biem.co — Setiap Selasa malam, Banten Muda Community memiliki agenda kumpul bareng di basecamp Banten Muda guna menjalin silaturahmi baik sesama anggota maupun dengan komunitas-komunitas lain yang ada di Banten. Isinya hanya ngobrol santai, ngopi sambil makan gorengan namun ada pengetahuan yang dibagi.
Edisi pertama bulan April, Encep Abdullah yang bercerita tentang “kerumitan” Bahasa Indonesia dalam buku Cabe-cabean yang ditulisnya. Dilanjutkan dengan ngobrol tentang film-film yang digarap oleh Darwin Mahesa dari Kremov Picture. Selasa malam yang ketiga giliran Stand Up Indo Serang, minggu selanjutnya Kang H. Asep Mulya Hidayat berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam mengelola Taman Hutan Raya (Tahura) yang ada di Carita. Abah Yadi dari Bantenologi mengupas perjalanannya dalam mencari, membedah serta merawat naskah-naskah kuno Banten guna kelestarian dan menghindarkan kita semua agar tidak pareum obor akan sejarah Banten. Terakhir, UKM Gesbica IAIN SMHB Serang berbagi pengetahuan tentang teater serta program-program yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.
Apa yang diobrolkan? Kami bicara yang ringan-ringan saja, lebih pada penggalian proses kreatif dalam perjalanan menghasilkan sebuah karya. Jika pun ada tema agak berat pasti disampaikan dengan ringan dan santai. Respons ngobrol-ngobrol tersebut sangat baik, ada banyak komunitas yang hadir dan juga ingin berbagi di forum tersebut. Edisi bulan Mei ini sudah terisi penuh.
Oleh karenanya, guna terus menjalin silaturahmi sambil menyerap pengetahuan, giliran Banten Muda yang keluar untuk berkunjung ke komunitas atau siapa pun yang bisa berbagi karya dan inspirasi. Edisi pertama kunjungan kami ke kandang kambing dan sapi milik Kang Ilham Mustofa, Waringin Farm di daerah Waringinkurung, Kabupaten Serang.
Tema besar yang diobrolkan adalah kewirausahaan, dan Kang Ilham mengintrodusir satu istilah yang baru kami dengar; sheeppreneur–terjemahan bebasnya wirausaha kambing atau embe alias wedus. Wirausaha, tema yang terus didengungkan oleh pemerintah, didiskusikan di kampus dan sekolah guna menggugah gairah masyarakat Indonesia untuk berwirausaha. Sederhana asumsinya, lapangan kerja sulit jika pun ada persaingannya sangat ketat. Pilihan jadi juragan dibandingkan karyawan lebih baik karena memberikan lapangan pekerjaan pada orang lain. Target idealnya 2 persen saja dari penduduk Indonesia menjadi wirausaha agar sebuah negara bisa maju, kita tidak tahu target tersebut sudah tercapai atau tidak. Jika belum, mungkin wajar saja karena pilihan berwirausaha, khususnya di Banten, bukan sebuah prioritas. Kabarnya, pekerjaan yang memiliki prestise sangat tinggi di Banten hanya tiga; PNS, TNI-Polri, dan pegawai bank, di luar itu, belum dianggap sukses termasuk wirausaha. Belum lagi soal bidang usaha yang digarap, jika showroom mobil, pengembang properti masih memiliki kesan elit, tapi ternak? siapa anak muda yang mau usaha kambing?
Pilihan wirausaha sebagai tukang angon kambing dipilih oleh Kang Ilham, meskipun tidak memiliki latar belakang pendidikan peternakan. Pendidikannya Hubungan Internasional dan sedang melanjutkan S2 di bidang Ilmu Politik. Modalnya hanya passion, dan itu menjadi modal penting siapa pun yang mau menjadi wirausaha. Kenapa ternak dan kambing?
Kambing termasuk hewan yang “diberkahi”, nabi dan rasul juga penggembala, beberapa ketentuan dalam agama Islam seperti aqiqah dan kurban juga mensyaratkan ternak seperti kambing. Sehingga pilihan menjadi penggembala memiliki nilai ibadah (tentu semua hal baik jika dilakukan dengan benar dan ikhlas memiliki nilai ibadah). Artinya, ternak dan kambing memiliki dasar teologisnya.
Bicara potensi wirausaha bidang peternakan seperti kambing, sapi, dan kerbau di Banten, masih sangat menjanjikan. Beberapa hal mendasari asumsi tersebut di antaranya; pelaku usaha masih sangat sedikit (pengelolaan yang profesional), angka kelahiran juga cukup tinggi (aqiqah), permintaan dari rumah makan/restoran dan panen raya menjelang Iduladha. Argumentasi itu baru ternak-ternak untuk memenuhi kebutuhan daging di masyarakat. Produk lainnya yang dihasilkan seperti susu kambing dan sapi segar, kotoran kambing untuk pupuk organik, bahkan air kencing kambing dapat juga dimanfaatkan sebagai pupuk. Anak kambing yang dilahirkan di kandang menjadi bonus besar dalam usaha ternak. Peluang tersebut diperbesar dengan kebijakan pemerintah dalam mencapai swasembada daging dan susu di Indonesia. Poinnya, sheeppreneur dapat menjadi alternatif bagi anak-anak muda sebagai pilihan usaha karena sangat menjanjikan.
