InspirasiPuisi

Sajak-sajak Ayid Suyitno PS

KESABARAN KESADARAN

semua jalan rasanya buntu
semua jendela tertutup
tidak ada jalan keluar
benarkah sunyi abadi
segala tempat terkunci

ke mana pergi akal pikiran
ke mana rizki dan kebaikan

usaha di jalan gelap
layang-layang nyungsep
membentur dinding beku
bikin kepala membuncah
dada seakan terbelah

apa hanya kesabaran
apa hanya kesadaran
menopang hidup fana
berani bertahan
dari kisruh penderitaan

haruskah melata
di jalan kebenaran
dalam gegap kekacauan
merayakan kesalahan

hilang kegamangan
menemukan pelabuhan
dalam dekapan iman

BAGAIMANA MUNGKIN

bagaimana mungkin melupakan
meski dalam kepedihan lebam
mendekap di sunyi menggeremeng
di ujung perjalanan menggamang
hidup yang sering abu-abu

mencoba menepis bayangan
meski dalam kegembiraan ingar
tetap saja tersenyum tiada peduli
bahwa sengaja menyingkirkan
hal cerah ceria menggetar

kehidupan selalu ada dalam
sedih dan gembiraku menemani
dengan kesetiaan tiada
terkatakan betapa mencintai
untuk mengerti ketegaran
bagaimana mungkin melupakanmu

DIAM-DIAM

diam-diam kesadaran menyeruak
menelikung kebengalan mencekam
menggapai keteduhan gelisah

PKB, Babelan, Bekasi
Selasa (12/4-2016) pukul 20.00 WIB

TERANG YANG DICARI

ketenteraman selalu menjadi
terang yang dicari harapan
yang membuat semangat membara
hendak ke manakah pergi
menemukan kebenaran depan mata
iman memanggil kebahagiaan

 

PANJI TELAH PERGI

panji telah pergi, sobat
pergi tinggalkan fana
pergi ke keabadian
pergi menuju khalikNya

tiada lagi cekakakannnya
tiada lagi senyumnya
angan mimpi absurdnya
terus saja terngiang

selalu terkenangkan
pesona pesta perkawinannya
tempe mendoan soto gombong
ledhek keliling banyumasan

panji telah pergi, sobat
tanpa pamit padaku
dari sehatnya sampai sakitnya
tidak pernah bertemu

panji telah pergi, sobat
maafkan aku, sobat
tidak bisa mengantar
ke peristirahatan terakhirnya
aku tidak tahu alamatnya
tidak ada kabar lelayunya
sekalinya ada dari Papua
ke mana para sobat di Jakarta
apakah mereka lupa
dengan keberadaanku
atau sengaja melupakanku

persahabatan macam apakah
terbentang di hadapan
menepikan ramai di sunyi
menderaskan sunyi di ramai
alangkah naif kehidupan
hati pikir pernah seirama
harus musnah oleh keadaan
apakah dendam masa lalu
telah jadi kesumat
jika itu memang ada
apakah kepedihan hari tua
sudah sedemikian menikam
atau kesenangan usia senja
menjadi diri membatu

panji telah pergi, sobat
aku menangisinya
dari dinding kepapaanku

panji telah pergi, sobat
pergi segala kenangan
pergi selamanya terpisah
menyatu dalam kasihNya

panji telah pergi, sobat
panji telah pergi, sobat
panji telah pergi, sobat

 

PEKIK MERDEKA

pekik merdeka
: merdeka
merdeka
merdeka
harus selalu digemakan
agar kita sadar
bahwa kita
bangsa Indonesia

pekik merdeka
: merdeka
merdeka
merdeka
harus selalu digaungkan
ingat semua perjuangan

merdeka pantang menyerah
merdeka darah dan nyawa
merdeka tekad dan usaha
merdeka terus selamanya

merdeka dalam kebhinekaan
merdeka dalam kebersamaan
jaga erat satu nusa
satu bangsa satu bahasa

: terima kasih para pahlawan
mempertahankan segala daya

 

