ReviewUlasan Produk

Buku Pilihan: Banyak Alasan Mengapa Harus ‘Ayah’

Judul : Ayah

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang

Tahun Terbit : Mei 2015 (Cetakan Pertama)

Tebal : 396 halaman

Genre : Fiksi Novel

 

biem.co – Banyak karya fiksi membahas tentang betapa besarnya peranan ibu dan betapa mulianya ibu karena memiliki surga di bawah telapak kakinya. Alangkah durhaka jika seorang anak tidak menghormati sosok yang telah melahirkan atau merawat dan membesarkan itu. Bukan hanya karya fiksi, bahkan lagu, puisi, artikel, dan lain sebagainya mendewakan peran sang ibu. Lalu di mana peran ayah dalam karya fiksi?

 

Inilah yang dibidik Andrea Hirata melalui novel Ayah yang diterbitkan pertama kali pada Mei 2015. Novel setebal 396 halaman terbitan Bentang ini mengupas pengorbanan dan kecintaan ayah kepada seseorang yang dipanggil anak, meskipun bukan anak kandung. Astaga!

 

Inikah Cinta

Novel ini memang banyak sekali tokoh. Bahkan beberapa tokoh diceritakan seakan-akan tidak berkaitan. Seperti halnya keberaadaan Amirza, Manikam, dan Jon Pijareli. Pada novel berkover siluet sang ayah bersama anak lelaki-laki memegang gulali dan terdapat sepeda dengan dua balon gas terikat di setang ini, sang penulis membukanya dengan sesuatu yang mengenaskan. Yakni Sabari sang tokoh utama yang diperlakukan tidak baik oleh Lena, tokoh kunci wanita yang menolak cinta Sabari dan memilih kawin dengan banyak pria.

 

Itulah Cinta. Pada halaman 69 ditulis, Sabari pun tahu Lena pernah dikabarkan dekat dengan Hasan, Halim, Arsya, Syamsul, Sya'ban, Wahab, Mursyid, Junaidi, Munaf, Kholil, Zulfan, Razak, Ilham, Madan, Khairul, Zainal, dan Zainul. Savari mafhum. Tapi dengan Bogel Leboi? Mengapa wanita cantik senang sekali dengan lelaki bermartabat macam setan? Sabari melihat seakan satu sepeda rebah lalu merebahkan ratusan sepeda lainnya. Sabari hanya bisa memandangi Lena. Dia merasa pedih. Lena menghancurkan hatinya, Bogel Leboi meremukkannya.

 

Seperti dijelaskan di halaman 73, mungkin bagi banyak orang hal itu absurd hanya karena cinta. Namun mengingat banyak orang di dunia ini menjerat leher mereka sendiri karena cinta, bolehlah tindakan Sabari disebut konyol, tetapi tidak luar biasa. Di sisi lain, kegilaan Sabari bin Insyafi ini menginspirasi Izmi untuk melakukan hal-hal terbaik dalam hidup. Simak halaman 106. “Izmi memandangi rapornya. Rasa bahagia menyelinap dalam hatinya. Angka-angka biru beruntai-untai, berkilauan bak butir-butir mutiara. Memesona bak bait-bait puisi Sabari.”

 

Cinta pulalah yang memunculkan mitos di kalangan masyarakat Belitong tentang saat langit menjadi biru. Simak halaman 137. Jika itu muncul, “Tahun itu akan menjadi tahun yang baik. Musim hujan takkan berkepanjangan, musim kemarau takkan keterlaluan. Timah akan lebih mudah didapat, ikan lebih gampang dipukat, lada berbuah lebat. Dan ini yang seru, barang siapa yang mampu menahan napas selama saat langit menjadi biru itu berlangsung, berarti paling tidak enam puluh detik, akan gampang dapat jodoh.”

