PROVINSI BANTEN, biem.co – Menyusul pembatalan rencana kegiatan Kajian Akbar, bertajuk ‘Agar Hijrah Tak Hilang Arah’ di Masjid Raya Al-Bantani, KP3B, pada 12 Agustus 2018 mendatang, yang rencananya akan dihadiri oleh penceramah muda, Ustadz Felix Siauw, Kang Uchay (Ex Rocket Rockers), dan Ustadz Aden Nova (Pengasuh Kajian Hati), beberapa pihak menilai bahwa hal tersebut sangat tidak etis dan terkesan politis.
Sebelumnya, beredar kabar melalui halaman Facebook “Kajian Hati“, bahwa acara tersebut memang dibatalkan oleh pihak panitia setelah tidak mendapat izin dari Kepolisian Daerah (Polda) Banten, menyusul hasil pertemuan resmi antara Panitia Kajian bersama KH. Zaenal Abidin Suja’i (Ketua DKM Masjid Raya Al-Bantani), dan AKBP. Tatang Kurnia (Perwakilan Polda Banten). Rabu, (8/8).
Dilarangnya (tidak diberikan izin) kegiatan tersebut oleh Polda Banten, tentu saja banyak memunculkan kekecewaan dari berbagai pihak.
Salah seorang jamaah Kajian, Getone, menganggap bahwa hal ini (pembatalan) sangat tidak etis dan terkesan politis.
“Apapun itu gak etis dan tidak layak sesama muslim, kajian ditolak hanya karena alasan Ustadz Felix mantan anggota HTI. Apalagi HTI sudah lama dibubarkan. Kelihatan ini cuma akal-akalan saja. Menurut saya lebih ke hal politis”, ungkap Getone melalui pesan Whatsapp kepada kru biem.co, Kamis (9/8).
Getone bahkan menilai bahwa pembatalan ini sangat kental nuansa politis. Pihak Polda Banten dan DKM Masjid al-Bantani seperti mendapat banyak intervensi.
Dugaan intervensi ini, dikuatkan dengan telah beredar Surat Terbuka dari Kader Penggerak NU Banten, yang ditujukan kepada DKM Masjid Raya al-Bantani agar membatalkan acara tersebut. Surat tersebut ditandatangani oleh Hubab Nafi’ Nu’man Rohmatulloh (Koord. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama Banten).
Berikut surat terbuka Kader Penggerak NU Banten, dilansir dari jagatngopi.com;
SURAT TERBUKA
Kpd. Yth. Ketua DKM Masjid Raya Al-Bantany KP3B Kota Serang Banten.
Kpd. Yth. Pemda Provinsi Banten.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Sehubungan telah beredarnya informasi bahwa akan diadakan acara Kajian Akbar di Masjid Raya al-Bantany besok pada tgl. 12 Agustus 2018 pukul 08.00 – 11.00 WIB dengan menghadirkan Bpk. Felix Siauw (Tokoh HTI) maka kami Kader Penggerak Nahdlatul Ulama Provinsi Banten menyatakan :
- Sebagai bentuk realisasi Taat pada Ulul Amri kami mohon Kpd. Yth. DKM Masjid Raya Al-Bantany agar membatalkan acara tersebut karena telah kita ketahui bersama bahwa HTI adalah ormas yg telah dibubarkan dan dilarang beraktivitas oleh Pemerintah pada tgl.19 Juli 2017 berdasarkan Perppu Nomor 2 tahun 2017, dan Bpk. Felix Siauw adalah salah satu Tokoh HTI sesuai dengan tulisan beliau di website felixsiauw.com yang sampai saat ini belum dicabut.
- Mohon Kpd. Yth. Pemda Provinsi Banten untuk mencabut dukungannya terhadap acara tersebut agar masyarakat Banten tidak terkontaminasi oleh ideologi HTI yg ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan Khilafah.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Hormat kami,
Hubab Nafi’ Nu’man Rohmatulloh
(Koord. Kader Penggerak Nahdlatul Ulama Banten).
Menurut Getone, kesan politis muncul, diduga karena Hubab Nafi’ Nu’man Rahmatullah belakangan diketahui sebagai salah satu Projo (Pendukung Jokowi_red), dan (sudah menjadi rahasia umum) Ustadz Felix dikenal sebagai salah satu tokoh yang sering mengkritisi pemerintahan Joko Widodo. Felix pun terkenal sebagai salah satu pendukung gerakan #2019GantiPresiden.
Getone menguatkan argumentasinya dengan mengirimkan screen shoot halaman media sosial Facebook Hubab saat mengunggah dukungannya terhadap Presiden Joko Widodo, Rabu, (8/8).

Saat ditanya apa harapan dan pesan yang ingin disampaikan kepada Stake Holder khususnya Kepolisian Daerah (Polda) Banten, Getone merasa “hopeless“.
“Saya melihat tak ada harapan, percuma, karena Kapolrinya juga seperti itu,” tulisnya kesal.
Banyak pihak yang menyayangkan dibatalkannya acara ini, mengingat tidak hanya warga Serang yang akan hadir, warga dari luar Kota Serang juga banyak yang berencana hadir dan harus menganggung kekecewaan.
Senada dengan Getone, Catherine, salah seorang jamaah Kajian Hati juga membenarkan dugaan adanya tekanan dari pihak lain kepada DKM Masjid Al-Bantani dan Polda Banten.
“Menurut saya karena pihak DKM (Al-Bantani) dan Polda Banten mendapat tekanan dari pihak-pihak yg tidak menginginkan kehadiran Ustadz Felix sebagai pemateri di acara Kajian Akbar, dan dilontarkannya isu yang dibuat dalam Surat Terbuka tersebut,” tulis Catherine kepada kru biem.co, Kamis (9/8).
Catherine menilai seharusnya Polda Banten sebagai lembaga kepolisian benar-benar bisa berfungsi sebagai pengayom dan tidak memihak.
“Tugas Polri itu mengayomi, kalo hanya mendengar dari sebelah pihak yang Kontra saja tanpa memikirkan yang Pro, itu malah yang memancing reaksi, kan acaranya juga masih beberapa hari lagi, kenapa gak diadakan mediasi dulu antara pihak pembuat surat terbuka dengan panitia dan Polda sebagai pihak netral,” tukasnya. (EJ)