Sosok

Bermodalkan Disiplin dan Doa Masyarakat, Suheli Wujudkan Cita-Cita Jadi Kades Muda

Mengenal Perjuangan Kades Muda Desa Sindangheula

biem.coSobat biem, usia tidak menjadi patokan seseorang pantas menjadi seorang pemimpin. Walaupun memang kebanyakan masyarakat memandang seorang pemimpin haruslah berusia matang. Namun hal itu dipatahkan oleh Suheli, seorang pemuda yang berhasil terpilih menjadi Kepala Desa di Desa Sindangheula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.

Pemuda kelahiran tahun 1990 ini menceritakan kepada biem.co awal mula ia telibat di Pilkades 2019 lalu. Mula-mulanya ia mengaku tidak tertarik dengan gelaran pilkades tersebut. Tapi setelah dapat dorongan dari masyarakat dan tokoh di kampungnya, lantas ia pun memberanikan diri untuk ikut menyalonkan diri sebagai kepala desa.

“Sebetulnya muncul nama saya itu dari obrolan riungan (berkumpul) para tokoh masyarakat. Mereka menginginkan di kampungnya ini harus ada yang ikut berkontestasi di gelaran pilkades dan itu harus dari kaum muda. Nah dari obrolan tersebut munculah dua nama, yaitu saya dan nama rekan saya. Tapi entah kenapa tokoh masyarakat tertuju kepada saya. Usut punya usut, ternyata para tokoh masyarakat sudah melakukan sowan kepada keluarga (red-kakak) untuk meminta saya maju di pilkades. Dengan alasan pendidikan yang menunjang, dan pengalaman organisasi yang dimiliki,” ujarnya.

Ia melanjutkan, sebetulnya sempat menolak keinginan masyarakat itu. Sebab menurutnya ikut kontestasi itu perlu modal yang besar. Sedangkan dirinya hanya seorang kepala sekolah, ia sadar tidak memiliki modal sebesar itu. Lantas dengan apa untuk bisa meyakinkan masyarakat Desa Sindangheula.

“Pasti semua yang menyalonkan kades ini harus banyak modal. Tapi setelah diyakinkan oleh masyarakat dan keluarga, saya merasa yakin untuk ikut pilkades meski hanya modal kekeluargaan. Dan memang sebetulnya ada keinginan menjadi kades itu ketika saya masih duduk di bangku kuliah, saat itu lagi aktif-aktifnya di organisasi. Pikir saya kenapa tidak memimpin dan membangun desa sendiri, namun niat itu saya kubur. Yah mungkin niat juga sebuah doa, akhirnya saya yang dipinta masyarakat untuk maju jadi kades,” jelasnya.

Setelah itu dirinya mendaftar bersama 14 orang calon lainnya, karena pada gelaran pilkades tersebut harus maksimal 5 orang calon. Maka dirinya bersama calon lain yang mendaftar harus ikut seleksi tes di Pemerintah Kabupaten.

“Saya yang pendidikannya ilmu dakwah harus ekstra keras belajar ilmu pemerintahan desa saat akan ikut tes seleksi, dan tes lainnya sesuai pengalaman yang didapat selama belajar di bangku kuliah dan pekerjaan sebagai kepala sekolah. Karena hasil tidak pernah meghianati proses, alhamdulillah saya menjadi ranking 1 pada seleksi tersebut,” paparnya.

Setealah seleksi menjadi 5 calon, waktu menuju pemilihan hanya tinggal dua pekan. Dalam waktu singkat tersebut dirinya bersama tokoh berkampanye untuk meyakinkan masyarakat untuk turut memilih dirinya.

“Wah sebetulnya waktunya sangat singkat untuk saya silaturahmi (red-kampanye). Sedangkan calon lain sudah melakukannya sejak lama bahkan ada yang dari 2018 sudah silaturahmi sana-sini. Tapi saya punya keyakinan, jadi saya lakukan kampanye secara kekeluargaan, sasaran saya itu keluarga, alumni, kolega dan para pedagang. Alhamdulillah doa masyarakat dan saya terkabul, pada Pilkades Sindangheula saya menang,” katanya.

Lebih lanjut, ia juga berpesan kepada sobat biem, jika ingin meraih cita-cita haruslah disiplin, yakin, dan kerja keras, serta doa.

“Tidak ada yang instans meraih cita-cita itu. Seperti saya oleh keluarga yang diajarkan disiplin, sampai-sampai uang jajan ketika sekolah oun sangatlah pas-pasan. Tapi orangtua selalu bilang jika ingin lebih, usahalah. Nah itu yang menjadi motivasi saya hingga saat ini,” pungkasnya. (iy)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button