Usaha ternak di kandang milik Kang Ilham terdiri dari kambing-kambing pedaging dengan berbagai jenis, kambing ettawa serta sapi perah untuk memproduksi susu segar. Biaya operasional kandang dapat disiasati dari omzet penjualan produk-produk yang ditawarkan. Biaya operasional harian bersumber dari penjualan susu segar, bulanan dari kambing (aqiqah dan rumah makan), sementara pendapatan utamanya ketika hari raya kurban. Dengan pengelolaan seperti itu, biaya operasional dapat dihitung secara terukur sehingga keuntungan juga dapat diraih dengan signifikan.
Anak kandang menjadi salah satu kunci kesuksesan dalam pengelolaan ternak. Setidaknya dua aspek yang harus dimiliki oleh anak kandang yaitu pengetahuan tentang ternak dan pakannya serta kejujuran. Ternak bisa gemuk dan sehat ditentukan oleh racikan pakan, jadwal pemberian makan termasuk kebersihan kandangnya, ini tanggung jawab anak kandang. Kejujuran penting menyangkut dilaksanakan atau tidaknya pekerjaan-pekerjaan di kandang seperti yang disebutkan sebelumnya. Ada juga kasus ternak yang dijual sepihak oleh oknum anak kandang oknum sementara pemilik tidak mengetahuinya. Jika kedua aspek anak kandang tersebut tidak diperhatikan, maka lama-lama kandang dan ternaknya tidak terurus, mati, dan bangkrut.
Hal lain soal sarana yang disiapkan oleh pemerintah seperti tenaga kesehatan hewan dan pusat kesehatan hewan. Dari sisi kuantitas saja, jumlah tenaga kesehatan hewan masih sangat kurang, belum lagi soal vaksin, obat-obatan, dan vitamin bagi ternak. Tempat kesehatan hewan saja minim. Akibatnya, penanganan kesehatan hewan masih sangat lambat sehingga kualitas hewan ternak menjadi menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus segara berbenah dengan menyediakan pusat kesehatan hewan dan dokter hewan minimal di masing-masing kecamatan.
Ketersediaan bibit kambing juga menjadi bagian permasalahan dalam bisnis ternak. Ras kambing perah seperti kambing peranakan ettawa, kambing senduro, kambing saanen, kambing kacang, kambing jawa randu, dan kambing hasil silangan. Sementara di kelas domba ada domba garut, domba merino, domba ekor gemuk, domba dooper, dan lain-lain. Kambing-kambing yang ada di Banten biasanya didatangkan dari berbagai daerah seperti Garut, Malang, Purworejo, dan lain-lain. Banten sebenarnya memiliki ras kambing yaitu kosta, hanya bentuk dan ukuran tubuhnya kecil dan kurang menarik padahal kualitas dagingnya sangat baik. Untuk Banten jika mengembangkan kambing untuk pedaging, kambing kosta yang khas Banten bisa dikawinsilangkan dengan kambing boer sebagai ras uggulan. Sementara untuk produksi susu, bisa diciptakan kambing sapera hasil kawin silang kambing saanen dan peranakan ettawa dan ini yang sedang dikembangkan di Waringin Farm.
Di sinilah kreativitas diperlukan, pengusaha dapat melakukan kawin silang dari ras-ras yang ada guna mendapatkan bibit baru yang lebih baik. Di kandang Waringin Farm terdapat jenis kambing sapera, saanen, full bold, pe, senduro, domba garut dan domba ekor tipis serta sapi fresh holland. Ada juga jenis kambing yang didatangkan dari Australia (gen asli) untuk dikawinkan dengan jenis kambing lainnya.
Mengawinkan kambing/ternak tidak bisa sembarang, mesti dilihat gennya masih asli atau sudah campuran di mana jantan yang dikawinkan harus memiliki gen asli dari ras tertentu. Kesulitannya, memastikan bahwa kambing memiliki gen asli dari rasnya dengan cara mengurut-urutkan keturunan kambing yang akan dikawinkan.
Harapan ke depan, Banten dengan segala keunggulan potensinya dapat menjadi salah satu sentra peternakan di Indonesia. Berkontribusi pada pencapaian swasembada daging dan susu sehingga program pemerintah dapat efektif.
Oleh karenanya, kebijakan tentang ternak baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus berorientasi pada capaian tujuan tersebut. Sarana dan prasarana, ketersediaan bibit, tenaga kesehatan, serta jaminan keberlangsungan usaha ternak lokal terhadap gempuran ternak-ternak impor. Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang baik dan aman dalam usaha ternak agar anak-anak muda di Indonesia mau beternak karena menjadi peternak masih dianggap belum menjanjikan dan tidak prestisius.
Jika sudah berkembang, manajemen usaha ternak ini dapat merambah ke bidang-bidang lainnya misal edu farm yang memang belum ada di Banten. Peternakan menjadi tujuan wisata pendidikan bagi masyarakat sehingga anak-anak khususnya sudah diperkenalkan sejak dini tentang asyiknya beternak. Edu farm dapat dibuat sebagai salah satu wisata unggulan di Provinsi Banten. Modalnya sederhana, political will serta komitmen yang kuat untuk merealisasikannya. Efek dominonya banyak, pendapatan pemerintah bertambah, peternak dapat nilai lebih, dan masyarakat dapat terangkat kesejahteraannya. Upaya ini harus menjadi pekerjaan dan tanggung jawab bersama; pemerintah, masyarakat, swasta, dan stakeholders lainnya.
Ayo beternak! Sampai jumpa di kunjungan berikutnya.
Penulis: Fikri Habibi