ReviewUlasan Produk

Novel Bulan Tere Liye, Menembus Dunia Bayangan

Hasil gambar untuk bulan tere liyeJudul : Bulan

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal Buku : 400 halaman ; 13,5 X 20 cm

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2015

Harga : Rp88.000,-

 

biem.co – Raib, Seli dan Ali memulai petualangannya kembali di dunia leluhur Seli, Klan Matahari. Untuk kedua kalinya solidaritas trio yang tidak pernah akur tersebut diuji lagi di dunia paralel. Kali ini bukan kebetulan. Mereka mengusung tugas khusus yang menjadi penentu keberhasilan diplomasi antar dunia paralel.

Terlepas dari semua itu, Av-lah yang merencanakan hal ini. Setelah beratus tahun memutuskan hubungannya dengan dunia paralel manapun, Av akhirnya berhasil meyakinkan ketua konsil Klan Matahari untuk menyambung koneksi lagi. Sebagai bentuk antisipasi dari segala kengerian yang mungkin saja direncanakan Tamus untuk merebut kendali seluruh dunia paralel.

Awalnya Miss Selena juga tidak percaya dengan ketentuan yang diberikan secara tiba-tiba oleh Ketua Konsil Klan Matahari. Tidak pernah dia bayangkan murid-muridnya berkompetisi untuk menemukan bunga matahari mekar pertama di dunia yang asing. Karena pada dasarnya, kompetisi ini bukan sekadar permainan anak-anak biasa. Terbukti dari kapabilitas kesembilan kontingen lain yang jauh di atas rata-rata.

Mereka tidak punya pilihan. Menolak sama saja dengan menciderai kepercayaan Ketua Konsil Klan Matahari. Meski pada akhirnya terkuak alasan mereka diikutsertakan dalam kompetisi. Silsilah keluarga Raib yang sesungguhnya, menjadi mata rantai sebab dirinya terlibat dalam kompetisi di Festival Bunga Matahari.

Standing applause untuk Tere Liye atas novel fantasinya yang kedua. Bulan tidak kalah seru dengan saudaranya, Bumi. Meski harus diakui kisah petualangannya kali ini mengingatkan saya dengan kisah Harry Potter and The Gobelt of Fire besutan JK. Rowling. Bulan tetap memiliki nuansa yang khas.

Di novel ini, lagi-lagi pembaca dimanjakan dengan imajinasi bentang alam yang terjaga dari segala kerusakan. Fakta bahwa degradasi habitat di Bumi diceritakan secara implisit dengan menghadirkan kondisi alam yang sebaliknya dari dunia yang kita injak ini. Sebuah teguran manis dari sang penulis agar kita, para pembaca, senantiasa selalu merawat lingkungan sekitar agar hijaunya masih bisa dinikmati keturunan kita kelak.

Pelajaran bertahan hidup di alam liar tak pelak lagi disajikan di sepanjang cerita. Esensi manusia harus bersosialisasi dengan baik dengan sesamanya mengalir deras dari awal hingga akhir. Terlebih jika mengingat tokoh utamanya adalah seorang siswi kelas sepuluh. Masa emas pengaplikasian budi pekerti luhur dalam kehidupan.

Berangkat dari hal itu, Tere Liye kembali menghadirkan kritik politik dalam klimaks cerita. Namun tidak segamblang dalam novelnya yang berjudul Negeri Para Bedebah dan Negeri Di Ujung Tanduk, penulis tetap mempertahankan sensasi petualangan yang liar mendominasi. Novel yang keren untuk liburan. Grab it fast!


Resensi ditulis oleh Winda Ariyanita

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button