KabarTerkini

MAARIF Institute Mengadvokasi Secara Preventif Bentuk Radikalisme di Kalangan Anak Muda

JAKARTA, biem.co — Jumat (/9/6) sore lalu, MAARIF Institute mengadakan program pembukaan regular setiap bulannya, yakni nonton dan diskusi film bertajuk “Jumat Sore ke Tebet”. Pada kesempatan kali ini, film yang berjudul “Jerusalem” garapan Daniel Ferguson yang berdurasi 45 menit ini menjadi bahan diskusi 20 orang di Aula MAARIF Institute, Jalan Tebet Barat Dalam 2 No. 6, Tebet, Jakarta Selatan, acara tersebut berjalan tiga jam, mulai pukul 15.00 WIB, dan diakhiri dengan buka puasa bersama.

MAARIF Institute sendiri pada awalnya didirikan untuk menampung pemikiran-pemikiran Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif—mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan mantan Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP)—dan membantu memfasilitasi Buya ketika ada aktifitas-aktifitas kemasyarakatan beliau, tahun 2003 hingga 2006 pergerakannya masih terbatas, Dr. Moeslim Abdurrahman menjadi direktur pertama pada 2003 hingga 2005, kemudian digantikan oleh Abd. Rohim Ghazali hingga 2006. Sejak itu MAARIF mulai mendapatkan suntikan sumber daya baru dan ditunjuklah direktur eksekutif yang baru, Raja Juli Antoni, mantan ketua umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Mulai saat itu secara sumber daya sudah banyak, dan kegiatannya mulai luas, lalu mulai menafsirkan pikiran-pikiran Buya pada level yang lebih tinggi lagi dengan mendorong anggaran APBD daerah-daerah yang bervisi pada kelompok-kelompok difabel, dan mengadvokasi anggaran serta kebijakan. Setiap tahun, MAARIF mencoba terus merespon situasi-situasi yang sedang dihadapi oleh bangsa. Kemudian, pada 2010 digantikan oleh Fajar Riza Ul Haq hingga 2016, dan kini yang baru digantikan oleh Muhammad Abdullah Daras. Sejak 2007, konsen MAARIF adalah pada pendidikan, terutama pendidikan HAM dan pendidikan kontra-radikalisme.

Mengenai pemutaran dan diskusi film, Helmy Pribadi selaku Manajer Program Divisi Islam dan Media, bercerita mengenai film-film yang diputar setiap bulannya tidak selalu berkonteks sama, tergantung konteksual dibulannya.

“Setiap bulan berbeda-beda film, kami mengkurasi filmnya tentu film-film yang memang punya muatan atau sesuatu yang penting yang memang bisa disampaikan kepada khalayak, tapi sumber film itu sendiri tidak selalu dari MAARIF, misal dari teman-teman ada yang punya film dan pingin diputar disini boleh juga, dan tidak harus film pendek juga, film durasi 2 jam pun bisa, selama pesan dalam film itu penting untuk disampaikan tidak masalah,” ujarnya pada wartawan biem.co.

Kegiatan ini juga bertujuan pada visi dan misi MAARIF Institute, ada tiga nilai besar yakni keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Film adalah medium untuk bisa bicara pada tiga poin tersebut, karena film adalah medium yang paling mudah untuk orang dari kalangan manapun yang bisa terlibat,

“Keinginan saya pribadi juga membangun sebuah komunitas berbasis apresiasi film, tidak hanya mengapresiasi tapi komunitas itu juga punya nilai yang kongkrit dengan nilai-nilai MAARIF, minimal nilai kemanusiaan,” ujar Helmy.

Helmy juga melanjutkan bahwa film itu sebagai media, tapi tetap dalam konten MAARIF, yaitu kontra-radikalisme. Pada 2011, MAARIF memproduksi film “Mata Tertutup”, digarap oleh Garin Nugroho, di bioskop sudah diputar pada 2012 lalu kemudian ke festival-festival internasional hingga 2013. Pada 2015, mengadakan syukuran 80 tahun Buya Syafii Maarif, medium yang dipakai adalah teater, kehidupan Buya diangkat ke drama teater, naskah ditulis oleh Agus Noor dan digarap oleh Djaduk Ferianto, kemudian pemainnnya Butet Kertaradjasa.

“Medium-medium popular telah menjadi perhatian kami, karena MAARIF sekarang program besarnya bagaimana mengadvokasi secara preventif bentuk radikalisme di kalangan anak muda, anak muda menjadi penting karena akan menentukan pendekatannya, saya menyebutnya dengan pendekatan popular. Saat ini kami sedang ada program di 5 kota, bekerjasama dengan Youtube, sudah berjalan di Jakarta dan Jogja, kita membantu teman-teman SMA untuk menjadi face campaign dengan video blog, tapi harus dengan konten positif, bulan depan tanggal 28 dan 29 Juli di Bandung, dan setiap video yang bagus akan embedded di akun Youtube-nya Cameo Project, pinginnya kita hanya provokator anak muda untuk membuat konten positif di kanal Youtube dan harapan kami mereka produktif membuat vlog positif itu,” lanjutnya.

Kini MAARIF Institute memiliki program MAARIF Fellowship, yakni memberikan beasiswa riset untuk mahasiswa bertajuk “Filantropi Islam dan Upaya Pemberantasan Terorisme”, kemudian program Jambore Nasional untuk pelajar yang kini sudah siap diseleksi dari 300 pendaftar menjadi 100 penerima, dan kemudian program video blog yang bertajuk “Jurnalisme Kemerdekaan” dengan Youtube yang diikuti oleh pelajar SMA/SMK. (uti)

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button