Dengan lompatan inovasi-inovasi yang berbasis pada teknologi, dan tetap mengutamakan budaya lokal diharapkan dapat mencetak pelajar-pelajar pancasila yang siap meng hadapi tantangan perubahan masif. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sebuah ekosistem pendidikan tinggi yang dinamis dan sehat perlu diciptakan. Ekosistem pendidikan tinggi tersebut terdiri dari ekosistem riset dan hilirisasinya, ekosistem pemberdayaan masyarakat dan ekosisitem kampus yang sehat bagi seluruh sivitas akademika.”
biem.co – Dinamika perubahan dunia dan kehidupan terjadi secara massif . Perubahan tersebut dipicu oleh beberapa hal diantaranya akibat perubahan iklim (climate change), revolusi industri 4.0, pandemi Covid-19, dan yang terkini, dinamika geopolitik internasional.
Setiap faktor perubahan menghasilkan implikasi seperti perubahan iklim berimplikasi terhadap perubahan gaya hidup, filosofi hingga praktik ekonomi yang berbasis lingkungan dalam rangka keberlanjutan.
Sementara itu, revolusi industri 4.0 berimplikasi pada massifnya penggunaan teknologi untuk kehidupan manusia seperti penerapan kecerdasan buatan, penggunaan robotik, penerapan rekayasa genetis, produksi barang 3-D, hingga massifnya aplikasi teknologi nano.
Begitu juga dengan pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah berimplikasi pada seluruh tatanan kehidupan manusia di berbagai bidang.
Terakhir, dinamika geopolitik internasional berimplikasi pada tatanan stabilitas global dan krisis ekonomi, pangan hingga energi.
Perubahan massif demikian tidak hanya menghasilkan implikasi yang positif maupun negatif, tapi juga menghasilkan lompatan-lompatan inovasi baru. Inovasi ini diperlukan, disamping untuk merespons dinamika perubahan, tapi juga untuk dapat bertahan di tengah arus perubahan tersebut.
Oleh karenanya, inovasi berbasis pemanfaatan teknologi menjadi sebuah keniscayaan. Misalnya, lompatan inovasi pembelajaran berbasis teknologi terakselerasi dengan adanya pandemi Covid-19 terutama dalam hal massifnya penggunaan media teknologi dalam jaringan.
Tidak hanya itu, lompatan inovasi dalam hal manajemen pendidikan juga sangat dibutuhkan. Pengumpulan dan penggunaan basis data sumber daya manusia baik dosen maupun tenaga pendidikan tersentralisasi dalam suatu sistem.
Begitu halnya dengan akademik mahasiswa yang terpusat dalam suatu sistem digital. Aspek lainnya dari inovasi teknologi yakni efisiensi penggunaan energi. Inovasi penerapan energi terbarukan menjadi sebuah solusi pendekatan untuk pengelolaan kampus yang berkelanjutan.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa inovasi teknologi memiliki peran integral dalam hal pengelolaan pendidikan khususnya pendidikan tinggi.
Lompatan-lompatan inovasi merupakan salah satu tujuan transformasi pendidikan tinggi. Melalui berbagai program merdeka belajar-kampus merdeka (MBKM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi berupaya menghadirkan transformasi pendidikan tinggi.
Hal ini memiliki tujuan salah satunya untuk menghasilkan profil pelajar pancasila.
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Dengan lompatan inovasi-inovasi yang berbasis pada teknologi, dan tetap mengutamakan budaya lokal diharapkan dapat mencetak pelajar-pelajar pancasila yang siap menghadapi tantangan perubahan masif.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sebuah ekosistem pendidikan tinggi yang dinamis dan sehat perlu diciptakan. Ekosistem pendidikan tinggi tersebut terdiri dari ekosistem riset dan hilirisasinya, ekosistem pemberdayaan masyarakat dan ekosisitem kampus yang sehat bagi seluruh sivitas akademika.
Ekosistem-ekosistem ini terus didorong implementasinya di setiap perguruan tinggi di Indonesia. Riset, hilirisasi dan pemberdayaan masyarakat terimplementasi di beberapa program MBKM seperti matching fund kedaireka.
Kampanye kampus sehat terus diserukan melalui kebijakan Permendikbudristek dan implementasinya.
Fakta dan kondisi inilah yang harus direspons oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) sebagai institusi pendidikan tinggi.
Institusi yang tugas utamanya melaksanakan tridharma perguruan tinggi untuk menghasilkan sumberdaya manusia Indonesia yang unggul dan utuh.
Untirta harus menyiapkan diri sebagai institusi yang memiliki daya adaptasi serta mampu bergerak adaptif dan tangkas dalam menghadapi tantangan dan hambatan akibat perubahan masif ini.
Untirta dalam hal ini sumber daya manusia yang dimiliki baik dosen, tenaga pendidikan maupun mahasiswa harus mampu mengambil pilihan untuk tetap bertahan dengan pola lama layanan tridharma secara konvensional, atau melakukan antisipasi untuk beradaptasi dan menghasilkan kreasi lompatan inovasi.
Untirta wajib mengeksplorasi seluruh potensinya melalui digitalisasi pendidikan tinggi. Untirta perlu membentuk ekosistem pendidikan tinggi yang sehat, nyaman, dinamis dan berkelanjutan untuk dapat menunjang pelaksanaan tri-dharma perguruan tinggi.
Oleh karenanya, integrasi, digitalisasi, dan kondusifitas kampus yang sehat, dan layak untuk pelaksanaan tridharma Perguruan Tinggi, menjadi sebuah urgensi mendesak yang harus dilaksanakan, untuk tercapainya sebuah perguruan tinggi yang memiliki kewibawaan akademik, berkelanjutan dan berdaya saing. (Red)
Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, ST.,MT, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) periode 2019/2023. Memulai jenjang karir sebagai Dosen di Fakultas Teknik, kemudian Doktor pengelolaan Sumber Daya alam dan pengendalian serta pembantu dekan akademik Fakultas Teknik. Kemudian menjadi Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Perencanaan dan sistem informasi dari 2011 sampai 2015 dan selanjutnya menjadi Wakil Rektor Bidang akademik Untirta dari 2015 sampai 2019. Dan akhirnya terpilih sebagai Rektor Untirta. Pada tahun 2021 Fatah mendapat gelar Profesor dalam bidang Teknik Kimia.