biem.co – Kalahkan puluhan gunung berapi dari berbagai Negara di dunia, Gunung Krakatau yang terletak di Provinsi Lampung berhasil menjadi juara Volcano Cup 2018. Volcano Cup 2018 merupakan kompetisi gunung berapi yang diselenggarakan oleh para volkanolog di dunia, salah satunya Dr. Janine Krippner.
Dr. Janine Krippner melalui akun twitter pribadinya, membuka polling dalam menentukan pemenang Volcano Cup 2018 ini. Gunung berapi yang paling banyak dipilih warganet akan dibahas oleh para volkanolog.
Dalam babak final, Gunung Krakatau yang berhadapan dengan gunung Taupo di New Zealand, berhasil unggul dengan meraih 59 persen suara dari total 4.223 pemilih.
“Setelah sejumlah 27.056 total suara untuk semua gunung berapi sepanjang tahun 2018 #VolcanoCup, saya mengucapkan KRAKATAU, INDONESIA sebagai pemenangnya! Terima kasih banyak telah membantu meningkatkan kesadaran tentang aktivitas vulkanik, bahaya, risiko, dan kesiagaan di seluruh dunia,” ucap Janine Krippner dalam Twitter beberapa menit setelah polling usai.
Sebelum berada di babak final, Krakatau mengikuti babak penyisihan bersama gunung-gunung berapi lainnya. Negara-negara peserta Volcano Cup 2018 antara lain Amerika, New Zealand, Meksiko, Chili, Jepang, Iceland, Itali, Filipina, dan Guetemala. Empat gunung berapi dari masing-masing negara ini mengikuti votting.
Selain gunung Krakatau, gunung berapi lainnya yang berasal dari Indonesia adalah Merapi, Toba, dan Gunung Agung.
Gunung Krakatau berada di selat sunda yang menjadi perbatasan pulau Jawa dan Sumatera. Jika mendengar gunung Krakatau, tentunya kita teringat bahwa dahulu gunung Krakatau pernah meletus dan merupakan salah satu letusan gunung berapi terdahsyat di dunia.
Ledakan mahadahsyat tersebut terjadi pada Senin, 27 Agustus 1883 pukul 10.20 pagi. Kekuatannya setara 150 megaton TNT, lebih 10.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Peristiwa itu melenyapkan pulau dan memicu dua tsunami dengan tinggi 40 meter serta menewaskan lebih dari 35 ribu orang. Sejumlah laporan menyebut, korban mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudera Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan.
Konon, suara ledakan dan gemuruh letusan gunung Krakatau mencapai radius lebih dari 4.600 km dari titik pusat ledakan sehingga terdengar oleh seperdelapan penduduk bumi. Sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.
Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka bumi. Bahkan, The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai bunyi paling hebat yang terekam dalam sejarah.
Sehingga para ilmuwan berpendapat siapapun yang berada dalam radius 10 km pada peristiwa tersebut, niscaya menjadi tuli. Selain itu, letusan gunung Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.
Pasca letusan tersebut Krakatau hancur, akan tetapi dinasti gunung yang ganas itu belum tamat. Dari Data Dasar Gunung Api Indonesia (Badan Geologi, ESDM, 2011) disebutkan, gunung Anak Krakatau lahir 30 Januari 1930. Anak Krakatau lahir sebagai gunung yang sangat aktif dan terus bertumbuh. (eys)