NELAYAN. IKAN-IKAN

bersahabat dengan ombak
menyapa angin menidurkan
gelisah dalam dekap
keberanian di saat diam
di saat sibuk tiada geram
hanya senyuman terulur
kenyataan nelayan
ikan-ikan keperkasaan
kemiskinan perjalanan
nasib dijalani sadar
hidup adalah perjuangan
hidup adalah harapan

 

LAUT YANG TERBENTAN

sudah jelas pemilik laut
yang terbentang di hadapan
sunyi. gelombang. pewisata.
nelayan. tengkulak. ikan.
bukan hal mudah mendapatkan
asyik menyantap si kaya gizi.
tanpa memahami betapa semua
berkelindan. memahami rizkiNya
tiada habis. siapa memberi
hasil laut itu. siapa yang
menghidupkannya dinikmati.
karunia Allah. indah berbagi.
enyah keserakahan

 

SEJATINYA PELAUT

setiap manusia sejatinya adalah pelaut
menaklukkan ombak kecil sampai besar
melayarkan dan melabuhkan perahu
mencintai laut dan segala isinya

tahu persis arah angin dan musimnya
dalam kodrat alam dan anugerahNya
jika pasang diterjang tanpa perhitungan
pasti terpelanting di pantai tak bertepi
bahkan harus hilang tanpa ketahuan lagi

Allah hanya menuntun ke arah kebenaran
simpang ragu membuat hidup tanpa karang
tempat untuk mengingatkan itu jebakan
setiap manusia sejatinya adalah pelaut

 

HIDUP. IMAN

hidup hanya sekali
berjalan ke depan
jatuh berkali-kali
jangan hilang iman

 

DIBESARKAN BADAI

kau dibesarkan dengan badai
bukan dengan kasih sayang
kau jadi peradang
tanpa belas kasihan
mengacakacak hidup
jadi kacau balau

betapa memilukan
pemimpin yang kejam
serupa Nero
nurani terkapar

jika kehidupan
sekadar tembok
ke berlabuh
harapan pun padam

 

KEDUNIAWIAN

yang ada dalam benakmu
keserakahan mengangkang
kemelut kekuasaan
bermodal keberanian
menentang kebenaran

kekejaman dunia
di masa kanak-kanak
kenangan kelam
selalu ingin balas dendam
terhadap kemiskinan
pernah milikmu
ogah kembali milikmu

membuatmu telengas
pentingkan keduniawian
dalam kesalehan
hanya sebentar
kedokmu terbongkar
kau serigala tetap serigala
mengkocarkacirkan kota
pendapat segala rupa
penuh adu domba
dajjal berhala
yang menghinadinakan

 

MELUKA LAGI

meluka lagi
kelu
terdiam
tersudut
mana nasib
mana takdir
jalan hidup
terpontal
garis
batas
masa lalu
masa kini
masa datang
hanya coretan
di dinding
buram
jangan sesal
harus jalani
milikNya

 

HANYA VARIASI

hanya menunggu
sesaat
tak sabar
melonjak
terperangah
seperti baru
padahal biasa
hanya variasi
cermin jiwa
Allah

 

MASIH

masih bisa senang
rayakan kegembiraan
makan enak
pergaulan asyik
informasi jembar
sekilas masih

berjalan kaki
dalam hitungan nasib
seakan terbang
ke arah hampa
dari musim ke musim

masih sama
atau bahkan mundur
usia terus merambat
dalam hidup
menuju Allah

 

SAMPAI WAKTU

usah bersedih
jangan menangis
airmata biarkan
tersimpan di dada
mengekal derita
hanya untuk diri

hanya Allah
pemilik rahasia
alam semesta
yang boleh tahu
selebihnya biar
segalanya berlalu
seiring waktu
sampai waktu


Ayid Suyitno PS, awal Desember lalu tampil di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS dalam tajuk Baca Puisi 9 Penyair Lampung-Jakarta ’79. Lulusan IKIP Jakarta 1983. Dewan Pendiri Kelompok Sastra Kita Jakarta (KSKJ). Dewan Pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI). Dikenal sebagai penyair Puisi Indonesia ’87. Lebih 100 media memuat tulisannya. Lebih 100 lainnya Donor Darah Sukarela di PMI Jakarta.

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ragam Tulisan Lainnya
Close
Back to top button