biem.co — Langkah Israel menyerang Gaza merupakan aksi balasan atas rangkaian serangan ratusan roket dari Gaza ke wilayah Israel, Rabu malam (08/08) waktu setempat. Sebagian besar roket, yang ditembakkan oleh militan Hamas, mendarat di daerah terbuka. Tapi, dua di antaranya menghantam Kota Sderot Israel di dekat Jalur Gaza dan sirene terdengar sepanjang malam, memicu warga mengevakuasi diri ke tempat perlindungan antibom.
Israel menyebut, serangan roket Hamas terjadi dari Rabu hingga Kamis. Dua puluh lima dari total roket tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, menurut laporan Israeli Defense Force (IDF). Televisi Israel menyiarkan gambar rumah dan mobil yang rusak akibat roket Hamas di Sderot. Hamas sendiri mengaku bertanggung jawab atas roket-roket itu.
Itu adalah aksi balas-membalas serangan yang terparah sejak Juli, di tengah upaya para pejabat PBB dan Mesir untuk mendorong gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas. Berbulan-bulan ketegangan akibat protes dan bentrokan di sepanjang perbatasan Gaza, telah menimbulkan kekhawatiran akan perang keempat antara Israel dengan Hamas Palestina—yang mana konflik bersenjata terbuka terjadi terakhir kali pada 2008.
Kamis lalu, Israel melancarkan gelombang besar serangan udara ke wilayah Gaza yang ditempati warga Palestina. Militer Israel mengklaim, pihaknya menargetkan lebih dari 140 “situs” Hamas—militan Palestina sekaligus penguasa de facto Gaza. Termasuk, kompleks militer dan lokasi pembuatan senjata Hamas.
Namun, serangan itu mengakibatkan setidaknya tiga warga sipil Palestina di Jalur Gaza tewas, termasuk seorang balita dan ibu hamil, kata otoritas di Gaza, seperti dikutip dari The Egypt Independent, Kamis (9/8).
Mereka tewas setelah terdampak serangan udara Israel di Jafarawi, Gaza tengah. Sementara itu, empat orang lainnya terluka, termasuk seorang wanita Thailand berusia 30 tahun. Mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit di Israel.
Serangan itu juga menimbulkan korban di pihak Hamas. Satu orang tewas dan 12 lainnya terluka akibat serangan Israel. Gumpalan asap dan bola api bisa dilihat di Jalur Gaza saat serangan Israel terjadi. IDF menjustifikasi serangan itu sebagai “upaya untuk mengamankan keselamatan warga Israel dan mewaspadai berbagai skenario”.
Nickolay Mladenov, utusan PBB untuk konflik Timur Tengah yang telah berusaha untuk menegosiasikan gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas, mengatakan “sangat khawatir” dan menyerukan kepada semua pihak untuk “melangkah mundur dari tepi jurang”—isyarat agar mereka menahan diri.
Gejolak yang dimulai Rabu malam merupakan rangkaian sambung-menyambung dari insiden pada hari-hari sebelumnya. Dalam insiden lalu, dua pejuang dari sayap militer Hamas tewas oleh tembakan Israel di sepanjang perbatasan.
Eskalasi juga terjadi setelah pimpinan Hamas bertemu untuk pertemuan langka di Gaza pada Jumat. Pertemuan itu telah membangkitkan harapan kesepakatan untuk gencatan senjata abadi dengan Israel, dengan dukungan Mesir dan PBB. Protes dan bentrokan di sepanjang perbatasan Gaza sejak akhir Maret telah menyaksikan setidaknya 165 orang Palestina tewas oleh tembakan Israel. [uti]