Sosok

Mengenang Ribut Waidi, Sosok Legenda Sejati Sepak Bola Negeri

biem.co – Ribut Waidi, sebuah nama yang tampak sedikit asing di telinga para milenial. Namun, menilik cerita masa silam, kiprahnya dalam mengharumkan nama bangsa tak bisa diabaikan begitu saja. Lelaki yang kerap dipanggil Ribut ini adalah seorang legenda sepak bola Indonesia. Dan 3 Juni merupakan tanggal peringatan kematian sang legenda. Tepatnya 8 tahun silam, Ribut menghembuskan napas terakhirnya di usia yang ke-49 tahun.

Bagi warga Semarang—khususnya tim sepak bola PSIS Semarang—ia adalah sosok “jagoan” yang tidak bisa dilupakan. Energi dan kemampuan Ribut dalam berlaga berhasil membuat PSIS Semarang meraih gol tunggal saat melawan Persebaya—yang pada waktu disebut sebagai musuh bebuyutan—di Perserikatan 1987. Tentu saja, hal itu membuat nama Ribut semakin “terdengar” di kancah nasional.

Maka bukan tidak mungkin bagi Timnas Indonesia untuk segera merekrutnya. Sehingga di tahun yang sama, Ribut dipanggil PSSI untuk membela tim nasional di laga Sea Games 1987 Jakarta. Selain bakatnya yang andal, agaknya Ribut memang dilahirkan menjadi seorang bintang.

Di pesta olahraga Asia Tenggara itu, ia pun berhasil mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia. Betapa tidak, pemilik nomor punggung 10 tersebut mencetak satu-satunya gol kemenangan Indonesia atas Malaysia di partai puncak, yang menjadikan Indonesia mampu meraih medali emas pertama untuk cabang olahraga sepak bola di Sea Games. Sesuatu yang pada waktu itu dianggap “mustahil” setelah beberapa kali Indonesia terpuruk dalam ajang tersebut.

Kemenangan itu mutlak menjadikan Ribut Waidi sebagai seorang legenda baru yang berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah Asia Tenggara. Setelahnya, ia terus dipanggil ke tim nasional. Beberapa laga telah ia ikuti, mulai dari Piala Kemerdekaan, Piala Asia, hingga pra Piala Dunia.

Barulah pada tahun 1992, ia memutuskan untuk pensiun dan beralih kerja sebagai karyawan Pertamina. 10 tahun kemudian, Ribut meninggal dunia karena penyakit jantung. Ia pun dimakamkan di Giriliyo Ngalian, Semarang.

Meski telah tiada, nama Ribut tidak lekas hilang dari ingatan. Sehingga untuk mengenang jasa dan pengabdiannya, Pemerintah Kota Semarang akhirnya mendirikan patung Ribut Waidi sedang menggiring bola di Jalan Karang Rejo, jalur utama menuju Stadion Jatidiri, Semarang.

Seperti itulah sebagian kecil kenangan seorang Ribut di tanah air ini. Terima kasih Ribut Waidi, sejarahmu abadi. (hh)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button