KABUPATEN SERANG, biem.co – Selasa, 09 Oktober 2018, puluhan warga Sadatani Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten beramai-ramai mendatangi lokasi rencana pembangunan kandang ayam seluas 16 Hektar oleh PT Cibadak Indah Sari Farm.
Masyarakat Sadatani merasa keberatan dengan adanya pembangunan kandang ayam raksasa tersebut karena jarak antara pemukiman dan proyek pembangunan hanya sejauh 1 KM. Selain itu, terdapat beberapa lembaga pendidikan di sekitar proyek pembangunan. Diantaranya, Yayasan Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Serang yang menampung lebih dari seribu santri, Pesantren Tahfidz Fajrul Karim yang juga memiliki ratusan santri, serta lembaga pendidikan Math’laul Anwar (MA) yang memiliki ribuan anak didik dari mulai tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah menengah Atas.
Mega proyek kandang ayam tersebut diperkirakan dapat menampung kurang lebih 500.000 ekor ayam tiap panennya. Keberadaan kandang ayam di lingkungan masyarakat akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan serta mengganggu kenyamanan. Beberapa dampak negatif dari peternakan yang dekat dengan pemukiman warga diantaranya polusi udara yang disebabkan dari bau kotoran ternak, banyaknya lalat (Cyclorrapha ordo Diptera) yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti mediator perpindahan penyakit dari ayam ke manusia, dan menyebarnya virus flu burung Avian Infuenza (H5N1).
Selain ancaman kesehatan, warga merasa keberatan karena proyek pembangunan peternakan ayam tersebut dinilai tidak memenuhi syarat.
Sebagaimana diutarakan oleh Sahroni, Korlap Aksi, bahwa PT Cibadak Indah Sari Farm melakukan 3 proses yang tidak prosedural. Pertama, tidak adanya izin dari Pemerintah Daerah setempat; kedua, tidak adanya komunikasi yang baik dengan masyarakat; ketiga, tidak mengindahkan adanya lembaga pendidikan yang telah lama berdiri dengan jumlah ribuan siswa.
Siswa- siswa tersebut adalah investasi berharga yang sering mengharumkan nama baik Kabupaten Serang dan Provinsi Banten, baik di kancah nasional maupun internasional.
“Saya keberatan dengan adanya pembangunan ternak ini, soalnya bau kotorannya ganggu banget. Selain itu, saya kan jual makanan. Jadi pasti banyak lalat, itu akan sangat mengganggu sekali” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Sejauh ini, perwakilan warga masih terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Dengan harapan, pemerintah akan sigap menanggapi isu tersebut demi menjaga lingkungan dan kelangsungan pendidikan. (usw)