KabarTerkini

Henri Subiakto: Hoax dan Hate Speech Itu Seperti Narkoba

KOTA SERANG, biem.coHoax atau pemberitaan palsu, semakin hari semakin merajalela keberadaannya. Saat ini, banyak sekali beredar informasi yang mengajak dan mendukung gerakan Anti Pancasila dan Anti NKRI. Bahkan juga, banyak beredar paham Islam Internasional yang radikal, dan gerakan mendelegitimasi pemerintah dan aparat.

Hal itu diungkapkan Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Bidang Hukum, Henri Subiakto, saat menjadi narasumber dalam acara Flash Blogging di salah satu Hotel di Kota Serang, Selasa (20/03).

“Untuk itu, kita harus hati-hati. Media abal-abal, buzzer, dan akun robot telah menjadi bisnis baru dan alat politik,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, ia juga memaparkan tentang ciri-ciri hoax. Ciri pertama, hoax menciptakan kecemasan, kebencian, dan permusuhan, juga pemujaan berlebihan. Ciri kedua, yaitu sumbernya tidak jelas, tidak ada yang bisa dimintai pertanggungjawaban. Ciri ketiga, isi pesan sangat provokatif, dan ciri keempat adalah memanfaatkan fanatisme sara.

Hoax dan hate speech itu seperti narkoba. Ada yang produksi, ada yang distribusi, ada yang butuh dan ketagihan. Korban sulit disadarkan, padahal merusak mental, cara berpikir, dan bahayakan bangsa,” terangnya.

Menurutnya, banyak sekali berita-berita hoax yang merugikan masyarakat, seperti soal bahaya vaksin dan registrasi ulang kartu prabayar. Bahkan, lanjutnya, dari orang dewasa hingga anak kecil bisa membuat berita hoax. Seperti beberapa kasus yang pernah dialami di Indonesia.

“Bagaimana cara menjauhkan diri kita dari menyebar berita hoax dan ujaran kebencian? Jawabannya, berpegang pada ajaran agama,” imbuhnya.

Memang saat ini, cukup banyak media abal-abal yang membagikan informasi hoax bermunculan. Henry mengatakan bahwa media abal-abal, jika tidak laku bisa membuat yang baru. Sementara media anti hoax, memiliki sudut pandang framing dalam kontennya.

“Hoax sangat berbahaya. Kita harus melawan hoax untuk NKRI. Seperti yang pernah dikatakan Mustofa Bisri, kalau dulu yang waras itu ngalah, sekarang saatnya yang waras tidak boleh ngalah. Jangan biarkan sosial media diisi oleh orang yang tidak waras,” tegasnya. (HH)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button