 

Tapi sayangnya, Sabari harus terus dan terus berjuang untuk mendapatkan Lena. Di halaman 165 dikisahkan, “Sabari tersenyum lagi. Hidup ini memang dipenuhi orang-orang yang kita inginkan, tetapi tak menginginkan kita, dan sebaliknya, dan Sabari tetap tersenyum.” Ah sadis! Namun penulis berbaik hati, meski hanya sedikit. Sabari berhasil menikahi Lena. Ya, berhasil. Meskipun alasannya  karena Lena hamil duluan entah oleh siapa. Ini ada di halaman 171.

 

Selingan Membingungkan

Saat masih asyik-asyiknya menyimak kisah syahdu Sabari, lelaki biasa dengan kisah tak biasa, tiba-tiba diselingi kisah Amiru? Siapa dia? Penulis masih menjaganya rapat dan tidak membiarkan pembaca tahu dan tidak dijelaskan kaitannya lebih dahulu. Ini menjadi alasan pembaca melompati bab tersebut karena memang berpikir tidak ada pengaruh sama sekali dengan kehidupan Sabari.

 

Seperti di halaman 130 saat Amiru pulang mengayuh sepeda sambil bersiul-siul. Tak ada sedikit pun dijelaskan siapa Amiru dan hubungannya dengan para tokoh utama yakni Sabari atau Lena. Penulis malah asyik menjelaskan Senin nanti sekolahnya mulai libur, dia dapat bekerja seharian. Benar kata ayahnya, malaikat-malaikat turun untuk melihat niat yang baik. 

 

Belum lagi tentang tokoh lain bernama Makmur Manikam dan Jon Pijarelli di halaman 193. Siapa pula mereka ini? Pembaca baru diberi tahu hubungan mereka dengan para tokoh utama di halaman 234 saat Manikam berhubungan dengan Lena saat berkenalan. Dari sinilah pembaca mendapat penjelasan Manikam dihadirkan. Begitupula di halaman 235, giliran Jon dihubungkan dengan Lena. Nah, mulai jelaslah semua. Siapa keduanya? Lalu Amiru? Baca sampai bab terakhir untuk mengetahui kejutan lainnya.

 

Ayah oh Ayah

Bukan Andrea Hirata namanya jika tak punya trik berkisah yang menarik. Meskipun novel mengambil judul “Ayah”, namun perjalanan menjadi ayah baru dimulai pada halaman 179. Bolehlah kita anggap ayah yang bersembunyi. Dan dihadirkan beragam cerita sejak belum menjadi ayah, menjadikan novel ini semacam hikayat. 

 

Pada halaman 181, dikisahkan Sabari adalah ayah sekaligus ibu bagi Zorro, full time, dia yang menyuapi Zorro dan meminuminya susu. Dia terjaga sepanjang malam jika anak itu sakit. Dia telah mengalami saat-saat panik waktu si kecil demam. Dia membawanya ke puskesmas layaknya dilakukan seorang ibu. Dia tahu perkara gizi balita, vaksin, dan obat anak-anak. Bahkan dia sering memberi tahu ibu-ibu lainnya soal itu. Pesan Sabari, bayi jangan terlalu sering diminumi air tajin, kalau terlalu sering, nanti jika besar tak bisa matematika macam ketiga temannya yakni Toharun, Ukun, dan Tamat.

 

Selayaknya orang mengurus bayi, dia harus selalu berada dekat anaknya itu, 24 jam. Oleh karena itu, dengan berat  hati dia menulsi surat kepada mertuanya yakni Markoni yang juga bos tempat dia bekerja. Ia mengundurkan diri. Surat pengunduran dirinya berupa puisi. Ini membuat Markoni meleleh.  

 

Sebagai ayah, meskipun ayah tiri, Sabari cukup sayang pada anaknya. Sebagai suami, Sabari juga terlahir sangat sabar, pun saat digugat cerai Lena. Kepolosan Sabari menerima surat cerai dari kantor pemerintahan ada di halaman 202. Di sinilah diceritakan Sabari rela menukar apapun supaya Lena tak membawa Zorro, tapi sayangnya malah ditampik dengan ketus.

