Inspirasi

Menilik Kembali Sejarah Kebidanan di Indonesia

biem.co Sobat biem, tahukah bahwa tepat hari ini, tanggal 24 Juni, Indonesia tengah memperingati Hari Bidan Nasional?

Menurut Ikatan Bidan Indonesia, Bidan merupakan seorang perempuan yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat, dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik.

Tentu semua orang tahu, bahwa seorang Bidan memiliki peranan yang penting di mata masyarakat, khususnya di bidang persalinan. Profesi Bidan telah diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Semakin ke sini, generasi-generasi Bidan baru pun semakin banyak bermunculan.

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Untuk itu, biem.co ingin mengajak Sobat biem menilik kembali seperti apakah sejarah tentang profesi satu ini.

Perlu Sobat biem ketahui, bahwa dahulu, saat Indonesia berada dalam pemerintahan Hindia Belanda, orang akan berbondong-bondong meminta pertolongan dukun untuk membantu menangani masalah persalinan. Akan tetapi, seperti yang kita tahu bahwa profesi dukun ini tidak memiliki ilmu persalinan yang bersih dan aman. Hingga dampaknya, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menjadi tinggi.

Apakah saat itu pelayanan kebidanan belum ada?

Ternyata ada, Sobat biem. Sayangnya, pelayanan tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia saja. Miris, sekali, ya.

Seperti dihimpun dari berbagai sumber, Pendidikan Bidan sendiri baru dimulai pada tahun 1851 oleh seorang Militer Belanda bernama Dr. W. Bosch untuk para wanita pribumi di Batavia.

Namun, pendidikan tersebut tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik akibat adanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah. Dalam perjalanannya, perkembangan Pendidikan Bidan ini memang mengalami buka-tutup dalam waktu yang cukup lama.

Baru pada setengah abad kemudian (Tahun 1902), Pendidikan Bidan untuk wanita pribumi kembali dibuka di RS Militer Batavia. Dan dua tahun setelahnya, Pendidikan Bidan juga dibuka di Makassar.

Lalu tahun 1935-1938, pemerintah kolonial Belanda mulai membuka Pendidikan Bidan setingkat SMP, dan tahun 1950-1953 dibuka pula Sekolah Bidan untuk lulusannya.

Tak lama, Pendidikan Guru Bidan bersama dengan Pendidikan Guru Perawat pun dibuka di Bandung. Tahun 1972, sekolah tersebut dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP). Tahun 1974, Sekolah Bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).

Pada tahun 1975, Sekolah Pendidikan Bidan pun akhirnya ditutup hingga tidak menghasilkan Bidan selama 10 tahun. Barulah tahun 1985, Pendidikan Bidan dibuka kembali, hingga akhirnya dibuka Diploma III Kebidanan yang menerima lulusan SMA, dengan lama pendidikan 3 tahun atau 6 semester pada tahun 1996.

Kemudian, tahun 2000 dibuka Diploma IV Bidang Pendidikan di UGM dan setahun setelahnya dibuka juga di UNPAD. Setelah itu, tahun 2005 S2 Kebidanan pun mulai dibuka di UNPAD.

Dalam sejarahnya, Hari Bidan Nasional sendiri juga lahir saat pendidikan pertama tentang kebidanan dimulai, yakni pada tahun 1951. Lahirnya Hari Bidan Nasional ini diawali dari Konferensi Bidan Pertama di Indonesia yang dilangsungkan di Batavia pada 24 Juni 1951 atas prakarsa para bidan senior yang berdomisili di sana. Disebutkan, bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandang pula sebagai hari lahirnya Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Untuk itu, tanggal 24 Juni ini menjadi momen tepat untuk mengenang jasa para Bidan yang telah menolong banyak orang di berbagai belahan dunia, terutama wanita melahirkan. Selamat Hari Bidan Nasional, Sobat biem(HH)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button