Kabar

R.S. Suroyo: Menguji Keberpihakan Presiden terhadap Petani

biem.co — Pada pembukaan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian pada 11 Januari 2021, Presiden Joko Widodo mengapresiasi pertumbuhan positif pada sektor pertanian terutama pada peningkatan ekspor komoditas pertanian. Bak gayung bersambut, pada 1 Maret 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa potensi produksi pada bulan Januari s/d April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton beras atau mengalami kenaikan 3,08 juta ton dibandingkan dengan produksi beras pada bulan yang sama pada tahun 2020.

Selain itu, data prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan pokok Kementerian Pertanian pada bulan Januari s/d Mei 2021 menyatakan bahwa stok beras pada akhir Desember 2020 sebesar 7,38 juta ton dan perkiraan produksi dalam negeri sebesar 17,51 juta ton, sedangkan kebutuhan 12,33 juta ton sehingga neraca s/d Mei 2021 sebesar 12,56 juta ton beras.

Cintai Produk Indonesia

Dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan pada 4 Maret 2021, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa mencintai produk Indonesia saja tidak cukup, sehingga kampanye benci barang luar negeri harus digaungkan supaya masyarakat loyal terhadap hasil karya anak negeri.

Presiden Joko Widodo juga aktif berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia termasuk ke lokasi food estate untuk memastikan food estate berjalan dengan baik, seperti di daerah Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur serta Kalimantan Tengah dan komitmen anti impor Presiden Joko Widodo sudah ditunjukan pada saat beliau masih menjadi Calon Presiden Republik Indonesia tahun 2014 yang menyatakan bahwa kita harus stop impor beras, daging, sayur, buah dan ikan karena kita memilki kemampuan untuk memproduksinya.

Rencana Impor Beras 2021

Pada 4 Maret 2021, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan bahwa Indonesia akan mengimpor beras yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan beras di dalam negeri agar harganya bisa tetap terkendali.

Senada dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dalam konferensi pers virtual pada 19 Maret 2021, Menteri Perdagangan menyatakan diputuskannya kebijakan impor beras sebanyak 1 juta ton karena stok cadangan beras pemerintah di gudang Perum Bulog rendah hanya kisaran 500 ribu ton, setelah dikurangi dengan beras sisa impor tahun 2018. Sedangkan stok cadangan beras atau iron stock di gudang Perum Bulog seharusnya sebesar 1 juta s/d 1,5 juta ton setiap tahunnya.

Cadangan beras diperlukan untuk kebutuhan mendesak seperti bantuan sosial ataupun operasi pasar guna stabilisasi harga. Menteri Perdagangan menyatakan bahwa penyerapan gabah pada masa panen raya saat ini belum optimal dilakukan oleh Perum Bulog karena hingga pertengahan Maret 2021 serapan gabah setara beras baru mencapai 85 ribu ton. Seharusnya Bulog bisa menyerap gabah setara beras sebanyak 400 ribu hingga 500 ribu ton.

Di sisi lain, dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan rata–rata kualitas gabah petani memiliki kadar air yang tinggi, sehingga tidak memenuhi syarat untuk bisa diserap oleh Perum Bulog, maka dibutuhkan impor.

Kondisi Petani

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, telah terjadi penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari bulan Januari sebesar 103,26 menjadi 103,10 dan ini menunjukan tren penurunan kesejahteraan petani yang sama seperti tahun 2020.

Selain itu, berdasarkan Sistem Informasi Panel Harga Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani pada minggu ketiga bulan Maret 2021, di beberapa daerah berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP), seperti di Lebak Banten sebesar Rp3.533/Kg, Kebumen Jawa Tengah sebesar Rp3.600/Kg, Lamongan Jawa Timur sebesar Rp3.800/Kg, Lampung Tengah sebesar Rp3.783/Kg. Padahal, besaran HPP yang ditetapkan Permendag Nomor 24 Tahun 2020 untuk GKP di tingkat petani sebesar Rp4.200/Kg.

Menanti Suara Presiden

Menteri Perdagangan mengkhawatirkan rendahnya stok cadangan beras pemerintah di gudang Perum Bulog dan belum optimalnya Perum Bulog menyerap gabah petani, sehingga diperlukan impor untuk mengisi stok. Namun, impor tidak akan dilakukan saat panen raya.

Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian meyakini bahwa beras dalam kondisi surplus dan Perum Bulog juga menyampaikan akan mengoptimalkan serapan gabah dengan target pada bulan Maret dan April 2021 sebesar 390.800 ton, sehingga diharapkan stok cadangan beras pemerintah di gudang Perum Bulog sudah di atas 1 juta ton pada akhir April 2021.

Masyarakat Indonesia, terutama petani, tentu menunggu suara dari Presiden Republik Indonesia karena masih terjadi perbedaan pendapat di antara para pembantunya. Semoga Presiden Joko Widodo sesuai dengan komitmennya untuk mencintai produk Indonesia dan kembali menyatakan stop terhadap impor pangan, karena Presiden Republik Indonesia harus berpihak pada petani Indonesia, bukan petani luar negeri. Saat ini, keberpihakan Presiden terhadap petani sedang diuji. (*)

Tentang Penulis

R.S. Suroyo. Jr, SP, MSi., adalah Ketua Harian Pemuda Tani Indonesia.

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button