 

Sangat miris. Lebih miris ada di halaman 227. “Konon, hari paling penting dalam hidup manusia adalah hari saat manusia tahu untuk apa dia dilahirkan. Sekarang Sabari tahu bahwa dia dilahirkan untuk menjadi seorang ayah. Seorang ayah bagi Zorro. Anaknya telah mengurai semua misteri tentangnya. Bahwa wajahnya tidak tampan agar dia tidak menjadi Bogel Leboi. Karena dia seorang Sabari maka Tuhan memberinya Zorro. Bahwa tangannya yang kasar dan kuat seperti besi adalah agar dia tak gampang lelah menggendong Zorro. Bahwa dia gemar berpuisi dan berkiusah adalah agar dapat membesarkan anaknya dengan puisi. Sabari memeluk anaknya yang telah jatuh tertidur, serasa memeluk awan.”

 

Sabari yang melankolis juga mengajarkan Zorro tentang dongeng awan, simak halaman 259. “Tahukah dirimu, Kawan? Langit adalah sebuah keluarga. Anaknya ada dua, angin dan awan. Ayahnya adalah matahari. Ibunya bulan. Angin senang berkeliaran sesukanya, melesat ke selatan, menggoda ilalang, berputar di atas ombak, terlambung tinggi ke angkasa, lalu berpencar ke delapan penjuru. Jika sore, ayahnya, matahari, memanggilnya dan kita mendapat senja yang indah. Jika malam, angin tak berhembus karena Bulan memeluk anak bungsunya.

 

Awan adalah anak perempuan yang suka bersedih. Oleh karena itu, manusia bisa mengajak awan bercakap-cakap. Jika awan gelap dan manusia tidak menginginkan hujan, awan bisa dibujuk. Berhentilah sejenak di mana pun kau berada, tataplah awan dan berbicaralah dengannya agar dia menunggu sebentar saja sampai engkau sampai di rumah.

 

Akan tetapi kau hanya bisa membujuk awan dengan puisi dan puisi itu harus kau nyanyikan, seperti ini nyanyiannya.”

 

Dongeng awan ini dipahami baik oleh Zorro. Pun penggalan liriknya. Seperti ini: Wahai, Awan. Aku ingin sekolah, janganlah kau turunkan hujan. Ajaklah angin, untuk menerbangkanmu ke selatan. Wahai awan janganlah dulu kau turunkan hujan. Wahai, Awan, kuterbangkan layang-layang untukmu.

 

Zorro yang mengikuti Lena sejak bayi hanya mengenal sang ayah dari kemeja lusuh yang terdapat di dalam tasnya. Saat Lena kawin cerai dengan banyak lelaki, Zorro hanya berteman dengan masa lalu yang melekat dalam ingatannya namun tak mengenal sosok ayah yang ia rindukannya. Simak halaman 269. “Jika keadaan memburuk, dia (Zorro) mengucilkan diri dan mencium kemeja milik Sabari dan mengenang satu masa yang indah, saat seorang lelaki menyayanginya, memeluknya menjelang tidur, sekalu melindunginya.”   

 

Ah, sudahlah, pitutur ini harus diakhiri sebelum semua alur terbongkar di sini. Sangat tidak seru bukan jika hendak membaca novel namun sudah tahu akhir ceritanya.

 

Baca dan nikmati saja kisah cerita yang cocok untuk usia remaja dan dewasa ini. Alurnya mudah dinikmati, meskipun, ya, pada beberapa halaman dibingungkan dengan tokoh-tokoh yang seakan tidak berhubungan. Bersabar saja, dan nikmati kejutan cerita pada novel dengan judul satu kata ini, “Ayah”. Semoga dengan membaca novel ini, kecintaan kepada ayah akan bertambah. Dan pemahaman tentang ayah yang juga memiliki cinta sebesar ibu, akan semakin membuncah. Semoga. (*)


Hilal Ahmad. Penulis suka sekali membaca novel dan menceritakannya kembali pada orang terdekat. Tinggal di Kota Serang. 

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button