, sebagai suatu bangsa adalah terus-menerus melakukan peningkatan produktivitas dan kualitas produk-produk kita, membangun daya saing yang semakin tinggi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.


Fadzar Ilham P, lahir di Kebumen, 30 Juni 1995, merupakan Mahasiswa Universitas serang Raya Jurusan Jurnalistik Semester 8. Aktivitas lainnya yaitu sebagai Ketua Kominfo di Keluarga Mahasiswa Pandeglang (Kumandang) dan Ketua Sobat Budaya Banten.

Penulis dapat dihubungi di nomor. Hp : 083804179336 atau berinteraksi di media sosial facebook dengan nama/akun Fadzar Multatuli


Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi


Artikel Terkait:

Asep Abdurrahman: Agama Dalam Prilaku Pengendara
Udi Samanhudi: Masa Muda, Masa Depan dan Passion
Gufroni: e-KTP Makan Korban (Lagi)

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button