biem.co – Hutang budi kemerdekaan antara Indonesia dan Palestina pun kini sedang diuji. Sejauh mana bangsa Indonesia mampu berbuat sesuatu menjadi motor kemanusiaan untuk membela Palestina?
Mengawali cerita kemanusiaan di tahun 2018, ikhtiar besar sudah disiapkan, bangsa Indonesia punya sesuatu yang bakal dikirimkan langsung menuju Palestina. Insya Allah di pekan ke tiga Februari 2017 ada 10.000 ton bantuan beras yang akan dilayarkan. Dari Terminal Petikemas Tanjung Perak Surabaya, menuju dermaga terdekat untuk melabuhkan bantuan masuk ke Gaza, juga Tepi Barat dan Yerusalem.
Ahyudin selaku Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyampaikan, ikhtiar Kapal Kemanusiaan Palestina jangan sekadar dilihat sebagai momen mengangkut beras untuk rakyat Palestina. Tapi juga sebagai ekspresi pembelaan Indonesia, wujud nyata mengalirkan kepedulian dan do’a tulus dari bangsa Indonesia.
“Kapal Kemanusiaan Palestina adalah pemersatu bangsa-bangsa merdeka, bangsa-bangsa berdaulat. Menjadi motor kemerdekaan Palestina. Kita yakinkan, ada spirit kemerdekaan untuk Palestina dalam setiap kepal beras yang dikapalkan sampai ke sana,” tegas Ahyudin dilansir dari ACTNews.
Ahyudin mengatakan, dari desa ke desa sekepal-sekepal beras akan dikumpulkan menjadi satu kapal, “ACT akan buktikan dan baktikan diri atas nama bangsa Indonesia. ACT takkan biarkan bangsa ini mundur dari kesungguhan bersikap untuk membela, memperjuangkan hutang kemerdekaan Palestina,” tegas Ahyudin.
Kini, mereka di Gaza, Tepi Barat dan Kota Suci Al-Quds Yerusalem dibelit krisis, terlunta dan terabai. Sekapal beras, 10.000 ton beratnya, menjadi kesungguhan. Bahwa, bangsa Indonesia bisa bersikap menyiapkan yang terbaik untuk masyarakat Palestina.
Program Kapal Kemanusiaan Palestina juga membuka donasi melalui website kitabisa.com/helppalestine, yang hingga kini telah mencapai Rp8 milyar lebih dari target Rp10 milyar. Dalam update-nya, Untuk ketiga kalinya setelah perjalanan Kapal Kemanusiaan Somalia dan Rohingya di tahun 2017 lalu, kali ini bangsa Indonesia punya ikhtiar baru, dengan tajuk Kapal Kemanusiaan untuk Palestina.
Akan tetapi, sebelum memulai pelayaran istimewa Kapal Kemanusiaan untuk Palestina, bakal ada cerita prolog tentang pengadaan beras dan lika-liku jalur transportasi darat yang bakal ditempuh.
Untuk total 10.000 ton beras atau sama dengan 10.000.000 kg beras, artinya butuh paling tidak 400.000 karung beras berukuran masing-masing 25 kg. Insan Nurrohman selaku Vice President menuturkan, karung-karung beras itu kemudian akan dimasukkan ke dalam kontainer-kontainer berukuran panjang 20 feet dengan kapasitas angkut 25 ton per-kontainer.
“Artinya kalau dalam sekali angkut, insya Allah beras yang akan dikirim masyarakat Indonesia untuk Palestina bisa mencapai 400 unit kontainer,” ujar Insan.
Sementara menyiapkan berbagai proses perizinan mengirimkan barang bantuan, proses penyiapan beras sedang dikebut di puluhan desa wakaf di Kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro, juga di berbagai wilayah lain di Provinsi Jateng dan Jatim.
Iqbal Setyarso selaku Vice President Communication ACT memaparkan, ada puluhan desa yang dilibatkan untuk menyiapkan pengadaan beras.
“Beras untuk Palestina bakal disiapkan di puluhan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) yang berada di desa wakaf dan dikelola oleh Global Wakaf ACT. Kurang lebih ada 10.612 petani yang dilibatkan, dengan luas lahan pertanian tak kurang dari 3.389 hektare. LPM yang siap menyiapkan beras untuk Palestina ada sekitar 25 desa, di 11 kecamatan dan 5 kabupaten berbeda,” tutur Iqbal.
Sejak awal Januari 2018, ribuan ton beras sudah dipanen, perjalanan panjang untuk kirimkan beras menuju Palestina sudah dimulai. Kalau satu langkah sudah bergulir, pantang untuk urung menuntaskan perjalanan.
“Ini tentang perjalanan kemanusiaan. Kita tunjukkan kalau bangsa ini bangsa besar. Bukan sekadar doa yang kita kirimkan ke langit. Tapi bangsa ini perlu hal konkret yang dikirimkan sampai Palestina. Insya Allah, tanggal 21 Februari 2018 Kapal Kemanusiaan Palestina akan berlayar,” tegas Presiden ACT Ahyudin di Jakarta. [uti]