Irvan HqKolom

Atih Ardiansyah: Kolaborator Gen Milenial

oleh Atih Ardiansyah

Anak-anak muda yang lahir pada 1980-an hingga tahun 1997 kini membanjiri berbagai sektor. Tentu saja dunia menjadi lebih berwarna saat berbagai bidang dihuni oleh orang-orang berpendidikan tinggi, kaya akan inovasi, dan visi yang bernyali. Akan tetapi kenyataan itu dapat menjadi PR besar lantaran ada kecenderungan yang perlu juga diperhatikan: enggan melakukan hal-hal remeh sekaligus gampang menyerah dalam mewujudkan mimpi. National Chamber Foundation (NCF, 2013) menyebut mereka sebagai generasi yang penuh kontradiksi. Paradoks.

 

Lorong Darwin

Saya agak sungkan saat mengirimkan pesan singkat kepada Kang Irvan Hq. Apalagi, yang saya tanyakan biasanya rada sensitif: perkara usia. Saya belum bisa memindai, sepantaran siapa beliau ini. Saya hanya sempat mendengar, penampilannya terlihat jauh lebih muda dari usianya. Di tengah serakan aplikasi pengubah-rupa foto, ditambah dengan arus media (sosial), ramalan Jean Baudrillard sebagaimana dipaparkannya dalam Simulations and Simulacra (1994) makin mendekati kenyataan. Fakta itu membuat saya tak sepenuhnya mengimani realitas yang dihadirkan oleh media.

“Saya sudah tuir, Kang. Kelahiran 1975.”

Hm. Empat puluhan tahun, benar juga mereka, saya membatin.

Jika merunut hasil kajian beberapa ahli, Kang Irvan dan orang-orang segenerasinya (generasi X yang lahir pada 1970-an) kerap mengalami gesekan dengan generasi milenial. Gen milenial memiliki sikap yang tidak sefrekuensi dengan orang-orang segenerasi Kang Irvan. Sehingga di tengah masyarakat dikenal sebutan kids zaman old, untuk mengolok-olok cara berpikir Generasi X yang kolot atau kadang-kadang ianya juga diakui sendiri oleh yang bersangkutan. Pada beberapa keadaan, karena merasa disepelekan, Gen-X tidak mau kalah. Ujaran-ujaran semacam “Anak ingusan!”,“Anak kemarin sore!” cukup sering ditemukan di tengah masyarakat kita.

Tetapi saya belum pernah menjumpai hal demikian pada diri Kang Irvan. Kang Irvan begitu adaptif dengan arus perubahan zaman. Tidak heran Kang Irvan aktif mengakses media sosial. Setiap pagi, hampir tak pernah tidak, Kang Irvan memperbaharui status Facebook-nya dengan sapaan yang telah menjadi trade mark-nya: Wilujeng Morning!

Menurut saya, aktifnya Kang Irvan di media sosial, selain sebagai ajang aktualisasi diri, juga dalam upaya mendekatkan “asteroid”-nya pada atmosfer milenial. National Chamber Foundation (NCF) pada 2013 menyebut bahwa gen milenial relatif ahli dalam urusan teknologi. Sebanyak 80% dari merkea bahkan tidur sambil memeluk ponsel pintar dari pada bantal guling. Mereka tumbuh dan mengimplankan identitasnya pada media sosial seperti Facebook, Instagram (pengguna Instagram terbesar di dunia, yakni 22 juta orang), Twitter, Path, dan lain-lain. Kawan karib mereka adalah ponsel pintar, laptop dan jaringan internet. Kementrian Komunikasi dan Informatika pada 2014 melansir data bahwa ada sekira 83,7 juta pengguna internet di Indonesia (Atih Ardiansyah, Radar Banten, 14 November 2017).

Selain potensial menghadirkan realitas semu, media sosial juga serupa lorong sekaligus tembok tebal nan tinggi yang memisahkan gen milenial dengan generasi sebelumnya. Kang Irvan Hq, saya rasa, berhasil melewati lorong itu, sebuah “lorong Darwin”: ruang adaptasi, sehingga kini hampir semua anak muda di Banten mengenalnya dengan baik. Kang Irvan Hq telah menjadi orang tua, kakak, sekaligus kawan karib bagi anak-anak muda. Banten Muda Community hanya satu dari sekian banyak buktinya.

Kang Irvan Hq adalah kolaborator yang baik bagi anak-anak muda. Herbert Simon (1977) pernah meramalkan bahwa akan datang suatu masa di mana dunia berlimpah informasi, tapi informasi itu bukan lagi dikonsumsi melainkan mengonsumsi perhatian dari penerimanya. Keberlimpahan informasi ini melahirkan kemiskinan perhatian (atensi). Anak-anak muda, gen milenial, membutuhkan perhatian.

Kurangnya perhatian kepada gen milenial menyebabkan mereka mengalami distraksi informasi. Akibatnya, generasi milenial cenderung tidak fokus, gelisah dan memiliki keinginan untuk tidak berada dalam kondisi yang serupa dalam waktu yang lama.

Alangkah sayang jika potensi anak-anak zaman now yang ditunjang oleh kecanggihan teknologi tidak dibarengi oleh pendampingan yang terus menerus. Price Waterhouse Cooper (2005), menyebut bahwa generasi milenial membutuhkan mentor yang bisa menjadi role model bagi mereka.  Figur model itu haruslah seseorang yang memiliki karakter kuat, dapat mengarahkan mereka, sekaligus memahami bagaimana milenial berfungsi. Karena milenial sangat menghargai kesetaraan dan keberagaman, maka mentornya harus berpikiran terbuka dan egaliter. Menurut saya, Kang Irvan Hq sudah mendekati kriteria itu. (red)

Tentang Penulis

ATIH ARDIANSYAH (Fatih Zam), lahir di Pandeglang 12 Juni 1987. Menulis sejak 2007. Ratusan tulisannya tersebar di berbagai media seperti Pikiran Rakyat, Tribun Jabar, Radar Banten, Kabar Banten, Banten Pos, Koran Banten News, Majalah Kandaga Kantor Bahasa Banten, Majalah Mata, Majalah Percikan Iman, Majalah Sabili, Majalah Inspirasi, www.biem.co, www.bantennews.co.id dll. Novel-novelnya diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (ARAL, 2019), Quanta (Seteguk Kopi Menjelang Khotbah Jumat, 2018), Syukurilah Hidup Rayakanlah Cinta (Indiva Media Kreasi, 2018), Perjalanan Mengalahkan Waktu (Mizan, 2014), Khadijah Mahadaya Cinta (Tiga Serangkai, 2012), Jawara Angkara di Bumi Krakatau (Tiga Serangkai, 2013), Beginilah Seharusnya Cinta (Indiva Media Kreasi, 2010), Beginilah Seharusnya Hidup (Indiva Media Kreasi, 2007), dll. Selain menerbitkan karya sendiri, juga terlibat dalam antologi dan penyuntingan buku-buku para penulis di Indonesia. Saat ini, selain mengajar di Universitas Mathla’ul Anwar, juga bergiat di Cendekiawan Kampung. Sebuah organisasi nonprofit yang didirikannya bersama sang istri, sebagai ikhtiar meningkatkan kapasitas eksponen kampung dengan beasiswa talent scouting. Facebook: Atih Ardiansyah (Fatih Zam). Twitter: @atih_fatihzam. IG: @atih.fatihzam. Email: [email protected]

Editor: Muhammad Iqwa Mu'tashim Billah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button