SERANG, biem.co – Dr. Siska mempresentasikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Peran Teknologi Komunikasi dalam Pembelajaran di Era Digital Bagi Hambatan Penglihatan”.
Berangkat dari realitas sosial di mana lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia, atau sekitar 15% dari populasi dunia di antaranya adalah penyandang disabilitas yang hidup dengan hambatan tertentu, termasuk masalah akses terhadap informasi pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja yang terbatas, Dr. Siska melakukan kajian ilmiah dengan mengobservasi kaum disabilitas, khususnya pada mereka yang mengalami hambatan penglihatan atau disebut sebagai tuna netra (total blind), serta mereka yang memiliki low vision (penglihatan terbatas).
Hasil penelitian yang disampaikan dalam orasi tersebut menunjukkan bahwa teknologi komunikasi, seperti komputer, smartphone, dan jaringan internet, memainkan peran kunci dalam memungkinkan peserta didik dengan hambatan penglihatan untuk belajar dan berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan, teknologi komunikasi telah membantu para siswa dengan hambatan penglihatan menjadi lebih mandiri dalam belajar. Mereka dapat mengakses berbagai sumber belajar, membuat konten, dan bahkan mengembangkan bakat dan minat mereka melalui penggunaan teknologi.
Dalam orasinya, Dr. Siska mengungkapkan bahwa literasi media digital menjadi hal yang sangat penting. Para peserta didik dengan hambatan penglihatan harus belajar untuk menggunakan teknologi dengan bijak, mengevaluasi kredibilitas informasi, dan menciptakan konten kreatif. Peneliti juga menggarisbawahi perlunya literasi digital untuk dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan saat ini.
Selain hal di atas, diperlukan kontribusi dan kolaborasi dari pemerintah, swasta, masyarakat, dan akademisi untuk terus mendukung peserta didik dengan hambatan penglihatan agar mereka dapat bersaing dan maju seperti individu lainnya di era digital saat ini.
Teknologi komunikasi menjadi alat bantu dalam mengatasi hambatan penglihatan yang dapat menciptakan peluang pendidikan yang lebih inklusif.
“Teknologi komunikasi mengatasi keterbatasan tanpa batas,” katanya mengakhiri orasi ilmiah tersebut. (Red)