KabarTerkini

Jokowi Ungguli Prabowo, Kebanyakan Siswa Sepakat Penerapan Hukum Islam

JAKARTA, biem.co — Pusat Studi Islam dan Pancasila (PSIP) FISIP UMJ melakukan survei tentang “Pancasila, Islam, Moderasi Keberagamaan, dan Pemimpin Nasional Masa Depan”. Dalam pencarian data, survei ini melibatkan seluruh mahasiswa FISIP UMJ yang mengambil Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Hasil survei ini disampaikan langsung oleh Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy.

Responden yang diambil dari survei ini yakni sebanyak 400 pengurus harian OSIS dari 200 sekolah yang berada di wilayah Jabodetabek. Responden terbanyak dari Kota Tangerang 14,81%, diikuti Jakarta Selatan 14,44%, Jakarta Pusat 14,07%, yang paling sedikit Jakarta Timur hanya 0.74%. Kebanyakan responden di kelas sebelas 52,24%, disusul kelas duabelas 37,69%, dan kelas sepuluh 10,07%. Dari sisi agama, Muslim sebanyak 91,14%, Kristen 4,43%, Budha 3,32% dan Katholik 1,11%.

Survei ini sebenarnya hanya seputar Pancasila, Islam dan Moderasi Keagamaan. Namun dalam survei ini pihaknya mengajukan dua pertanyaan terbuka dan tertutup terkait calon presiden pilihan pengurus OSIS. Hasilnya, Jokowi masih unggul atas calon-calon lainnya. Hasil survei ini dalam beberapa hal cukup mengejutkan, namun dalam beberapa hal lainnya serupa dengan pandangan yang berkembang di masyarakat.

Terkait pelaksanaan Pancasila, 76,30% menganggap bahwa nilai-nilai Pancasila baru sebagian dilaksanakan, 21,48% menyatakan sudah dilaksanakan sepenuhnya, dan 1,85% menyatakan Pancasila belum dilaksanakan sama sekali.

Lalu bagaimana sikap responden terhadap posisi Pancasila sebagai ideologi final? Sebanyak 92,96% responden setuju bahwa Pancasila sebagai ideologi final, 4,44% ragu-ragu, dan sisanya 2,59% tidak tahu.

Lalu bagaimana kalau Pancasila diganti dengan Islam? 40,22% menjawab tidak setuju, 17,34% sangat tidak setuju. Sementara yang setuju 17,34% dan sangat setuju 4,43%. Yang menjawab ragu-ragu 27,68%.

Ketika diajukan pertanyaan bagaimana jika Indonesia menjadi negara Islam, sebanyak 17,34% sangat setuju, 28,04% setuju. Sebaliknya yang tidak setuju 26,94% dan yang sangat tidak setuju 5,90%. Yang menjawab ragu-ragu 21,77%.

Yang agak mencengangkan, ketika diajukan pertanyaan terkait penerapan hukum Islam di Indonesia, sebanyak 20,74% responden sangat setuju, 38,89% setuju. Sedangkan 16,67% menyatakan tidak setuju dan 4,07% menyatakan sangat tidak setuju. Ragu-ragu sebanyak 19,63%.

Sementara itu, terkait pembubaran organisasi seperti FPI, HTI, MMI, sebanyak 67,91% menyatakan tidak perlu, sebanyak 6,72% menyatakan perlu. Ragu-ragu 25,00%.

Terkait bahaya komunisme, 80,23% responden menyatakan sangat berbahaya. Ada responden yang menyebut sama sekali tidak berbahaya sebanyak 3,80%. Lalu bagaimana jika komunisme menjadi dasar negara? 53,96% menyatakan sangat tidak setuju, 38,49% menyatakan tidak setuju. Sementara yang setuju dan sangat setuju masing-masing 1,13%. Apakah komunisme perlu dilarang? 84,85% menyatakan perlu, tidak perlu 5,68% dan ragu-ragu 9,47%.

Dalam survei ini diajukan pula dua pertanyaan terbuka dan tertutup terkait calon presiden. Untuk pertanyaan terbuka yang memilih Jokowi 40,84%, Prabowo 34,03%, Anies Baswedan 9,42%, Ridwan Kamil 8,38%, Gatot Nurmantyo 5,24%, dan BJ Habibie 2,09%. Sementara yang lainnya di bawah 2%.

Sementara untuk pertanyaan tertutup, Jokowi masih yang tertinggi 38,06%, Prabowo 29,48%, Anies Baswedan 10,82%, Ridwan Kamil 10,45%, Gatot Nurmantyo 5,60%, Amien Rais, Megawati, dan Habib Rizieq masing-masing 1,49%, Jusuf Kalla 1,12%, yang lainnya di bawah 1%.

Meski yang menjadi responden siswa SMA/SMK/MA yang notabene masuk kategori pemilih pemula yang nanti akan memilih pada pemilu mendatang, hasil survei terkait dengan presiden ini praktis tak ada kejutan. Jokowi menempati posisi teratas, meski selisih dengan Prabowo tidak cukup jauh. (red)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button