Karya: Daud Budi Surya Nugraha
Daud, begitu ia biasa dipanggil oleh teman-teman dekatnya, sewaktu kecil ia paling senang kalau tembok rumahnya dicat ulang. Baginya, tembok yang dicat ulang berarti kanvas kosong yang bisa ia isi kembali dengan coretan-coretannya. ‘Kenakalan’ dirinya itu sengaja dibiarkan oleh orang tuanya, karena mereka tahu kenakalan yang Daud lakukan sebenarnya pembelajaran mengenali dunia lewat kreatifitas. Kenakalan itu berlangsung selama Daud duduk di bangku sekolah dasar, selama itu pula orang tuanya bersabar ngemong agar kreatifitas Daud lebih terasah.
Kenakalan Daud dan kesabaran orang tuanya berbuah manis, saat ini Daud dipercaya menjadi Head of Story di Kartun Studios Sdn. Bhd, sebuah perusahaan animasi grup KRU di Malaysia. Pencapaian Daud di posisinya sekarang tak lepas dari perjuangan panjang dan dukungan keluarganya.
DESAIN BUTUH DISIPLIN
Setelah lulus SMA, keinginan Daud untuk mendalami seni grafis kian menjadi, ia pun memantapkan diri untuk masuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah proses seleksi ketat, akhirnya ia diterima di jurusan FSRD Desain Komunikasi Visual (DKV), di sanalah ia melepaskan dahaganya akan grafis. Selama empat tahun ia mencecap teori dan praktik grafis dari para dosen, berdiskusi dengan temannya, ia semakin mengetahui potensi diri dan cara menyalurkannya. – Dunia nyata dimulai saat lulus kuliah – ungkapan itu dirasakan betul oleh Daud, manakala setelah lulus S1 pada tahun 2007 sampai 2008, Daud dan beberapa rekannya bergabung di Studio komik Upgraders Studio.
“Kami punya mimpi yang sama, bekerja di industri komik. saat itu industri komik sangat lesu, jadi kami juga mengerjakan ilustrasi dan kerja grafis lainnya” Akunya. Kelesuan industri komik itu juga yang membawa dirinya mencicip profesi dosen dan asisten dosen. Di tahun yang sama, Daud mengikuti kompetisi 1001 desain cover majalah Concept Junior, dan berhasil menjadi juara 1. Dari sanalah kemudian ia ditawari bekerja sebagai ilustrator Concept Junior dan selama di sana, Daud bersama Djoko Hartanto (Owner) menerbitkan buku serial anak Lobu: Lovely Buddy.
Pada 2010, ia bekerja di gigglelab sebagai animator aplikasi ipad dan bertahan sampai 2014. Pada periode ini, Daud melakukan hal-hal yang sangat idealis, bekerja sendiri di rumah, yang membuat Daud meninggalkan profesi dosen, juga meninggalkan profesi desainer freelancer, dan hanya berfokus pada membuat aplikasi iPad saja.
“Banyak orang yang ingin bekerja di rumah, tapi bagi saya tantangannya sangat berat, karena perlu disiplin diri yang tinggi agar tetap produktif , terutama untuk yang sudah berkeluarga. Saya banyak gagal mendisiplin diri saat bekerja di rumah, sehingga produktifitas sangat menurun.” Ujarnya.
Hingga pada satu waktu, ia harus berpisah dari giggle lab. Daud mengaku agak kesulitan untuk mencari orderan kembali sejak itu. Penyebabnya karena ia terlalu lama ‘menghilang’ dari dunia grafis.
Maka ia pun memutuskan untuk menjadi guru TK di Rumah Belajar Semi Palar, juga menjadi guru les gambar untuk menafkahi keluarga. Banyak pengalaman yang didapat Daud selama mengajar, ia menyadari bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang besar, terkadang dirinya tidak bisa mengerjakannya sendirian. Dan untuk bekerjasama dengan orang lain, terkadang idealisme/ego perlu dihancurkan terlebih dahulu. Selain itu, ia juga menyadari pentingnya cerita. Bagi ayah dari dua anak ini cerita yang menarik bisa menjadi inspirasi dan keceriaan bagi anak-anak.
“Dari situ, saya mencoba untuk masuk dunia animasi. Saya melihat berbagai posisi di pipeline animasi, dan satu posisi yang menarik perhatian saya adalah “Storyboard Artist”, atau terkadang di beberapa studio, seperti Pixar dan Disney, disebut sebagai “Story Artist”. Berbekalkan portfolio ilustrasi, dan juga storyboard yang baru-baru itu saya buat, saya mencoba melamar ke Pixar dan studio di malaysia” Ungkapnya. Dari dua lamaran kerja yang ia kirimkan, ia mendapatkan balasan dari Kartun Studios di Malaysia, dan diberi tes untuk membuat storyboard.
