CILEGON, biem.co – Gabungan Komunitas Sastra ASEAN (GAKSA) sebagai pusat literasi terus mengepakan sayapnya, terutama untuk pembinaan generasi muda. Perkembangan sastra memiliki fokus di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan budaya. Fokus GAKSA sendiri menitikbertakan pada sastra dengan bahasa Melayu, sesuai dengan budaya yang dipakai di kawasan Asia Tenggara.
Irwan Abu Bakar sebagai perwakilan seniman dan sastrawan Malaysia menuturkan rasa suka-citanya bisa hadir di Negeri yang dikenal dengan Jawara dan juga nilai agamisnya ini. Perkenalannya dengan M. Rois Rinaldi sebagai Presiden GAKSA Indonesia, menghantarkan Kota Cilegon, Banten sebagai tuan rumah GAKSA itu sendiri.
Tema perdamaian pada konser di sini lebih terfokus pada hubungan dan kerjasama dalam bidang sastra kelima Negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam) dan Rusia. Saat disinggung perihal pengakuan Donald Trump menjadikan Yerussalem sebagai ibukota Israel oleh wartawan biem.co, Irwan menyatakan bahwa belum mendiskusikan hal tersebut. Namun, serupa dengan masyarakat Muslim lainnya, GAKSA ikut menolak aksi tersebut.
Sastra sangat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. “Sastrawan Banten terdahulu telah memiliki pengaruh yang kuat. Tinggal penerusnya, yaitu generasi muda yang harus lebih dipersiapkan,” seru Irwan.
Karenanya, imbuh Irwan, GAKSA membangun Rumah Sastra yang diperuntukan untuk generasi muda dalam mengambangkan bakatnya di bidang literasi dan budaya.
Para sastrawan telah mengunjungi Keraton Banten Lama, Masjid Agung Banten, dan Masjid Agung Cilegon. Perwakilan seniman dan sastrawan dari kelima Negara tersebut rupanya sangat menyukai durian. Karena hanya dua hari saja lawatan mengunjungi Banten, maka dalam dua hari itu saat siang dan malam menyempatkan untuk makan durian bersama.
“Saya pribadi dan teman-teman sangat menyukai durian. Ditambah dengan ayam yang tulangnya pun bisa dimakan. Saya tak pernah jumpa makanan tersebut di Malaysia,” urai Irwan, penuh bahagia. (rai)