Boyke PribadiKolom

Kolom Boyke Pribadi: Mimpi yang Mempersatukan Kita

 

biem.co — Menghadiri acara Parade Orasi pada Sabtu, 25 Juni 2016, yang diselenggarakan oleh Banten Muda (biem), sebuah organisasi tempat berkumpulnya anak-anak muda Banten yang memiliki kreativitas dan semangat untuk saling memberdayakan, saya terasa berada dalam arus semangat yang meledak-ledak sebagai ciri khas anak muda yang penuh energi.

 

Acara yang dimulai dengan pemutaran video yang berisi seabreg kegiatan Banten Muda, mulai dari sekadar talkshow hingga kegiatan bakti sosial, menyiratkan bahwa masih tersimpan berjuta harapan untuk kemajuan Banten dan bangsa Indonesia pada umumnya. Di tengah-tengah berbagai berita yang miring tentang generasi muda yang menjadi korban narkoba, tawuran antarpelajar, hingga kehidupan hedon dan “semau gue”, ternyata masih tersembunyi mutiara yang bersinar terang di berbagai pelosok desa dan wilayah terpencil di Provinsi Banten.

 

Memasuki sesi orasi dimulai oleh Panji Aziz Pratama, pemuda asli Cikande yang pernah mendapat Banten Muda Award untuk bidang pendidikan. Dibatasi waktu sekitar 10 menit, peserta yang hadir dapat menangkap pesan tentang perlunya dunia pendidikan di Provinsi Banten yang oleh sebagian orang dianggap sebagai beban.

 

Ada hal menarik kisah tentang perlunya seorang Panji memiliki mimpi yang ketika kecil bermain di area persawahan sekitar Cikande sering melihat pesawat terbang yang melintas diatas kepalanya, lalu Panji berteriak “Kapaaaal, minta duiiit!”, sebagaimana kebiasaan anak anak seusianya ketika itu.

 

Panji yang kehilangan ayahnya ketika usia 2 tahun, pada saat berada di kelas 2 Sekolah Dasar pernah memiliki mimpi untuk naik pesawat terbang yang dilihatnya dan berkeliling dunia dengan gratis alias tidak perlu mengeluarkan uang. Dan ternyata, mimpi itu terwujud ketika mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan di India dan Amerika Serikat melalu program beasiswa. Panji ingin berbagi mimpinya dengan anak-anak yang tidak mampu melalui pendidikan gratis yang diselenggarakannya bersama relawan dalam sebuah perkumpulan yang mereka namai Istana Belajar Banten (Isbanban). Panji juga berkesempatan kuliah di Universitas Padjajaran Bandung dengan beasiswa penuh melalui program Bidikmisi.

 

Kesempatan orasi setelah Panji diberikan kepada Darwin Mahesa, seorang aumni Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang sejak sekolah di SMK memiliki mimpi membuat film yang ditayangkan di bioskop. Melalui perjuangan yang tidak ringan, mimpi tersebut menemukan wujudnya ketika film ke-18 yang dibuatnya ditayangkan di bisokop Cinema 21 dan ditonton oleh lebih dari 10.000 orang. Hal ini tidak akan tercapai jika Darwin berhenti membuat film setelah sempat berputus asa ketika pembuatan film yang kelima.

 

Orasi berikutnya setelah rehat untuk salat Ashar, di-isi oleh seorang sastrawan Wahyu Arya, putra Kresek, Kabupaten Tangerang, yang tidak sempat melihat ayahnya karena meninggal ketika Wahyu berumur 9 bulan. Sekalipun menghabiskan masa remaja di perkampungan, namun dengan tekad dan semangat yang membara membawa Wahyu berhasil menaklukan tantangan yang ada. Dirinya pun erhasil menjadi seorang jurnalis yang bekerja di sebuah media massa terkemuka di Provinsi Banten.

 

Usai Wahyu memberikan orasi, seorang wirausaha muda bernama Febriansyah S. Pribadi menyampaikan pengalamannya merintis usaha kreatif dalam bidang fotografi dan wedding organizer. Usaha yang semula dirintis dengan modal nol rupiah, berkembang pesat berkat kreaktivitas dan kemauan kuatnya untuk menggapai kesuksesan. Meski terkesan tidak nyambung antara ilmu yang dipelajari semasa kuliah yakni Teknik Elektro, namun pada akhirnya, terjadi harmonisasi antara pengetahuan dengan kompetensi serta bakat dan hobi yang ia miliki. Ia pun mengamini kalimat semua orator sebelumnya bahwa sebagai anak muda harus memiliki impian yang akan diraih, karena mimpi dapat dijadikan arah tujuan sehingga dapat menyusun peta jalan menuju tujuan tersebut.

 

Tiba saatnya orator penutup, yakni Iip Syafrudin. Sebagai pekerja sosial, Iip mengajak agar semua pihak bukan hanya pandai memberikan komentar ataupun sekadar membuat status di media sosial atas permasalahan yang terjadi di sekitarnya, namun lebih jauh dari hal itu, “Kita harus berbuat dalam arti bergerak dan bertindak sekecil apa pun untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada,” kata Iip.

 

Hampir serupa dengan kalimat para motivator kawakan, bahwa hal pertama yang harus dilakukan untuk meraih mimpi adalah segera bangun dari tidur dan bergerak untuk meraih mimpi. Atau sebuah kalimat dari Albert Einstein yang menyamakan seseorang hidup itu bagaikan menaiki sepeda yang harus tetap bergerak agar tidak jatuh. Artinya, ajakan bergerak dari Iif Syafrudin merupakan kunci dari mewujudkan mimpi dari 4 orator sebelumnya.

 

Sebagai undangan, penulis melihat hal yang menyatukan para orator dan undangan yang hadir di acara tersebut, yakni semua disatukan karena mimpi, dan hebatnya, kelima orator tersebut adalah para penerima Banten Muda award yang didedikasikan bagi pemuda Banten yang memiliki prestasi yang membanggakan.

 

Kebetulan pula, kelima orator tersebut disatukan oleh Banten Muda melalui Irvan Hq selaku ketua umum organisasi itu–yang kini memiliki media dalam jaringan biem.co. Irvan Hq dan Banten Muda telah berhasil memosisikan diri sebagai Tenzing Norgay yang berhasil menyiapkan panggung bagi Sir Edmund Hillary sebagai orang yang pertama mencapai puncak gunung Everest. Padahal, ketika itu Tenzing Norgay tinggal selangkah lagi mencapai puncak Everest, namun ia mempersilakan Hillary untuk melangkah mencapai terlebih dahulu. Ketika ditanya oleh seorang reporter mengapa ia melakukan hal itu, dan Tenzing menjawab, “Karena itulah impian Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya”.

 

Dalam konteks cerita tersebut, Irvan Hq, melalui Banten Muda telah berusaha menyiapkan panggung bagi anak-anak muda Banten untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah mereka. Dan bila kita bertanya mengapa “kebetulan” mereka bertemu di Banten Muda, mungkin sebuah doa yang biasa dibaca oleh Baginda Rasul merupakan jawaban yang menyatukan “kebetulan-kebetulan” itu, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu curahan rahmat dari sisi-Mu, yang dengannya hatiku mendapat petunjuk, terkumpul segala yang bercerai-berai dan terhimpun segala yang terpisah-pisah, tertolak segala fitnah atas diriku dan bertambah baik urusan agamaku, terpelihara segala sesuatu yang jauh dariku dan terangkat apa yang dekat denganku, disucikan segala perbuatanku dan dicerahkan wajahku, diberi ilham menuju petunjuk dan terpelihara diriku dari segala sesuatu yang jelek."

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button