Kabar

Derita Leukimia, Gadis Penghafal Quran dari Pandeglang Ini Butuh Uluran Tangan

PANDEGLANG, biem.co — Nasib pilu harus menimpa Amel (14), seorang bocah yang beralamat di Kp. Kadu Dampit, Desa Pasir Karag, Kecamatan Koroncong, Kabupaten Pandeglang didiagnosa menderita kanker darah atau leukimia.

Amel yang mempunyai cita-cita ingin menjadi penghafal Al-Quran (tahfiz), sudah terbaring selama kurang lebih 7 bulan dengan hanya menahan sakit yang ia derita setiap harinya. Yang mana, awal mula penyakitnya itu terjadi saat ia menimba ilmu di salah satu pondok pesantren.

Sedangkan, saat ini pihak keluarga hanya bisa berpasrah lantaran kondisi Amel yang kian memburuk. Bahkan, Amel sudah tidak kuat menahan sakit yang dideritanya karena mata yang kian membengkak, sehingga menyulitkan dirinya untuk menatap.

Jerit tangis kepedihan, terus dilakukan oleh Amel sembari terbaring di ruang tamu. Bahkan, saat sinar lampu menerangi air mata terus mengalir dari matanya lantaran tak kuasa menahan rasa sakit.

Diceritakan Yusti, yang merupakan ibu dari Amel, saat anaknya hendak mengambil air di kamar mandi pondok tanpa sengaja anaknya terpeleset. Usai terpeleset, kondisi Amel kian memburuk, lantaran sudah tidak kuat menahan sakit pada bagian kaki, dan timbul kemerahan pada bagian mata.

“Parah-parahnya banget itu udah hampir 6 bulanan, jatuh pas lagi mondok di Kadu pinang. Jadi ada air habis ambil wudhu, terus terpeleset samapai jatuh. Terus bagian pantatnya yang terduduk. Setelah 1 bulan pulang, pas pulang kerasa begitu. Jadi kakinya sakit langsung, nyalur ke matanya bengkak merah,” ungkap Yusti, Senin (2/8/2021).

Menurutnya, berdasarkan hasil dari pemeriksaan dokter. Anaknya dinyatakan terkena penyakit leukimia.

“Dari dokter itu, waktu di RSCM sudah dua kali melakukan kemoterapi. Tapi karena kehabisan biaya, jadinya di bawa pulang,” ucapnya.

Diketahui, Amel merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara. Yang mana, ayah Amel hanya bekerja sebagai pedagang di Jakarta, sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.

“Suami saya hanya berjualan di kantin, tapi karena pandemi jadi tidak bisa berjualan,” tuturnya.

Sementara, untuk bantuan dari pemerintah setempat, Yusti menerangkan, jika selama ini tidak pernah sekalipun menerima bantuan biaya untuk pengobatan anaknya tersebut.

“Belum ada Pak, dari kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten. Saya berharap, semoga ada uluran tangan dari para dermawan yang memiliki rezeki lebih untuk membantu pengobatan anak saya,” harapnya. (red)

Editor: Yulia

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button