Opini

Rudianto: Di Antara Peluang dan Tantangan Kampus Merdeka Belajar

biem.co — Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat sudah membawa perubahan banyak aspek kehidupan manusia. Hal ini pula menuntut kita buat bisa menyesuaikan diri menggunakan perkembangan zaman. Banyak lapangan pekerjaan yang hilang dan digantikan menggunakan jenis pekerjaan baru.

Kita wajib menyadari bahwa pada sejarah insan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu dan terus berkembang. Contohnya, revolusi industri yang terjadi dalam abad ke-18 di Inggris. Di era itu penggunaan energi kerja fauna wajib diganti menggunakan penggunaan mesin berbasis manufaktur.

Mengingat perubahan ekonomi, sosial, dan budaya terus melaju cepat, perguruan tinggi wajib cepat tanggap merespons hal tadi dan melakukan banyak sekali transformasi pembelajaran untuk membekali dan mempersiapkan lulusan yang unggul, kompeten, berbudaya, dan berkarakter.

Nadiem Anwar Makarim yang menjabat menjadi Menteri Pendidikan & Kebudayaan mengatakan, tantangan ini menciptakan sebuah kebijakan yang nantinya akan digunakan perguruan tinggi yang sekarang dikenal memakai sebutan “Merdeka Belajar“.

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan & Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan perguruan tinggi, konsep yang sudah ditawarkan sang Founder Gojek ini bertujuan untuk mengajak seluruh pihak perguruan tinggi supaya membangun rencana strategis dalam mempersiapkan kompetensi.

Ada empat program andalan. Pertama adalah memberikan kemudahan untuk membuka program studi yang baru. Perubahan yang kedua adalah sistem akreditasi perguruan tinggi. Yang ketiga adalah kemudahan Perguruan Tinggi Negeri berbadan hukum. Dan yang keempat atau terakhir adalah hak belajar untuk mahasiswa menempuh tiga semester di luar program.

Dalam upaya mempertinggi mutu pendidikan dan lulusan, kebijakan Mendikbud ini mampu dijadikan acuan seluruh perguruan tinggi karena pembelajaran yang sangat berfokus pada mahasiswa (student centered learning) ini memberikan kesempatan dalam mereka untuk berbagi kreativitas, inovasi, kepribadian, dan kebutuhan

Untuk memantapkan keahlian sebelum memasuki dunia konkret pekerjaan, mereka mampu mendapat mata kuliah pendukung di luar acara studi. Contohnya mata kuliah Jurnalistik, Public Relations atau Manajemen Komunikasi yang ditawarkan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi.

Selain hal itu, mahasiswa bisa mendapat mata kuliah lintas fakultas. Misalnya, Marketing pada Fakultas Ekonomi lantaran mata kuliah tadi mempunyai relevansi yang erat menggunakan keahlian berbahasa, dan mendapat mata kuliah Ilmu Hukum Dasar pada Fakultas Hukum untuk menaikkan pengetahuan mereka, pencerahan aturan, dan menghindari penipuan aturan. Misalnya, kontrak kerja perusahaan yang perlu pemahaman aturan.

Mereka bisa pula mengasah literasi personal komputer dan digital melalui mata kuliah yang ditawarkan lintas jurusan Ilmu Komputer, atau bias pula magang atau melakukan Praktik Kerja Lapangan pada perusahaan media dan televisi untuk menerima pengalaman riil mengenai pekerjaan yang akan mereka jalani. Oleh karena itu, jika acara Merdeka Belajar ini dibuat secara matang dan diimplementasikan, baik soft skill dan hard skill akan terbentuk secara lebih bertenaga dan lebih siap. Terlepas banyak sekali peluang positif yang dijanjikan, program Kampus Merdeka mempunyai tantangan tersendiri untuk mencapai output maksimal.

Kesulitan pada penanganan administrasi mahasiswa yang pindah dari satu prodi atau kampus satu ke kampus lainnya akan menciptakan sebuah tantangan pada setiap perguruan tinggi. Terkait hal lainnya, akan ada pula perbedaan standar penilaian antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya.

Tantangan selanjutnya untuk mahasiswa kemungkinan besar tidak bisa memilih mata kuliah, lantaran tidak adanya pemahaman terhadap pengantar mata kuliah. Kompetensi lulusan menjadi lebih gerenalis dan kurang spesifik dalam keilmuannya.

Terlepas dari  tantangan dan peluang kebijakan ini, yang terpenting merupakan bagaimana perguruan tinggi membangun lulusan yang unggul, kompetitif, berkepribadian, dan berkarakter yang tidak tercerabut dari budayanya, karena kualitas-kualitas tersebutlah yang akan berkontribusi positif terhadap kesejahteraan. (*)


Rudianto, Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Banten Jaya.

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button