Ketahanan PanganTerkini

JEPA : Pangan Lokal Sebagai Solusi Ketahanan Pangan Nasional

Siti Maulyda Ayu. MZ, Mahasiswi, Institut Pertanian Bogor Program Studi Ilmu Pangan

BOGOR, biem.coPangan sebagai kebutuhan pokok, jadi sudah selayaknya satiap negara memiliki ketahanan pangan yang kuat. Memperhatikan kondisi ketahanan pangan negara pada Global Food Security Index (GFSI), menyatakan indeks ketahanan pangan indonesia pada tahun 2022 berada di level 60,2 lebih tinggi dibanding periode 2020-2021. Namun, ketahanan pangan indonesia tahun ini masih berada di bawah rata-rata indeks ketahanan pangan tingkat Asia fasifik sebesar 63,4. Penanganan masalah Ketahanan Pangan di Indonesia alih-alih sigap menanggapi krisis dalam bidang pangan, bukankah lebih bijak mengatakan sudah siap jika sewaktu-waktu kondisi krisis pangan terjadi. Kondisi ketidaksiapan ini bisa tergambar pada  jumlah pasokan beras yang tidak sesuai dengan jumlah kebutuhan beras yang dibutuhkan.

Dikutip dari penelitian yang berjudul A simulation of increasing rice price toward the disparity of income distribution: An evidence from Indonesia (2023), sebagai contoh pada tahun 2020, populasi sebanyak 85 juta orang dilaporkan tergolong dalam kategori pendapata menengah, diperkirakan jumlah ini akan bertambah jadi 223 juta orang pada tahun 2045. Dengan begitu akan terjadi ketimpangan antara harga beras dan pendapatan perkapita Indonesia dimasa mendatang akibatnya produksi beras semakin terbatas dan harga yang cenderung lebih tinggi. Sementara itu, seiring permintaan beras yang terus meningkat di Indonesia, produksinya mengalama penurunan.  Berbicara tentang beras, Menurut Jiuhardi (2023) bahwa 96% penduduk negeri ini bergantung pada beras, kebergantungan inilah yang bisa beresiko besar bagi Indonesia. Seperti halnya pada daerah asal saya Sulawesi Barat rata-rata tingkat komsumsi beras mencapai sekitar 113,7 kg/kapita/tahun (BPS 2012). Upaya pemerintah memasok bahan pokok dengan melakukan impor dari negara luar, tidak lantas mengatasi masalah ini dengan tuntas. Penguatan usaha dalam mengarahkan ke pangan alternatif merupakan hal yang harus cepat dilaksanankan. Dan yang paling penting bukan hanya satu instansi yang mengambil langkah kongkrit, tapi juga kesadaran kecil dari setiap masyarakat sangat dibutuhkan.

Fokus inilah yang menarik perhatian saya untuk terjun dalam sektor pengembangan pangan, khususnya dalam hal pangan lokal. Potensi sumberdaya alam diprovinsi Sulawesi Barat menunjukkan ketersediaan pangan yang beragam, seperti sumber karbohidrat, potein, vitamin dan mineral. Ditinjau dari potensi sumberdaya pangan tersebut belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal sehingga pola komsumsi pangan rumah tangga masih didominasi beras, dan keanekaragaman komsumsi pangan belum terwujud. Data dari BPS (20212) menyebutkan bahwa selain beras, ubi kayu sangat berpotensi sebagai pangan lokal Sulawesi Barat. Komoditas ubi kayu atau singkong banyak diusahakan di lahan kering dengan tingkat kesuburan yang masih rendah dan secara umum dibudidayakan secara tradisional. Rata-rata luas areal tanaman ubi kayu di Sulawesi Barat dalam tiga tahun terakhir yaitu 2.281 Ha, produksi 47670 ton dengan tingkat produktivitas 16,546 Ton/Ha, lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas varietas nasional (Fatmawati et al., 2021).

Pemanfaatan potensi produk pangan lokal adalah langkah jitu untuk menopang ketahanan pangan nasional. Melihat potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, menggelitik ide kreatif saya dalam menyulap pangan lokal bernilai internasional. Di daerah saya sendiri memiliki makanan tradisional pengganti beras yang dikenal dengan sebutan jepa. Jepa memiliki rasa yang sedikit tawar, dan bertekstur kasar seperti kue sagu kering dari Ambon namun makanan bukan dari sagu melainkan berbahan dasar singkong. Jajanan unik ini dibuat dengan cara mencampurkan singkong yang sudah diperas dengan parutan kelapa, kemudian dibakar dengan cetakan panjjepangan yang terbuat dari tanah liat berbentuk piring. Biasanya makanan berbasis singkong ini dibawa oleh nelayan saat melaut, dengan pertimbangan makanan ini tidak mudah busuk dan memiliki umur komsumsi yang lama. Selain menjadi sumber karbohidrat makanan ini juga memiliki manfaat membantu mengontrol kadar gula darah. Hanya mengandalkan model jepa yang original memang tidak ayal menggugah masyarakat untuk beralih dari beras. Melalui modifikasi dari segi model dan nutrisi jepa bisa membantu masyarakat sebagai alternatif pangan pokok (selingan beras) serta membantu meningkatkan ketahanan pangan Indonesia.

Pemilihan jepa sebagai alternatif penggunaan beras, didukung dengan gizi dan harga yang terjangkau. Sehingga masyarakat dari menegah bawah pun bisa memperoleh bahan pangan berkualitas. Dengan melakukan rekayasa pangan dalam pengolahan dan menggali bioaktif dari makanan ini bisa menjadi suatu inovasi baru. (Red)

 

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat, 2012. Sulawesi Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Mamuju

Jiuhardi. 2023. Analisis Kebijakan Impor Beras terhadap Peningkatan kesejahteraan petani di Indonesia. Jurnal ekonomi keuangan dan manajemen. Vol. 19(1) : 98 110.

Fatmawati., Sulaiman., Hasanuddin, S. 2021. Analisis Preferensi Masyarakat Terhadap Pangan Olahan Ubi Kayu Menjadi Jepa. Tarjih : Agribusiness Development Journal. Vol. 1(1) : 1- 7.

Editor: admin

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button