Kabar

Perempuan di Kota Serang Kampanyekan Anti Kekerasan dengan Menari

KOTA SERANG, biem.co – Kampanyekan lawan ekploitasi dan kekerasan terhadap perempuan, Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) ranting Universitas Sulatan Ageng Tirtayasa (Untirta) melakukan gerakan One Billion Rising (OBR) dengan menari dan menyanyi bersama, di depan gerbang Untirta, Jumat (14/02/2020).

Terpantau di lapangan puluhan aktivis perempuan maupun laki-laki menari dengan diiringi musik One Billion Rising.

Koordinator aksi, Asri Ditia, mengatakan aksi ini merupakan bentuk penolakan kekerasan terhadap perempuan di dunia, dan khususnya di Kota Serang.

“Akhir tahun di Banten tercatat ada sekitar 31 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sedangkan di awal tahun, kasus kekerasan terhadap perempuan khususnya anak di Kota Serang ada sebanyak 17 kasus,” ujarnya di sela aksi.

Menurutnya, banyaknya kasus kekerasan perempuan tersebut dikarenakan budaya feodal patriarki (menganggap laki-laki lebih utama) masih mengakar di Indonesia, termasuk Kota Serang.

“Jadi itu semua menurut kami bisa diselesaikan dengan menghancurkan sistem yang membelenggu, yaitu budaya feodal patriarki yang masih mengakar saat ini,” ucapnya.

Ia pun mencontohkan salah satu kasus budaya feodal patriarki yang seringkali terjadi dalam kehidupan, khususnya dalam dunia perkuliahan.

“Misalnya, bagaimana orang-orang menganggap bahwa sekretaris dan bendahara adalah tugas yang hanya cocok bagi perempuan. Itu sebenarnya merupakan budaya feodal yang harus dihapus. Perempuan bisa lebih dari itu,” tegasnya.

Sementara Ketua Seruni ranting Untirta, Ega Khoirunnisa, menyatakan aksi OBR yang dilakukan aktivis Seruni merupakan aksi serentak se-dunia.

“Jadi ini merupakan ekspresi kami dalam melawan kekerasan terhadap perempuan yang dialami perempuan se-dunia, yaitu dengan menari dan bernyanyi,” ungkapnya kepada awak media.

Gerakan OBR ini memang bertepatan dengan hari kasih sayang (Valentine). Ia menuturkan bahwa kasih sayang terhadap perempuan yang sebenarnya adalah dengan melakukan perlawanan terhadap kekerasan perempuan.

“Kami memandang bahwa kasih sayang terhadap perempuan bukan hanya sebatas cokelat, namun juga dengan membangkitkan gelora perlawanan terhadap kekerasan dan pelecehan seksual,” tegasnya.

Selain kekerasan dan pelecehan seksual, Ia juga mengkritisi bagaimana perempuan banyak yang mendapatkan tindakan diskriminasi dalam dunia pekerjaan.

“Diskriminasi upah juga terjadi pada perempuan. Bagaimana perempuan tani misalnya, mendapatkan upah yang lebih kecil dibandingkan petani laki-laki. Padahal mereka mengerjakan hal yang sama. Ini juga terjadi pada dunia industri,” tandasnya. (*/iy)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button