“Syukur pada Tuhan, saya diberi kesempatan untuk bekerja bersama orang-orang hebat. Meski bukan di Pixar karena belum qualified. Setidaknya di Malaysia, saya bisa cari pengalaman terlebih dulu dan meningkatkan skill” Tambahnya. Ia pun memboyong keluarganya ke Malaysia pada 2015. Meski bidang kerjanya adalah hal baru sebagai storyboard artist, Daud tidak berkecil hati, karena ia yakin dengan keseriusan belajar dan bimbingan dari rekan kerjanya, ia akan menguasai bidang kerjanya. Setahun ia berproses hingga akhirnya ia dipercaya menduduki posisi Head of Story.
“Sebagai Head of Story, tugas utama saya adalah men-supervisi tim Storyboard Artist dalam membuat storyboard untuk film animasi. Saya harus berkomunikasi dengan director, menangkap visi director atas cerita di film ini, dan memastikan agar semua storyboard yang dibuat oleh setiap artist benar-benar mewujudkan visi dari director. Saya juga membuat storyboard, dengan menerjemahkan naskah verbal menjadi visual, dengan memperhitungkan aspek storytelling, agar cerita tersebut menjadi semenarik mungkin untuk para penonton.”Terang lelaki pengagum Robert Kondo & Dice Tsutsumi ini.
Saat ini Daud dan timnya sedang memproduksi film animasi layar lebar, yaitu Wheely, dan Zak: The Last Orangutan. Keduanya direncanakan akan selesai diproduksi tahun depan. Selain itu, ada juga satu serial animasi TV berjudul Nuri yang juga masih dalam tahap produksi.
Daud masih menyimpan satu cita-cita yang ingin diwujudkan, yaitu menjadi Story Artist di Pixar, alasannya ia ingin belajar lagi dari animator-animator dunia. Setelah tercapai ia ingin membangun industri animasi di Indonesia, karena ia menilai sumber cerita dan potensi sumber daya manusianya melimpah.
MENGGALI SUMBER INSPIRASI
Daud paham betul proses yang harus dilalui seorang digital artist sangat berliku dan menantang, terlebih penerimaan dari masyarakat atas kerja-kerja grafis masih kurang. Tetapi ia meyakinkan bahwa selama mau belajar, bersabar dan konsisten, jalan akan terbuka dengan sendirinya. Bagi pemula yang ingin menjejak kaki di grafis, Daud punya tips dan trik.
Pertama, harus mau dan rajin riset. Manfaatkan internet untuk mencari sumber inspirasi sebanyak-banyaknya, bisa dari Pinterest, Google Image, dsb. Gunakan image-image tersebut untuk membuat moodboard dalam proses kreasi awal.
Kedua, jangan cepat puas dengan ide awal. Mungkin ide awal kita terkadang sudah tampak sangat bagus, tapi bila kita mau berusaha membuat percobaan kedua, ketiga, keempat, kita akan menyadari bahwa ternyata kita bisa membuat yang jauh lebih bagus daripada ide pertama kita. Sangat disayangkan bila kita berhenti begitu saja di percobaan pertama.
Ketiga, terus belajar. Jangan merasa sudah hebat. Selalu siap diajar. Selain itu, kita harus aktif mencari ilmu. Seperti tips pertama, internet adalah teman kita, sumber informasi dan ilmu bagi kita yang mau mencari. Ada banyak sekali website, baik yang gratis maupun yang berbayar, yang menyediakan informasi dan pengetahuan yang bisa meng-“upgrade” skill desain kita. Semakin kita membuka diri akan informasi yang ada di dunia, makin kita bisa bersaing dengan tingkat internasional.
Sementara, bagi ilustrator yang ingin terjun sebagai animator, Daud mengingatkan ilustrasi sangat berbeda dengan animasi yang bergerak. Untuk masuk di dunia animasi, paling tidak harus memahami prinsip dasar animasi. Sebagai storyboard artist, perlu memahami cinematografi, pacing, timing, bahkan juga acting. Semuanya dibutuhkan untuk penceritaan yang menarik. Menurutnya saat ini sudah banyak tersedia sumber belajar animasi secara online, diantaranya http://storyboardart.org, http://schoolism.com, http://pixarinabox.org.
Terkait desain, satu nilai yang ia tetap pegang saat ini, Daud memercayai desain mencerminkan karakter, baik karakter orang, karakter perusahaan, ataupun karakter bangsa/negara. Desain yang baik mencerminkan karakter yang baik, dan sebaliknya. [ ]
Selengkapnya lihat karya Daud Budi Surya Nugraha di sini!