biem.co – Pendidikan merupakan tanggung jawab yang harus dipikul bersama oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun orang tua. Hal itu pula yang tengah dilakukan oleh Aang Qolyubi, lelaki yang lahir pada 2 September 1982, di Kampung Rahong, Desa Cilayang, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten.
Setelah menggali ilmu dari beberapa Pondok pesantren (Ponpes) di sekitar Banten, ia meyakinkan diri didukung oleh masyarakat untuk membuat wadah pendidikan, berupa Ponpes, Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kampung Wadas Wetan RT. 09/RW.03, Desa Sindangsari, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten.
Sebelumnya, ia sudah mendirikan Ponpes di kampung halamannya, namun karena di Kampung Wadas Wetan tempat istrinya mengajar pun sangat membutuhkan, akhirnya ia berhijrah.
“Atas saran dari seorang kasepuhan, yakni Abah Rokib, Ibu Rumsanah pemilik tanah ini dengan ikhlas mewakafkannya. Akhirnya, saya bersama istri pun bertekad untuk memajukan pendidikan di sini besama-sama masyarakat,” paparnya, saat biem.co berkunjung ke rumahnya.
Mulanya, ia bersama istri membangun rumah sederhana sebagai tempat bernaung dan mengaji masyarakat, baik bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda/i maupun anak-anak. Kemudian, bersama masyarakat sedikit demi sedikit mulai membangun Ponpes Salafiyah.
“Pembangunan Ponpes sekira 2010 lalu. Waktu itu, sebaran santrinya masih dari daerah sekitar sini. Alhamdulillah, sekarang mulai bertambah dari daerah luar,” tuturnya, tersenyum.
Kemudian, imbuhnya, karena masyarakat membutuhkan wadah pendidikan lainnya, akhirnya ia memutuskan membangun MDA dan PAUD, sekalian dibentuk yayasan bernama Tarbiyatul Nurul Huda.
“Wadah pendidikan itu dibuat karena kebutuhan masyarakat dan untuk kelengkapan persyaratan dibentuk pula yayasan. Bahkan, saat ini sedang belangsung pembangunan untuk sekolah tingkat menenagah,” ungkapnya.
Semua itu, ia lakukan semata-mata ingin lebih memajukan pendidikan, bukan hanya soal sarana saja, tapi yang lebih utama adalah menumbuhkan ruh pendidikan kepada anak-anak.
“Saya ingin apa yang dilakukannya berama keluarga dan masyarakat terhitung ibadah, lillahi ta’ala, bukan karena ingin dipuji atau memperkaya diri sendiri. Intinya, hanya ingin membangun fasilitas ibadah,” tuturnya.
Atas dasar itu, dari segi biaya untuk Ponpes, MDA, maupun PAUD tidak dipatok biaya. “Sesuai keikhlasan para orangtua siswa saja,” ujarnya.
Di antara program Ponpes, mengkaji kitab kuning, seperti fathul mu’in, alfiah, muhadorahan, qiro’at, dan lainnya.
“Alhamdulillah, respon masyarakat baik, berkat silaturahmi, saling berbagi, tukar ide dan pikiran,” tandasnya.
Saat ditanya sosok yang menginpirasinya, sehingga membuka pesantren dan membangun masyarakat, Aang menuturkan mereka ialah kedua orangtuanya, yaitu H. Qolyubi dan Hj. Hamdanah yang memberikan teladan dalam hal ibadah dan semangat mendidik kepada semua anaknya yang berjumlah 13 orang.
“Orang tua yang waktu itu memerjuangkan saya belajar ke pesantren, mulai dari daerah Mongpok, Kragilan, Cangkudu, Baros, asuhan kiyai Khusain, dan Cidahu, Pandeglang, asuhan abuya Dimyati,” kenangnya.
Menutup perbincangan, Aang berpesan pada anak-anak muda. “Kejarlah ilmu, gunakan ilmu untuk bekal ibadah, dan nikmatilah kenikmatan ilmu,” tutupnya.
Bagi Anda, sobat biem yang ingin membantu dalam pembangunan fasilitas pendidikan di Yayasan Tarbiyatul Nurul Huda, bisa langsung berkunjung ke di Kampung Wadas Wetan RT. 09/RW.03, Desa Sindangsari, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten. (Af)